Brilio.net - Pementasan teater bertajuk Bunga Penutup Abad di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki sukses memukau penonton, Jumat (16/11). Pementasan besutan Titimangsa Fondation ini digelar dalam dua hari (17-18 November 2018). Ini untuk ketiga kalinya Bunga Penutup Abad dipentaskan. Sebelumnya drama ini dipentaskan pada 2016 di Jakarta dan 2017 di Bandung.
Bunga Penutup Abad ini berkisah mengenai kehidupan Nyai Ontosoroh dan Minke setelah kepergian Annelies ke Belanda. Nyai Ontosoroh yang khawatir mengenai keberadaan Annelies, mengutus seorang pegawainya bernama Robert Jan Dapperste atau Panji Darman untuk menemani ke mana pun Annelies pergi. Panji Darman inilah yang selalu mengirim surat kepada Nyai Ontosoroh.
BACA JUGA :
Nih taman kota yang punya fasilitas panggung pagelaran budaya, keren!
Nah antusias penonton khususnya kelompok milenial begitu besar. Mereka umumnya penasaran dengan kisah kesedihan dan perjuangan Nyai Ontosoroh yang diadopsi dari tetralogi Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa ini. Nggak cuma itu, para penonton juga dibawa larut ke kehidupan masa penjajahan.
Penasaran aja, banyak yang cerita drama ini bagus. Aku ingin nonton aja kayak apa sih ceritanya. Ternyata memang bagus banget dan sedih, ujar salah satu penonton, Putri Anastasia (21) kepada Brilio.net usai pertunjukan.
BACA JUGA :
Ini 5 alasan kenapa milenial gak suka nonton teater, kamu termasuk?
Meskipun cerita yang disajikan dalam pementasan ini tidak berubah dibanding dua pementasan sebelumnya, namun kisah itulah yang masih melekat di benak penonton yang pernah menyaksikannya. Serunya lagi, para pemain yakni Reza Rahardian yang berperan sebagai Minke, Chelsea Islan sebagai Annelies Melleme, Lukman Sardi sebagai Jean Marais, Marsha Timothy sebagai Nyai Ontosoroh, dan si kecil pemain berbakat Sabia Arifin sebagai May mampu memainkan tokoh yang diperankan secara total.
Oh iya, Marsha menjadi energi baru dalam pementasan ini. Dia baru pertama kali memerankan Nyai Ontosoroh. Pada pementasan sebelumnya, Nyai Ontosoroh diperankan Happy Salma yang kini lebih memilih di belakang panggung sebagai produser. Marsha pun sukses memerankan tokoh gundik tersebut.
Tokoh itu (Nyai Ontosoroh) bukan milik satu aktor atau aktris. Ternyata Marsha mampu membawa penonton keluar dari bayangan saya yang pernah memerankan Nyai Ontosoroh sebelumnya, ujar Happy usai pertunjukan.
Happy juga nggak menyangka jika pementasan ini disukai generasi milenial. Padahal jalan cerita dan narasi yang disajikan cukup berat dengan setting waktu era penjajahan.
Iya cerita dan narasinya cukup berat. Tadinya saya pikir anak-anak milenial bakal tidur saat pementasan ini. Tapi rupanya mereka serius tuh mengikuti jalannya cerita. Nggak tahu kenapa, lanjut Happy.
Sementara sang sutradara Wawan Sofwan pun mengaku senang pementasan ini berjalan sukses. Ibarat bisul ini sudah pecah. Senang sekali bisa tersampaikan. Yang jelas selama dua hari saya nonton di sini saya masih bisa menangis. Menurut saya pantas mereka telah berlatih selama 3 bulan lebih, ujar Wawan.
Pementasan Bunga Penutup Abad kali ini pun mampu mengulang kesuksesan dua pementasan sebelumnya di Gedung Kesenian Jakarta (25-26 Agustus 2016) dan Taman Budaya Jawa Barat Bandung (10-11 Maret 2017). Ketika itu di Bandung tiket langsung habis terjual beberapa hari setelah diumumkan penjualannya.
Animo penonton pada pementasan ulangan di Bandung ketika itu diyakini terpicu kesuksesan pementasan di Jakarta sebelumnya. Kali ini pun sama, Bunga Penutup Abad mampu mengaduk-aduk emosi ratusan penonton.