Brilio.net - Di balik massifnya penggunaan internet hingga muncul ungkapan 'internet menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh', tampaknya tidak berlaku di kampung yang dilengkapi fasilitas internet ini. Warga tetap aktif bersosialisasi. Bahkan, rutinitas olahraga pun selalu ramai didatangi warga.
Sambil berjalan pelan menuju sekretariat RT 36 RW 09 Kelurahan Patehan, Yogyakarta, Panny (35) bercerita, warga di kampungnya telah melek internet sejak 2008 silam. Kampoeng Cyber, demikian orang menyebut tempat tinggal Panny itu. Kampung ini mulai terkenal sejak pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, berkunjung ke sana pada 2014 silam.
BACA JUGA :
5 Kategori yang paling banyak dicari di Google sepanjang 2017
Kampoeng cyber/foto: brilio.net/gufron salim
Warga RT 36 diberikan kemudahan mengakses internet untuk segala macam kebutuhan, terutama sebagai salah satu penunjang aktivitas jual beli online. Misalnya, bisnis penjualan pakaian, batik, kaos.
BACA JUGA :
Aplikasi baru Google ini cocok buat kamu biar nggak jadi “fakir kuota"
Total ada 30 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari total 47 Kepala Keluarga (KK) di sana. Tapi, tidak semuanya mengandalkan internet sebagai salah satu sarana pemasaran atau penjualan karena sebagian usaha, seperti makanan ringan, memiliki pangsa pasar warga sekitar.
Antonious Sasongko, Ketua RT 36 mengamini bahwa kemudahan akses internet bisa dirasakan warganya sejak 2008 lalu. Bahkan pada tahun 2010 euforia kehadiran internet begitu dirasakan warga dari berbagai kalangan, mulai anak kecil hingga orangtua. "Di sini insfratuktur internet sudah sangat mendukung," ujarnya.
Menurut Antonious, pembangunan insfratuktur internet di kampung berpenduduk 158 jiwa itu tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh kerja keras untuk meyakinkan warga tentang program ini. "Membangun kepercayaan dan mendekatkan internet kepada warga butuh kurang lebih 2 tahun," kata pria yang biasa dipanggil Koko tersebut.
Selain berdampak terhadap perekonomian masayarakat, internet di Kampoeng Cyber juga mampu mengubah cara berpikir warga menjadi lebih terbuka. Informasi yang mudah didapat dari internet juga memantik ide-ide dan gagasan baru dari warganya.
Di kalangan anak sekolah hingga remaja, internet menjadi alat bagi mereka dalam membatu proses belajar lewat internet. Meski di lain sisi tak dipungkiri juga digunakan untuk bermain game online saat waktu senggang.
Kampoeng cyber/foto: brilio.net/gufron salim
Lantas bagaimana dengan pengawasan terhadap anak-anak agar tidak mengakses konten negatif? "Kalau di sini orangtua ada semacam literasi media. Dosen Universitas Atma Jaya pernah memberikan edukasi untuk orangtua, sekarang orangtua telah cukup memahami tentang internet," ujarnya.
Menurut pria yang berprofesi sebagai freelancer tersebut, internet di Kampoeng Cyber telah menjangkau semua warga. Bahkan, di jalan kampung tersedia internet gratis baik bagi masyarakat sekitar hingga warga umum yang berasal dari luar kampung.
Saat brilio.net mencoba dari ruang kantor Koko, pemancar sinyal Wi-fi menyediakan dua opsi pilihan untuk warga dan umum. Bagi warga, telah tersedia akun dan password. Sedangkan masayarakat umum bisa mengakses gratis tanpa password, namun kecepatan penggunaan dibatasi.
Kampoeng cyber/foto: brilio.net/gufron salim
Tercatat terdapat 13 pemancar Wi-fi milik Kampoeng Cyber yang dipasang di beberapa titik yang bisa digunakan warga sekitar atau umum. Sedangkan untuk warga di rumah telah disediakan sambungan internet berbayar dengan biaya bulanannya sangatlah terjangkau, Rp 40.000 per rumah. Layanan berbayar ini memberikan fasilitas sambungan internet untuk lima perangkat aktif. Di RT 36 alias Kampoeng Cyber ini total terdapat 35 rumah yang semua terfasilitasi internet berbayar, kecuali dua rumah yang dihuni warga berusia lanjut.
Hal menarik lainnya dari Kampoeng Cyber adalah tingkat keamanannya yang tertata rapi. Siapapun warga di sana bisa memantau kondisi kampungnya hanya melalui perangkat seluler, maklum dua tahun terakhir kampung tersebut telah dibekali dengan sembilan Closed Circuit Television (CCTV) di setiap persimpangan jalan.
CCTV di Kampoeng cyber/foto: brilio.net/gufron salim
Dari ruangan yang penuh dengan tumpukan kertas, Antonious Sasongko pun menunjukkan bagaimana CCTV tersebut bekerja. Serta ia menunjukkan dengan aplikasi di perangkat seluler tentang bagaimana warga bisa dengan mudah mengakses dan menyimpan informasi yang terekam melalui CCTV. Bahkan, keberadaan CCTV mampu membantu masyarakat melaporkan aktivitas mencurigakan, baik dari warga sekitar atau pendatang.