Brilio.net - Pucuk Cool Jam 2020 yang digelar di Lapangan Parkir Mandala Krida, Yogyakarta, Sabtu (1/2/2020) dipadati ribuan anak muda. Mereka sengaja datang ingin menyaksikan tujuh finalis kategori band dan ekstrakurikuler (ekskul) dari tujuh wilayah di Indonesia untuk berlaga di putaran final. Selain itu, mereka juga ingin melihat penampilan para musisi Tanah Air seperti FSTVLST, Endank Soekamti, Maliq & DEssentials, Sal Priadi, White Shoes & The Couples Company, dan Guyon Waton yang turut meramaikan salah satu ajang seni dan kreativitas bagi generasi muda Indonesia ini.
Perjalanan para finalis di ajang ini terbilang cukup panjang. Sejak September 2019 mereka harus bersaing dengan ratusan siswa sekolah lain di tujuh wilayah di Indonesia mulai dari tahap digital audition, live audition road to Pucuk Cool Jam 2020, hingga putaran final di hadapan juri yang kredibel.
BACA JUGA :
Nih 7 finalis Pucuk Cool Jam 2020 Make The Journey Louder
Dari dua kategori yang dilombakan, para peserta berusaha tampil semaksimal mungkin. Keempat juri, Armand Maulana dan Iga Massaradi (kategori band) dan Bisma Karisma dan Ufa Sofura (kategori ekstrakurikuler) pun sangat terpukau dengan penampilan para finalis.
Saya merasa senang dan surprise melihat penampilan para finalis yang mampu menyajikan sisi musikalitas yang kreatif serta penampilan panggung yang enerjik. "Pesan saya, jangan hanya berhenti sampai disini saja, terus berkarya itu penting ungkap Armand yang ditemui usai memberikan penilaian pada para finalis.
BACA JUGA :
6 Fakta Pucuk Cool Jam 2020 yang bakal ‘diserbu’ anak muda Yogyakarta
Setali tiga uang dengan Armand, Iga Massardi juga menyampaikan kekagumannya pada para finalis yang sudah menampilkan performa terbaik mereka di atas panggung. Bahkan Iga dan Armand sempat kesulitan dalam memberikan penilaian untuk menentukan siapa yang keluar sebagai juara.
Namun, penilaian yang cukup menentukan adalah saat para finalis membawakan lagu ciptaan Iga berjudul Make The Journey Louder yang merupakan tantangan dalam ajang ini. Seluruh finalis mampu mengaransemen lagu tersebut dengan gaya, keunikan, dan kemampuan musikalitas mereka sendiri.
Lagu yang saya ciptakan itu aransemennya datar-datar saja. Tapi para finalis mampu membuatnya lebih berbeda dengan genre musik mereka, ujar Iga kepada Brilio.net.
Hal serupa juga terjadi pada para finalis ekskul. Mereka mampu memukau Bisma dan Ufa sebagai juri. Namun pemenang kategori ekskul sukses mencuri perhatian juri dengan adanya keunikan yang mereka tampilkan saat beradu aksi di atas panggung.
Penampilan para finalis semuanya bagus-bagus. Tapi kami harus menentukan yang terbaik dari tujuh finalis yang ada, ujar Ufa.
Setelah proses penilaian yang cukup sulit, akhirnya para juri menentukan pemenang masing-masing kategori. Nah Sobat Brilio (Sobri) penasaran ya siapa sih juara Pucuk Cool Jam 2020?
1. BM Band, SMAN 4 Kab Bantaeng, jawara band
Sejak digelar pertama kali pada 2015 silam, juara Pucuk Cool Jam selalu didominasi band-band asal wilayah Pulau Jawa seperti Surabaya, Bandung, Tangerang Selatan, dan Jakarta. Nah tahun ini ada yang cukup menggemparkan. BM Band asal Kabupaten Bantaeng, wilayah yang berjarak sekitar 130 Km dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan sukses keluar sebagai juara pertama untuk kategori band.
Berbeda dengan band lain, BM Band sukses menyuguhkan aransemen rock progresif pada lagu Make The Journey Louder. Kesiapan BM Band dalam mengaransemen lagu tersebut dinilai sangat mumpuni. Bahkan Iga yang menciptakan lagu tersebut tak pernah mengira BM Band bakal membawakan lagu tersebut dengan cara yang apik dengan racikan aransemen yang berbeda dibanding band lain.
