Brilio.net - Selain batik dan tenun, Indonesia punya banyak sekali jenis kain yang unik. Bahkan setiap daerah memiliki ciri khas kain, seperti halnya ulos yang menjadi ciri khas Batak.
Sama seperti dengan kain di seluruh Indonesia, pembuatan kain ulos tidak mudah. Membutuhkan waktu berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan untuk menyelesaikan satu kain. Biasanya, kain ulos sebagian besar dikerjakan oleh perempuan. Mereka harus tekun menyusun benang, sehelai demi sehelai menggunakan alat tenun tradisional.
BACA JUGA :
Penenun cilik asal Samosir ini tampil di Indonesia Fashion Week 2018
Dikutip dari akun Facebook Kementerian Pariwisata, seorang pengrajin ulos, Shinta Sagala, mengaku dirinya bisa menyelesaikan selembar ulos dalam waktu lebih kurang seminggu. Itu pun harus dikerjakan dengan fokus. Artinya, bukan sekedar sambilan atau selingan.
"ulos ini kan banyak motif. Kalau main-main, bisa saja salah memasukkan benang dan harus membongkarnya. Kalau tidak terbiasa, badan juga pegal karena duduk berlama-lama. Makanya banyak anak muda sekarang yang enggan menenun ulos," ujarnya.
Shinta mengungkapkan, ada banyak jenis ulos dengan kegunaan masing-masing. Antara lain Ulos Antakantak Sunting yang dipakai sebagai selendang orang tua untuk melayat orang yang meninggal. ulos ini biasanya juga dipakai sebagai kain yang dililit pada waktu acara manortor atau menari.
BACA JUGA :
5 Kain tradisional khas Indonesia tembus fashion dunia, keren abis
Kemudian ada Ulos Bintang Maratur Sunting. ulos ini paling banyak kegunaannya dalam acara adat Batak Toba. Antara lain upacara menempati rumah baru, selamatan hamil 7 bulan, dan untuk selendang cucu yang baru lahir.
Ada juga Ulos Bolean Sunting yang dipakai sebagai selendang pada acara-acara kedukaan; Ulos Mangiring Sunting, Ulos Padang Ursa, dan Ulos Pinan Lobu-lobu Sunting sebagai Talitali dan selendang. Masih banyak jenis ulos dengan kegunaan masing-masing, dari berbagai daerah di Sumatera Utara. Namun menurut Shinta, secara garis besar nama, motif dan kegunaannya sama.
Secara konkret, pemakaian ulos ditampilkan pada malam pentas seni budaya dalam rangkaian Festival Danau Toba (FDT) 2018 di Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, Kamis (06/12) malam. Delapan siswi sekolah menengah atas tampak enerjik membawakan Tari Ulos.
Pada pertunjukannya, setiap penari membawa ulos seukuran selendang. Ulos itu menjadi semacam ruh atau jiwa pada tarian yang dibawakan. Sangat menarik saat ulos dikibarkan, disandang, dan dililitkan di pinggang. Semua gerakan benar-benar menyatu dengan musik pengiring khas Batak.
Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar, Esthy Reko Astuti, mengatakan budaya menjadi perhatian serius Kemenpar. Sebab, 60 persen wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia karena budaya, 35 persen karena alam, dan 5 persen karena faktor buatan. Seperti meeting, incentive, conference, dan exhibition (MICE), wisata olahraga, dan hiburan.
Menurutnya, ragam budaya di Indonesia sangat kaya. Ada 1.340 suku bangsa yang bisa dieksplorasi di lebih dari 17.000 pulau. Dari beragam suku yang ada, juga menyimpan 583 bahasa dan dialek yang berbeda-beda.
"Dari sisi atraksi, budaya kita jelas sangat kuat. Ini yang harus dikelola secar serius bersama-sama," ujar Esthy yang juga Ketua Pelaksana Calendar of Event 2018 Kemenpar.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, tampilnya kain-kain tradisional pada event wisata bisa menjadi referensi perkembangan terkini dari trend batik, tenun, dan songket dari berbagai daerah yang mempunyai karakter masing-masing.
Menurut Arief, kreativitas kain-kain tradisi budaya nusantara itu bisa terus dipamerkan, dikomersilkan dan dipromosikan untuk memperkuat destinasi wisata. "Kain-kain unggulan warisan budaya itu menjadi bagian dari Pesona Indonesia," ungkapnya.