1. Home
  2. »
  3. Wow!
14 Juni 2022 20:25

Mitigasi adalah dampak bencana, ketahui jenis-jenis dan strateginya

Mitigasi tidak dapat berdiri sendiri melainkan juga harus disertai dengan kesiapan, tanggapan, dan penormalan kembali. Dewi Suci Rahmadhani
foto: unsplash.com

Brilio.net - Secara geografis, Indonesia terletak di antara pertemuan tiga lempeng utama di dunia sehingga memiliki julukan Ring of Fire atau cincin api. Kondisi geografis ini mengakibatkan Indonesia menjadi wilayah yang rentan mengalami gempa bumi. Untuk meminimalisir risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana alam, manajemen mitigasi perlu dibuat untuk mengawasi dan menanggulangi bencana.

Mitigasi adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat. Mitigasi tidak dapat berdiri sendiri melainkan juga harus disertai dengan kesiapan, tanggapan, dan penormalan kembali. Untuk memahami lebih jauh mengenai mitigasi, brilio.net telah merangkum ulasannya dari berbagai sumber pada Selasa (14/6).

BACA JUGA :
Fotosintesis adalah pembentukan makanan pada tumbuhan, ini prosesnya


Pengertian mitigasi.

foto: Unsplash/Jose Antonio

Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 mengenai Penanggulangan Bencana, mitigasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan prasarana dan sarana.

BACA JUGA :
Reklame adalah media promosi, kenali fungsi dan tujuannya

Pendapat lain menyebutkan bahwa mitigasi merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana, baik itu bencana alam, bencana ulah manusia, maupun gabungan dari keduanya dalam suatu masyarakat.

Terdapat empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam mitigasi bencana yaitu, tersedianya informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk setiap kategori bencana, sosialisasi dalam meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari serta cara penyelamatan diri jika bencana terjadi sewaktu-waktu.

Jenis-jenis mitigasi.

foto: Unsplash/Marc Szeglat

Secara umum, mitigasi terbagi menjadi dua jenis yaitu, mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.

- Mitigasi struktural.

Mitigasi struktural merupakan sebuah upaya untuk meminimalisir terjadinya bencana dengan membangun berbagai prasarana fisik dengan menggunakan teknologi. Contohnya adanya pembuatan waduk demi mencegah terjadinya banjir, membuat alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, menciptakan sistem peringatan dini untuk memprediksi gelombang tsunami, serta membuat bangunan tahan bencana atau bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa agar dapat bertahan jika terjadi bencana.

- Mitigasi non struktural.

Mitigasi non struktural merupakan sebuah upaya dalam mengurangi dampak bencana melalui kebijakan dan peraturan. Contoh mitigasi ini misalnya pembuatan Undang-Undang mengenai Penanggulangan Bencana, membuat tata ruang kota serta aktivitas lain yang berguna untuk penguatan kapasitas masyarakat.

Tujuan Mitigasi.

foto: Unsplash/Chris Gallagher

Mitigasi bertujuan untuk mengurangi kerugian pada saat terjadinya bahaya di masa depan. Berikut beberapa tujuan dilakukannya mitigasi:

1. Mengurangi dampak yang ditimbulkan, khususnya bagi penduduk
2. Sebagai landasan untuk perencanaan pembangunan
3. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi dampak atau risiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman

Strategi mitigasi.

foto: Unsplash/Jay Haike

Strategi yang dapat dilakukan agar upaya mitigasi bencana dapat terkoordinir dengan baik adalah sebagai berikut:

1. Pemetaan.

Pemetaan menjadi hal yang terpenting dalam melakukan mitigasi bencana karena sebagai acuan dalam membentuk keputusan antisipasi kejadian bencana. Pemetaan tata ruang wilayah juga perlu dilakukan agar tidak memicu gejala bencana.

2. Pemantauan.

Pemantauan hasil pemetaan tingkat kerawanan bencana pada setiap daerah akan sangat membantu dalam pemantauan dari segi prediksi terjadinya bencana. Hal ini akan memudahkan upaya penyelamatan saat terjadi bencana. Pemantauan juga dapat dilakukan untuk pembangunan struktur agar tetap memerhatikan AMDAL.

3. Penyebaran informasi.

Penyebaran informasi dilakukan dengan cara memberikan poster dan leaflet mengenai tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana kepada pemerintah kota, kabupaten, kota, dan provinsi di seluruh Indonesia yang rawan bencana. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di kawasan tertentu.

4. Sosialisasi, penyuluhan, pendidikan.

Sebagian masyarakat mungkin masih ada yang kesulitan dalam mengakses informasi mengenai bencana, sehingga hal ini menjadi tugas para aparat pemerintahan untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Selain penyebaran informasi dan penyuluhan, masyarakat juga diberi pelatihan mengenai tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana.

5. Peringatan dini.

Peringatan dini dilakukan untuk memberikan berita mengenai hasil pengamatan secara kontinyu atau berkelanjutan di suatu wilayah yang rawan bencana agar masyarakat bisa lebih siaga dan waspada. Peringatan tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags