Brilio.net - Tolak peluru merupakan bagian dari nomor lempar yang memiliki karakteristik tersendiri yaitu peluru tidak dilemparkan tetapi ditolakkan atau didorong dari bahu yang kuat disertai dengan reaksi merentangkan lengan, pergelangan tangan, dan jari-jari yang terarah dengan tujuan agar mendapatkan jarak tolakan yang maksimal. Tolak peluru juga dapat dipahami sebagai suatu gerakan menolak suatu benda yang berbentuk bulat dengan berat tertentu yang terbuat dari logam untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Untuk memahami lebih rinci mengenai olahraga tolak peluru, berikut brilio.net telah merangkumnya dari berbagai sumber pada Jumat (2/9).
Pengertian tolak peluru
BACA JUGA :
Penjelasan ilmiah jogging tingkatkan energi 65%, pas untuk me time
foto: Wikimedia Commons/DoD News
Tolak peluru adalah salah satu nomor yang terdapat dalam nomor lempar pada cabang olahraga atletik. Sesuai dengan namanya, tolak peluru tidak dilempar tetapi ditolakkan atau didorong dari baru dengan menggunakan satu tangan. Peluru yang digunakan harus terbuat dari material padat seperti besi, kuningan, atau metal lainnya. Peluru yang digunakan untuk atlet pria memiliki bobot sekitar 7,26 kilogram dengan diameter sekitar 110-130 millimeter, sedangkan untuk atlet wanita memiliki bobot sekitar 4 kilogram dengan diameter 95-110 millimeter. Luas lingkaran tolak peluru yaitu sekitar 2.135 meter dengan balok penahan sekitar 1.22 meter. Sektor lemparan membentuk sudut 45 derajat dan titik tengah lingkaran tolak peluru. Pelempar atau penolak peluru tidak boleh meninggalkan lingkaran sebelum peluruh jatuh ke tanah dan keluar dalam posisi berdiri melalui lingkaran bagian belakang.
Gaya tolak peluru
BACA JUGA :
Diklaim bisa bikin badan singset, ini penampakan unik gym era 1940-an
foto: Wikimedia Commons/Canada Summer Games
Gaya dalam olahraga atletik tolak peluru terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
1. Gaya membelakangi
Gaya membelakang adalah suatu cara melakukan gerakan menolak mulai dari sikap permulaan sampai dengan bergerak ke depan untuk menolakkan peluru dengan keadaan badan membelakangi arah tolakan. Gaya tolak peluru dengan gaya membelakangi sektor tolakan sering disebut dengan nama "Gaya O'brien" karena atlet yang pertama kali menggunakan gaya tersebut bernama Parry O'brien pada tahun 1952 pada Olimpiade di Helsinki.
2. Gaya menyamping
Bersama dengan memutar badan ke arah tolakan, siku ditarik serong ke atas ke belakang serta pinggul dan pinggang didorong ke depan agak ke atas, dada terbuka menghadap ke depan serong ke atas arah tolakan. Dagu diangkat agak ditengadahkan pandangan ke arah tolakan. Pada saat seluruh badan menghadap ke arah tolakan, secepatnya peluru itu ditolakkan sekuat-kuatnya ke atas ke depan ke arah tolakan bersamaan dengan bantuan kaki kanan.
Teknik dasar tolak peluru
foto: Wikimedia Commons/Martin Rulsch
Terdapat beberapa teknik tolak peluru yang harus dikuasai oleh para penolak peluru di antaranya adalah cara memegang peluru, sikap badan pada saat menolakkan peluru, cara menolakkan peluru, sikap badan setelah menolakkan peluru, dan cara mengambil awalan. Untuk lebih jelasnya teknik pelaksanaan tolak peluru diuraikan sebagai berikut:
1. Cara memegang peluru
terdapat tiga cara memegang peluru yaitu:
- Cara pertama, jari-jari agak meregang, jari kelingking tepat di belakang peluru tetapi ditekuk dan berada di samping peluru.
- Cara kedua hampir sama dengan cara pertama. Jari agak rapat dan posisi ibu jari berada di samping belakang peluru.
- Bagi yang memiliki tangan kecil dan jari pendek dapat menggunakan cara ketiga yaitu posisi jari-jari lebih renggang. Kemudian jari kelingking berada di belakang peluru sehingga turut menolak pelurunya. Ibu jari menahan gesekan ke samping.
2. Sikap badan pada waktu akan menolak
Sikap badan pada waktu gerakan menolak peluru ini mulai sesaat setelah penolak mendaratkan kakinya ke tanah setelah melakukan gerakan meluncur. Tolakan harus segera dimulai sesaat setelah kaki kanan menempati posisi yang seharusnya untuk mencegah menurunnya kecepatan gerak dari peluru, begitu kaki kanan menyentuh tanah, kaki dapat segera diarahkan ke atas. Gerakan mengerahkan ke atas ini dikombinasikan dengan mengangkat batang tubuh. Pada saat itu pusat gaya berat tubuh sedang bergeser dari kaki kanan ke kaki kiri.
3. Cara menolak peluru
Jika sikap badan pada waktu akan menolak sudah dapat dilakukan dengan baik, artinya badan telah dalam keadaan seimbang untuk melakukan tolakan. Kemudian secepatnya peluru ditolak sekuat-kuatnya ke atas. Pada sikap badan menyamping, bersamaan memutar badan ke arah tolakan. Siku ditarik ke atas ke belakang serta pinggul dan pinggang didorong ke depan hingga dada terbuka menghadap ke depan serong ke atas ke arah tolakan.
4. Sikap badan setelah menolak peluru
Gerakan setelah menolak peluru adalah untuk menjaga keseimbangan tubuh dan untuk mencegah terjadinya pelanggaran terhadap peraturan atletik cabang tolak peluru. Gerakan ini dimulai sesaat setelah peluru dilontarkan di mana si penolak mengikuti gerakan peluru di sekeliling lingkaran. Gerakan dimulai dengan gerakan kaki yang dengan cepat mundur ke pusat lingkaran. Kaki kiri diayunkan ke belakang sambil merendahkan batang tubuh yang menyilang kaki kanan yang ditekuk.
Faktor-faktor yang memengaruhi tolak peluru
foto: Wikimedia Commons/Daniel
Terdapat dua faktor yang memengaruhi tolak peluru yaitu sebagai berikut:
1. Faktor kondisi fisik
Komponen yang dapat dikategorikan sebagai komponen kondisi fisik yaitu daya tahan, daya ledak otot, kekuatan otot, kelenturan, kecepatan, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan, dan reaksi.
2. Faktor teknik
Teknik tolak peluru semata-mata suatu metode penolakan dengan satu tangan. Peluru harus didorong atau ditolak dari bahu dengan menggunakan satu tangan. Tolakan berarti mendorong ke depan dan ke atas dari bahu. Ketika penolak mengambil sikap berdiri dalam lingkaran berdiameter 2.135 meter untuk memulai tolakan, peluru harus berada di dekat bahu atau dagu.
Sumber: Zulfikar dkk. 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Volume 2 NOmor 1: Korelasi Kekuatan Otot Lengan Bahu Terhadap Kemampuan Tolak Peluru Gaya O'Brien Pada Mahasiswa Penjaskesrek FKIP Unsyiah Angkatan 2010. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.