Brilio.net - Secara umum, seni kriya dipahami sebagai suatu karya yang dikerjakan dengan menggunakan alat sederhana dan mengandalkan kegunaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karya kriya sangat kental merefleksikan lingkungan budaya dan geografis tempat karya tersebut diciptakan.
kriya juga merupakan jenis kesenian yang telah hidup lama pada kelompok masyarakat tradisional, dan di kalangan berbagai suku bangsa yang lazim digunakan secara fungsional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pendukungnya. Dalam perkembangannya karya seni kriya menunjukkan adaptasinya pada perubahan-perubahan yang terjadi.
BACA JUGA :
Impresif adalah kesan yang mendalam, pahami cara penggunaan katanya
Karya seni kriya berkaitan dengan kebudayaan dan menjadi salah satu bentuk ekspresi manusia yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan primer, sekunder, dan budaya. Dalam karya seni kriya tercermin kegunaan bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia, integritas sosial, serta interaksi sosial yang melibatkan orang lain dalam pembuatan dan penikmatannya.
Untuk memahami lebih rinci mengenai seni kriya yang merupakan cabang seni rupa, berikut brilio.net rangkum dari berbagai sumber pada Selasa (5/7).
BACA JUGA :
Pengertian gambar dekoratif, ketahui fungsi, dan jenis-jenisnya
Seni kriya merupakan salah satu cabang seni rupa yang memiliki akar kuat, yakni nilai tradisi yang bermutu tinggi atau bernilai adiluhung. Di masa lampau, kriyawan keraton menghasilkan karya seni dengan ketekunan dan konsep filosofi tinggi dengan memberikan legitimasi sebagai produk seni kriya tempo dulu.
Di dalam konsep tersebut termasuk adanya pola pikir metafisis yang mengandung nilai spiritual, religius, serta magis. Di samping itu juga adanya kesadaran kolektif terhadap lingkungan alam, solidaritas yang tinggi dan didukung tatanan budaya tradisional yang menghasilkan seni kriya yang berkualitas.
Dalam kamus Bausastra Jawa-Indonesia kata "Kriya" berarti pekerjaan atau kerajinan tangan. Dalam bahasa Sanskerta, istilah kriya berakar dari kata "kr" yang berarti mengerjakan dan akar kata tersebut berkembang menjadi kata karya, kriya, kerja.
Dalam bahasa Indonesia, kata kriya berarti pekerjaan (kerajinan tangan), sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan craft yang berarti seni atau kekuatan. Seni kriya adalah cabang seni rupa yang sangat memerlukan kekriyaan (craftmanship) yang tinggi untuk menghasilkan karya seni berupa ukiran kayu, seni keramik, anyaman, dan lain sebagainya.
Definisi seni kriya menurut para ahli:
1. Menurut I Made Bandem, seni kriya adalah karya yang dihasilkan karena skill atau keterampilan.
2. SP. Gustami mendefinisikan seni kriya sebagai suatu karya seni yang unik dan karakteristik yang didalamnya mengandung muatan nilai-nilai menyangkut estetik, simbolik, filosofis, dan fungsinya. Istilah kriya lahir akibat terjadinya stratifikasi sosial yang telah mengantarkan dualisme budaya dalam masyarakat.
3. Soedarso mengemukakan bahwa seni kriya adalah sesuatu yang dibuat dengan tangan, kekriyaan yang tinggi. Umumnya dibuat dengan sangat dekoratif atau secara visual dengan sangat indah.
Berdasarkan pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa seni kriya merupakan sesuatu yang dikerjakan dengan kecenderungan yang lebih banyak melibatkan kemampuan dan keahlian yang dihasilkan tangan terampil, bersifat dekoratif, serta dalam visualisasinya dibuat dengan sangat artistik.
Pada awalnya seni kriya lahir karena tuntutan kebutuhan manusia dalam menunjang aktivitas kehidupannya sehari-hari. Pada zaman batu, manusia mendesain barang praktis seperti sebuah kapak sebagai alat yang serba guna.
Dalam perkembangannya, seni kriya berkembang menjadi objek untuk berkreativitas. Kriya mulai diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam kehidupan. Ekspresi pribadi kriyawan yang kadang disebut dengan seniman berusaha untuk melayani kebutuhan praktis manusia serta kesadarannya sebagai anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan spiritual, bergabung menjadi satu kesatuan yang disebut kriya.
Fungsi seni kriya
Seni kriya berkaitan dengan pemenuhan fungsi-fungsi tertentu meski pemenuhan fungsi tersebut sering dipandang hanya dari sisi fisiknya saja, dan dianggap tidak sesuai dengan realitas kebutuhan hidup yang lengkap dan utuh. Fungsi seni kriya terbagi ke dalam tiga kategori yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi personal
Fungsi personal berkaitan dengan pemenuhan kepuasan jiwa pribadi atau individu.
2. Fungsi sosial
Fungsi sosial berhubungan dengan tujuan-tujuan sosial, ekonomi, politik, budaya, dan kepercayaan.
3. Fungsi fisiknya
Fungsi fisik berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan praktis manusia.
Seni kriya tidak akan pernah dihargai masyarakat jika di dalamnya tidak disertai faktor kreativitas, inovatif, dan unik sebagai hasil eksplorasi bentuk-bentuk baru yang menarik dan bukan sekadar mengandalkan nilai funa atau keterampilan semata.
Tingkatan pengguna seni kriya
Terdapat beberapa tingkatan pengguna dari produk seni kriya. Beberapa tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Karya seni kriya dibuat sebagai pengabdian terhadap dewa atau raja yang dikerjakan secara tekun agar mendapatkan kemakmuran dan kebahagiaan hidup. Dengan begitu, Sang Dewa kan merasa senang dan memberikan ketentraman serta kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Pengguna seni kriya yang kedua adalah seseorang atau kelompok yang memiliki tingkat ekonomi yang lebih baik sehingga dapat mengapresiasi seni kriya menjadi bagian dari gaya hidup mereka untuk mengikuti tren seni.
3. Pengguna ketiga merupakan pengguna yang berada pada strata menengah ke bawah. Individu atau kelompok ini hanya mampu mengoleksi dan mengapresiasi dengan cara menyesuaikan dengan tingkat ekonomi mereka sendiri dan produk yang dikoleksi menyesuaikan dengan kemampuan kantong.
Sumber: Raharjo. 2011. Seni Kriya dan Kerajinan. Yogyakarta: Percetakan Kanisius Yogyakarta.