Lagu itu (Make The Journey Louder) mereka aransemen dengan apik. Buat saya aransemen mereka luar biasa banget bahkan melebihi anak SMA pada umumnya. Ini yang membuat kita (juri) surprise. Mereka main secara rileks. Ini pertanda mereka latihan sangat serius dan sangat keras. Saya sendiri nggak mengira mereka akan main seperti itu. Aransemen yang saya buat lurus-lurus saja agar lagu ini netral bisa diaminaknsemua genre. Tapi mereka mampu mengubahnya dengan sangat bagus lewat genre rock progresif, lanjut Iga.
Bahkan Armand pun angkat jempol untuk BM Band yang bisa menciptakan aransemen dan akurasi lagu dengan sangat cemerlang. Mereka main rapih banget. Band lain ada yang membuat aransemen namun terlihat dipaksakan. Tapi kalau mereka (BM Band) nggak, ujar Armand.
Armand berharap BM Band terus berkarya dan jangan pernah berhenti. Wejangan ini juga berlaku bagi para finalis lain yang harus bisa melompat lebih tinggi di bidang music. Menurut Armand, ajang seperti Pucuk Cool Jam sangat penting untuk memberikan kesempatan pada musisi muda untuk unjuk kebolehan.
Makanya, suatu kebanggaan bagi saya dapat terlibat menjadi juri di sebuah ajang festival musik dan seni yang terus melahirkan generasi muda Indonesia berbakat seperti Pucuk Cool Jam 2020, tandas Armand.
M Ingwi Randanata sang gitaris BM Band meerasa bangga band-nya dipilih sebagai juara. Saat tampil Ingwi menjelaskan mereka tampil lepas tanpa beban. Mereka juga tak pernah berpikir untuk merebut juara. Fokus tampil maksimal di atas panggung.
Terima kasih Teh Pucuk Harum yang telah memberikan kesempatan luar biasa bagi kami. Kemenangan ini menjadi bagian dari proses pembelajaran yang tidak akan pernah terlupakan karena bisa bertemu dengan teman-teman dan berbagai daerah, mendapatkan pembekalan yang matang dari segi edukasi, entertainment, dan psikologis serta bertemu para juri yang hebat. Semoga perjalanan ini terus memberikan inspirasi dan menciptakan karya yang lebih baik lagi, ujar Ingwi.
Di kategori band, posisi kedua diraih Mahesa (SMAN 2 Bandung) disusul Chopstik (SMKN 2 Kasihan, Yogyakarta).
2. Salvador, SMA Bopkri 1 Yogyakarta, jawara ekskul
Tak hanya kategori band yang memukau, penampilan para finalis kategori ekskul juga sukses menghibur para pengunjung yang hadir di acara puncak dari Pucuk Cool Jam 2020 Make The Journey Louder. Juri ekskul Ufa dan Bisma menentukan Salvador dari SMA Bopkri 1 Yogyakarta karena beberapa faktor.
Salvador yang berdiri sejak 2009 ini banyak prestasi yang telah di dapatkan seperti juara 1 Dance DBL Academy 2019, juara 1 Biofair Dance Competition 2019, juara 2 DBL Dance Competition 2019, Best Costume DBL Dance Competition 2019 serta masih banyak lagi prestasi yang telah mereka raih.
Tim yang beranggotakan 12 orang ini kerap meracik modern dance serta tarian yang mereka adopsi banyak terinspirasi dari penari luar negeri seperti The Lab Dance dari Amerika Serikat dan 1Million Dance dari Korea.
Kami memilih Salvador karena selain tekniknya sudah bagus, mereka juga berani memakai properti yang sangat banyak,ujar Ufa.
Sementara Bisma menilai, Salvadore mampu menampilkan performa yang luar biasa sehingga juri memberikan nilai terbaik. "Semua finalis tampil baik, tapi Salvadore luar biasa dan komplit, ungkap Bisma.
Gabriella Christina, kapten Salvador mengaku timnya sudah mempersiapkan diri untuk tampil di putaran final Pucuk Cool Jam 2020. Mereka bahkan telah latihan selama sebulan penuh untuk menghadapi ajang ini.
Kami berlatih sangat serius. Kami juga memikirkan konsep dance dengan matang. Sejak awal kami sudah menanamkan keyakinan bahwa kita akan menang, ujar Gabriela.
Sementara untuk kategori ekskul, juara kedua diraih Scarecrow (SMAN 1 Samarinda) disusul Rosevelt (SMAK Kalam Kudus Malang) di posisi ketiga.