Brilio.net - Rasanya tak asing bila mendengar kalimat bahwa sistem pendidikan Finlandia dijuluki terbaik di dunia. Bagaimana tidak, menurut data dari PISA, Finlandia menjadi satu-satunya negara, dimana siswanya memiliki kemampuan literasi dan tingkat harapan hidup yang tinggi.
Sistem pendidikan Finlandia sangat menekankan kesejahteraan siswa. Pendekatan mereka tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pada perkembangan emosional dan sosial siswa. Di Finlandia, siswa tidak harus menghadapi ujian standar atau tes penilaian secara teratur hingga mereka hampir selesai di sekolah menengah atas.
BACA JUGA :
Kebiasaan ngerjain tugas dengan sistem SKS bikin tubuh gampang lelah, ini 5 cara agar tetap bugar
Tes Nasional hanya diadakan pada akhir sekolah menengah atas (usia sekitar 18-19 tahun), yaitu Matriculation Examination, yang digunakan untuk masuk ke perguruan tinggi. Nggak heran sistem ini cukup mengurangi tekanan bagi para siswanya.
Nggak kalah menariknya, Sekolah di Finlandia tidak memaksakan siswa untuk duduk berjam-jam di kelas setiap hari. Rata-rata siswa hanya belajar selama 4-6 jam sehari, lalu para siswa bisa istirahat yang cukup. Disela waktu tersebut, para siswa bisa melakukan refleksi hingga memproses apa yang telah dipelajari.
Bisa dibilang, sistem ini juga mendorong siswa untuk tidak terburu-buru dalam mempelajari sesuatu, melainkan belajar dengan cara yang menyenangkan sekaligus efektif meningkatkan kemampuan akademiknya. Terlepas dari itu, setiap guru di Finlandia harus memiliki gelar master dan melewati seleksi ketat sebelum diizinkan mengajar.
BACA JUGA :
Mode panik di tengah tuntutan akademik, pengakuan mahasiswa soal sistem kebut semalam yang dilematik
Kualitas pengajaran inilah, siswa cenderung lebih menghargai pendidikan serta merasa bahwa mereka berada di tangan profesional yang kompeten. Nggak sampai disitu saja, berbeda dari kebanyakan negara di dunia. Alih-alih menciptakan kompetisi, Finlandia lebih memilih untuk membangun semangat kolaborasi di antara siswa.
Guru tidak mendorong siswa untuk bersaing satu sama lain, melainkan membantu satu sama lain dalam memahami materi. Lingkungan belajar yang menyenangkan ini ternyata mampu meningkatkan kesadaran para siswa di Finlandia untuk mengembangkan kompetensi diri lebih baik lagi. Para siswa juga diajarkan untuk tidak melakukan sistem kebut semalam.
Pasalnya di negara tersebut juga minim PR maupun ujian standar lainnya sehingga siswa lebih banyak menikmati belajar mereka tanpa tertekan dengan tuntunan perolehan nilai tertinggi. Menilik dari negara Finlandia tentu para siswa diajarkan untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan baik seperti belajar secara terstruktur. Lantas apa dampak positif belajar terstruktur ini? Yuk simak ulasan lengkap di bawah ini! Brilio.net sadur dari berbagai sumber, Kamis (5/9).
Dampak positif belajar secara terstruktur.
Belajar secara terstruktur menawarkan sejumlah dampak positif yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Metode ini tidak hanya meningkatkan hasil akademik tetapi juga memengaruhi keterampilan dan mentalitas seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Adapun dampak positif dari belajar secara terstruktur, diantaranya:
1. Meningkatkan pemahaman dan retensi informasi
Salah satu dampak paling nyata dari belajar secara terstruktur ialah peningkatan pemahaman terhadap materi. Dengan memecah topik menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan teratur, siswa dapat lebih mudah menyerap serta memahami konsep yang kompleks.
Struktur yang jelas memungkinkan siswa untuk meninjau kembali informasi pada waktu yang tepat, yang mengarah pada peningkatan retensi informasi dalam jangka panjang.
Metode seperti spaced repetition atau pengulangan materi secara berkala terbukti lebih efektif dalam memperkuat daya ingat, dibandingkan dengan belajar secara mendadak atau tanpa jadwal yang terencana.
2. Membantu manajemen waktu
Belajar secara terstruktur mengajarkan individu untuk lebih bijak dalam mengelola waktu. Dengan jadwal yang jelas, siswa dapat mengalokasikan waktu yang cukup untuk setiap mata pelajaran atau topik, sehingga menghindari penumpukan tugas maupun stres menjelang ujian.
Manajemen waktu yang baik berkaitan erat dengan peningkatan produktivitas dan pengurangan tingkat stres. Dalam studi yang diterbitkan oleh Britton & Tesser (1991), manajemen waktu yang efektif secara signifikan meningkatkan performa akademik mahasiswa.
Dengan memiliki rencana belajar yang terstruktur, seseorang tidak hanya belajar lebih efektif tetapi juga memiliki keseimbangan antara belajar maupun kegiatan lainnya.
3. Membangun disiplin diri
Belajar secara terstruktur menuntut seseorang untuk konsisten sekaligus patuh terhadap jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini tidak hanya membentuk kebiasaan belajar yang baik, tetapi juga melatih kedisiplinan diri yang sangat bermanfaat dalam aspek kehidupan lainnya, terutama di dunia kerja.
