Brilio.net - Kelompok Taliban kini kembali menduduki Afghanistan. Sejumlah negara dan kelompok HAM Internasional membahas kekhawatiran soal nasib para perempuan di Afghanistan. Seperti diketahui, dahulu saat Taliban berkuasa tahun 1996-2001 silam, sekolah-sekolah untuk perempuan ditutup, wanita dilarang bepergian dan bekerja, serta diwajibkan memakai burqa di tempat umum. Namun kali ini, Suhail Shaheen juru bicara kantor politik Taliban telah mengkonfirmasi bahwa kekhawatiran tersebut tidak akan terjadi. Sebab ribuan sekolah di area yang dikuasai Taliban masih tetap beroperasi hingga kini.
Sebagai upaya untuk menekankan sikap liberal, muncul sosok pembawa berita perempuan pertama yang menjadi sorotan. Ia bernama Beheshta Arghand, TV anchor Afghanistan dari saluran berita TOLO. Beheshta Arghand mewawancarai Mawlawi Abdulhaq Hemad, pejabat Taliban lewat siaran live di TV.
BACA JUGA :
Pesawat militer AS angkut warga Afghanistan 5x lebihi kapasitas normal
"Seluruh dunia sekarang mengakui bahwa Taliban adalah penguasa negara yang sebenarnya. Saya masih heran bahwa orang-orang takut pada Taliban," kata Hemad saat wawancara, dikutip brilio.net dari meaww.com pada Rabu (18/8).
foto: TOLO News channel
BACA JUGA :
Taliban berkuasa, warga Kabul sesaki bandara tinggalkan Afghanistan
Lebih lanjut, Mawlawi menjelaskan bahwa Mulla Yaqoob, putra pendiri Taliban Mullah Omar sudah mewanti-wanti agar tak menimbulkan masalah dan membantu warga Afghanistan.
"Dia (Mulla Yaqoob) mengatakan Taliban seharusnya tidak menimbulkan masalah di antara orang-orang, memberi bantuan bagi semua orang Afghanistan. Sampai sekarang, Taliban tidak menimbulkan masalah, bahkan tidak sampai 1 persen di negara itu," jelasnya.
Mengingat kesan Taliban tentang wanita selama masa pemerintahan terakhir mereka, sosok pembawa berita perempuan yang melakukan wawancara di TV ini tentu disebut-sebut sebagai pemandangan yang menakjubkan.
Setelah menghadirkan Beheshta Arghand, hingga kini Taliban diketahui telah menyusun daftar wanita akan dijadikan semacam 'target'.
"Baru satu jam yang lalu, saya mendapat update dari Kabul di mana mereka pergi dari rumah ke rumah mencari perempuan aktivis, perempuan blogger, YouTuber, perempuan yang punya peran dalam pembangunan masyarakat sipil di Afghanistan," demikian penjelasan dari Homira Rezai, penduduk asli Afghanistan, yang kini tinggal di Inggris.
Wawancara Beheshta Arghand dengan pejabat Taliban ini memunculkan sejumlah pro-kontra. Ada yang menganggapnya sebagai perubahan yang baik, namun ada pula yang masih menduga-duga motif tersembunyi dari kejadian tersebut.