Brilio.net - Kesempatan untuk berangkat haji adalah panggilan Allah dan rezeki yang tidak bisa diduga-duga. Keberangkatan ini sering dianggap sebagai panggilan spiritual yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan perencanaan manusia. Meskipun persiapan dan usaha tetap diperlakukan, banyak yang percaya pada akhirnya, panggilan dan rezeki dari Allah yang menentukan.
Hal itu dirasakan oleh Khumaidi Katijan, seorang pemulung yang berusia 49 tahun. Tahun ini ia bisa berangkat ke Tanah Suci bersama dengan istrinya Siti Fatimah (45 tahun). Pasangan suami istri ini berasal dari Kabupaten Mojokerto.
BACA JUGA :
Absen di Kualifikasi Piala Dunia 2026, berikut 11 momen Witan Sulaeman berangkat haji bersama keluarga
Dilansir dari liputan6.com bahwa Khumaidi sampai sekarang tidak menyangka bahwa ia diberikan kesempatan untuk memenuhi kewajiban rukun Islam kelima itu. Karena itu, ia mengaku tak bisa menutupi rasa bahagianya. Keberangkatan Khumaidi sempat tertunda selama 3 tahun karena pandemi.
foto: Kemenag.go.id
BACA JUGA :
Rela antar tetangga pergi haji naik ojek dengan ongkos Rp 600 ribu, kisah Mbah Sombret bikin haru
"Alhamdulillah, saya sangat bersyukur tahun ini dipanggil untuk berhaji ke Baitullah," ujarnya.
Sebagai pemulung barang bekas tak pernah terbesit dalam pikirannya untuk mendaftarkan diri menunaikan ibadah haji. Ide ini datangnya dari sang istri yang pada awalnya ia tidak begitu yakin apakah bisa memenuhi keinginan tersebut. Apalagi, jika ingin berangkat, mereka harus mendaftar dan membayar untuk dua orang.
"Saya ini cuma pemulung barang bekas, biaya haji kan mahal apalagi kalau berdua," katanya.
Namun, ia tak ingin menganggap keinginan istri sebagai angin lalu. Baginya sesulit apapun akan tetap diperjuangkan. Siapapun pasti tahu, perjuangan untuk bisa naik haji bukanlah hal yang mudah, begitu juga dengan Khumaidi.
"Pada tahun 2011 itu kebetulan tabungan kami sudah terkumpul 10 juta. Awalnya ingin saya belikan tanah kecil-kecilan tetapi saya ingat kalau istri ingin berangkat haji. Dibantu dana talangan, akhirnya saya bisa mendaftar haji," terang Khumaidi.
Setelah namanya resmi tercatat, ia masih harus mengumpulkan uang untuk persiapan dan pelunasan keberangkatannya. Karena itu, ia rela melakukan apapun bahkan sampai menghemat biaya pengeluaran sehari-hari. Padahal, penghasilan Khumaidi nominalnya tidak menentu.
"Dari memulung, saya bisa memperoleh uang penghasilan seratus ribu atau kalau sedang sepi ya kurang dari seratus ribu perhari," kenangnya.
Dari seluruh penghasilannya perhari, pria paruh baya itu mengaku bahwa hanya menggunakan Rp 25 ribu untuk keperluan. Itu sudah termasuk soal makan dan kebutuhan lainnya. Sisahnya ia sisihkan sebagai tabungan haji.
foto: Kemenag.go.id
Untuk menambah penghasilan, Khumaidi dan istri sempat bikin usaha membuat batu merah. Usaha tersebut pernah lancar dan membantu ekonomi mereka. Sayang di tahun 2020 Khumaidi terpaksa menutup baru merah tersebut karena tanah yang digunakan telah habis.
Setelah melewati berbagai perjuangan, akhirnya ia bisa berangkat di tahun 2024 dengan kloter 65. Mereka telah terbang ke tanah suci pada Rabu (29/5) pukul 14.10 WIB. Hingga saat ini, Khumaidi tidak percaya dengan kesempatan tersebut.
Ia mengatakan bahwa akan meminta doa ketika sudah sampai di tanah suci nandi. Salah satunya adalah mendoakan anak-anak dan saudara-saudara bisa berangkat ke tanah suci seperti dirinya. Dia juga berharap agar keluarga selalu diberikan kehidupan yang barokah oleh Allah SWT.