Ketika seseorang terbiasa disiplin dalam belajar, mereka cenderung lebih mampu mengikuti tenggat waktu, beradaptasi dengan tuntutan pekerjaan, hingga bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan.
Penelitian oleh Duckworth dan Seligman (2005) menunjukkan bahwa kedisiplinan diri memiliki dampak yang lebih besar terhadap kesuksesan akademis sekaligus meningkatkan kecerdasan intelektual (IQ).
4. Mengurangi stres dan kecemasan
Stres sering kali disebabkan oleh perasaan tidak siap atau penumpukan tugas yang mendadak. Belajar secara terstruktur membantu individu menghindari kondisi ini dengan memberikan jadwal yang teratur dan waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri.
Dengan pendekatan yang terencana, siswa dapat belajar dengan lebih tenang, karena mereka tahu apa yang harus dipelajari lalu kapan harus mempelajarinya. Tentu hal semacam ini mengurangi tekanan mental yang biasanya dirasakan ketika harus mengejar banyak materi dalam waktu singkat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Misra dan McKean (2000), salah satu penyebab utama stres akademik ialah ketidakmampuan untuk mengelola waktu dan beban belajar. Dengan belajar terstruktur, individu dapat mengurangi stres dan merasa lebih siap menghadapi tantangan.
5. Meningkatkan motivasi
Belajar secara terstruktur memberikan rasa pencapaian yang lebih jelas karena seseorang dapat melihat perkembangan mereka dari waktu ke waktu. Ketika mereka menyelesaikan satu tujuan belajar, hal ini dapat memberikan dorongan motivasi untuk mencapai tujuan berikutnya.
Struktur yang jelas juga membuat proses belajar terasa lebih terarah, yang membantu menghindari perasaan terjebak atau kebingungan tentang apa yang harus dipelajari selanjutnya. Dalam teori motivasi, adanya sense of accomplishment (rasa pencapaian) ini sangat penting untuk menjaga intrinsic motivation, yaitu motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang untuk terus belajar dan berkembang.
6. Mempermudah pemecahan masalah
Belajar yang terstruktur juga membantu dalam pengembangan keterampilan mencari solusi. Dengan menguraikan suatu masalah atau topik yang rumit menjadi langkah-langkah yang terorganisir, individu dapat lebih mudah memahami dan menemukan solusi.
Proses belajar yang terstruktur mengajarkan cara berpikir yang sistematis, yang sangat berguna dalam memecahkan masalah di dunia akademis maupun di tempat kerja. Ini membantu individu untuk lebih analitis, kritis, dan objektif dalam menilai suatu masalah.
7. Mengembangkan keterampilan jangka panjang
Selain manfaat jangka pendek seperti peningkatan nilai ujian, belajar secara terstruktur juga membantu mengembangkan keterampilan jangka panjang seperti kemampuan berorganisasi, manajemen waktu, dan kemampuan belajar mandiri.
Keterampilan-keterampilan ini sangat berharga dalam kehidupan profesional, di mana karyawan sering kali harus bekerja di bawah tekanan dan tenggat waktu yang ketat.
Pada jangka panjang, belajar secara terstruktur membantu seseorang untuk menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, terorganisir, serta mampu beradaptasi dengan perubahan atau tuntutan yang lebih besar.
Pelajaran yang bisa diambil dari sistem pendidikan di Finlandia.
Indonesia dapat belajar dari sistem pendidikan Finlandia melalui beberapa aspek kunci:
1. Fokus pada pembelajaran berbasis pemahaman
Finlandia menekankan pemahaman mendalam daripada tes standar. Ini mengurangi tekanan pada siswa dan mempromosikan pembelajaran yang lebih bermakna, pendekatan yang bisa diterapkan di Indonesia.
2. Kesetaraan akses pendidikan
Semua sekolah di Finlandia memiliki fasilitas dan kualitas yang setara. Indonesia dapat memperbaiki pendidikan dengan memastikan bahwa sekolah di seluruh wilayah memiliki sumber daya yang sama baiknya.
3. Guru berkualitas tinggi
Finlandia memiliki standar tinggi untuk pelatihan guru. Indonesia bisa meningkatkan pendidikan dengan menyediakan pelatihan lebih baik bagi guru sekaligus memperbaiki kesejahteraan guru dengan gaji yang layak.
4. Teknologi yang mendukung
Siswa di Finlandia memanfaatkan teknologi digital dalam proses belajar. Sebagian besar kurikulum nasional berbasis pada pembelajaran fenomenal, yang menciptakan pengalaman belajar unik melalui inovasi dalam pengajaran dan penggunaan teknologi. Teknologi ini memainkan peran penting dalam memperkaya pengalaman belajar.
5. Belajar sepanjang hayat
Konsep pembelajaran sepanjang hayat di Finlandia memungkinkan individu untuk melanjutkan pendidikan di usia berapa pun. Sistem pendidikannya sangat fleksibel, memungkinkan setiap orang untuk belajar kapan saja.
6. Pembelajaran inklusif
Siswa dengan kebutuhan khusus menerima fasilitas yang memadai. Semua kebutuhan mereka dipenuhi tanpa batasan, termasuk penyediaan alat bantu yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran mereka.