Brilio.net - Kemacetan lalu lintas merupakan sebuah hal yang menyebalkan. Karenanya, para pengendara selalu menghindari jalan yang macet agar cepat sampai tujuan. Beruntung, saat ini ada aplikasi peta digital yang bisa memberitahumu informasi tentang kepadatan kendaraan di sebuah jalan. Salah satunya yakni aplikasi Google Maps yang banyak diakses orang.
Google Maps bakal memberitahu jalanan yang macet dan mengalihkan ke rute yang lebih cepat untuk menghemat waktu. Nah, tapi kamu pernah nggak sih berpikir darimana asalnya informasi soal kemacetan yang ada di Google Maps ini?
Usut punya usut, informasi kemacetan dalam Google Maps ini salah satunya dipengaruhi oleh jumlah pengguna ponsel di wilayah tersebut. Selain itu, data lokasi yang dihidupkan juga bisa memberikan informasi pada Google Maps.
Baru-baru ini seorang pria asal Jerman berhasil membuat kemacetan palsu dan mengecoh Google Maps. Pria bernama Simon Weckert ini berjalan di sepanjang jalan Berlin yang lengang dengan sebuah gerobak berisi kurang lebih 99 telepon genggam. Aksinya ini ternyata membuat Google Maps memunculkan garis merah yang berarti lalu lintas di daerah tersebut padat.
BACA JUGA :
Cintanya ditolak karena fisik, perubahan cewek ini bikin takjub
foto: simonweckert.com
"Dengan mengangkut smartphone di jalan, aku bisa menghasilkan lalu lintas virtual yang akan menavigasi mobil ke rute lain," katanya seperti dikutip dari worldofbuzz.com, Rabu (5/2).
"Ironisnya hal itu dapat menghasilkan kemacetan nyata di tempat lain," tambahnya.
Untuk melakukan aksinya ini, Simon menyewa 99 telepon dan bahkan membeli 99 kartu SIM online. Dia kemudian menghabiskan beberapa jam di setiap jalan, berjalan mundur dan maju dengan gerobak teleponnya sampai jalan tertentu di Google Maps menjadi merah.
BACA JUGA :
Viral wanita hamil dilarang pesan ojek online di terminal
foto: simonweckert.com
Aksi yang dilakukan Simon bukan tanpa alasan. Ia ingin setiap orang lebih hati-hati terhadap keamanan data pribadi. Aksi ini menunjukkan bagaimana pemilik smartphone memiliki kemampuan untuk mengendalikan informasi yang dimasukkan ke dalam algoritma Google Maps.
"Peretasan menunjukkan kepada kita apa yang mungkin terjadi dengan teknologi ini dan kepada siapa kita bergantung," katanya.
"Peta memiliki potensi sebagai instrumen kekuatan. Mereka menggantikan kekuatan politik dan militer dengan cara yang mewakili perbatasan negara antara wilayah dan mereka dapat mengulang, melegitimasi, dan membangun perbedaan kelas dan pemahaman diri sosial," ungkap Simon.
Hingga kini video aksi 'meretas' Google Maps ini telah ditonton lebih dari 2,7 juta orang di YouTube.
foto: simonweckert.com
Sementara itu, melalui situs 9to5google.com, Google telah memberikan tanggapannya terhadap aksi Simon. Mereka juga bicara terkait data pemilik ponsel pintar yang masuk dalam algoritma Google Maps.
"Data lalu lintas di Google Maps di-refresh terus menerus dengan informasi dari berbagai sumber, termasuk data anonim teragregasi dari orang-orang yang menghidupkan layanan lokasi serta kontribusi dari komunitas Google Maps," papar salah satu juru bicara Google seperti dikutip dari 9to5google.com.
"Kami telah meluncurkan kemampuan untuk membedakan antara mobil dan motor di beberapa negara termasuk India, Indonesia dan Mesir," lanjutnya.
"Kami menghargai melihat penggunaan kreatif dari Google Maps seperti ini karena membantu kami membuat peta berfungsi lebih baik ke depannya," tutupnya.