Brilio.net - Di dalam dunia usaha atau bisnis, profit dapat disebut dengan laba. Profit adalah pendapatan bersih suatu perusahaan setelah dikurangi dengan biaya produksi. Laba milik perusahaan perseorangan atau firma biasanya langsung didapatkan oleh para pemilik atau seseorang yang menjalankan perusahaan tersebut.
Profit atau laba menjadi sebuah indikator kinerja suatu perusahaan. Profit dikatakan mengalami pertumbuhan jika hasil selisih laba periode saat ini dikurangi dengan laba periode sebelumnya adalah positif. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan profit setiap tahunnya dapat menarik investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut karena dinilai memiliki prospek di masa depan.
BACA JUGA :
Hak adalah kekuasaan untuk berbuat sesuatu, ini penjabarannya
Profit juga dapat diartikan sebagai kelebihan penghasilan di atas biaya selama stau periode akuntansi. Nah untuk mengetahui lebih rinci mengenai profit, berikut berilio.net telah rangkum dari berbagai sumber pada Selasa (21/6).
Pengertian profit
foto: Unsplash/rupixen corn
BACA JUGA :
Logistik adalah proses supply chain, ketahui tujuan dan manfaatnya
Profit adalah perbedaan antara pendapatan yang direalisasi dan timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), profit adalah selisih lebih antara harga penjualan yang lebih besar dan harga pembelian atau biaya produksi.
Menurut Jurnal Bisnis dan Komunikasi, profit atau laba yang diperoleh oleh perusahaan atau suatu usaha merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, sehingga pendapatan dan biaya merupakan elemen yang digunakan untuk menghitung besaran laba. Profit atau rugi biasanya digunakan untuk melakukan penilaian terhadap prestasi kinerja perusahaan.
Penilain prestasi kinerja perusahaan dapat digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan perusahaan dengan cara membandingkan laba pada tahun tertentu dengan laba pada tahun sebelum dan sesudahnya.
Unsur-unsur pembentuk profit
foto: Unsplash/rupixen corn
Berdasarkan pengertian mengenai profit, terdapat unsur-unsur yang menjadi bagian dari pembentuk profit atau laba, yaitu pendapatan dan beban. Kedua unsur ini tidak dapat dipisahkan karena pendapatan merupakan hasil yang dapat diperoleh dari kegiatan operasi yang dilakukan oleh perusahaan. Sedangkan, beban merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan pendapatan yang diharapkan oleh perusahaan.
Pendapatan juga dapat diartikan sebagai arus masuk dari pengiriman produksi barang, memberikan jasa atau melakukan aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama. Sedangkan, beban adalah arus keluar atau penurunan dalam aktiva sebuah entitas selama suatu periode yang ditimbulkan oleh pengiriman dan produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang menjadi bagian dari operasi sentral perusahaan.
Perusahaan perlu memerhatikan kedua unsur tersebut selama kegiatan operasi berlangsung agar perusahaan menghasilkan profit yang diinginkan. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap keberlangsungan bisnis, sehingga jika pendapatan perusahaan lebih besar daripada beban, maka perusahaan tersebut akan mendapatkan profit. Sebaliknya, jika pendapatan lebih kecil dari beban maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Jenis-jenis laba
foto: Unsplash/Viachenslav Bublyk
Pendapatan dan beban merupakan elemen yang digunakan untuk mencari besaran laba. Dalam hal ini elemen tersebut terbagi menjadi empat yaitu laba bruto atau laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak, dan laba bersih. Penjelasan mengenai jenis-jenis laba adalah sebagai berikut:
1. Laba bruto atau laba kotor merupakan selisih antara pendapatan dan penjualan dengan harga pokok penjualan. Laba kotor dihitung untuk menilai efisiensi perusahaan dalam menjalankan manajemen tenaga kerja dan kelengkapan produksi.
2. Laba usaha merupakan selisih antara laba bruto dengan beban usaha. Laba usaha menjadi laba yang sering digunakan sebagai pengukur kemampuan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi utama. Laba usaha juga sering disebut dengan laba operasi.
3. Laba sebelum pajak merupakan hasil penambahan laba usaha dengan beban dan pendapatan lain, pos luar biasa, dan pengaruh kumulatif dari perusahaan.
4. Laba bersih merupakan laba yang didapatkan setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Laba bersih digunakan untuk mengukur seberapa baik manajemen perusahaan dalam menjalankan usaha atau bisnis.
Faktor yang memengaruhi pertumbuhan laba atau profit
foto: Unsplash/Sharon McCutcheon
Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan profit perusahaan yang diperoleh perusahaan selama satu periode tertentu. Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi profit atau laba di antaranya:
1. Current Ratio (CR)
Dilansir dari Jurnal Ekonomi Manajemen Perbankan, current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Current ratio yang rendah dapat menunjukkan terjadinya masalah likuiditas. Sebaliknya, jika current ratio tinggi dapat memberikan indikasi jaminan bagi kreditor jangka pendek. Arti jangka pendek di sini ialah setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban finansial jangka pendeknya.
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin tinggi DER maka menunjukkan beban perusahaan semakin besar terhadap pihak luar. Indikator DER dapat memengaruhi pertumbuhan laba baik secara positif atau negatif.
3. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan seluruh biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Hal ini juga dapat menjadi indikasi reputasi perusahaan dalam menggunakan biaya operasional.
4. Return On Assets (ROA)
Return On Assets berfungsi untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA juga menjadi salah satu rasio yang penting di antara rasio profitabilitas yang ada karena rasio ini akan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. ROA dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan total asset.
Sumber: Rike. 2018. Jurnal Manajemen Volume 4 Nomor 1. Universitas Methodist Indonesia.