1. Home
  2. ยป
  3. Wow!
5 September 2024 15:10

SKS bikin stres, begini jurus jitu ala mahasiswa Gen Z atasi kebiasaan nugas mepet deadline

SKS bentuk dari mode panik yang bisa mengganggu keseimbangan mental dan fisik. Muhamad Ikhlas Alfaridzi

Brilio.net - Sebagai mahasiswa, mengerjakan tugas dari mata kuliah yang dipelajari di kampus adalah hal yang wajib. Setelah menerima berbagai teori yang sampaikan dosen dalam perkuliahan, mahasiswa biasanya akan diberikan tugas, mulai dari yang sifatnya harian, tengah semester, sampai akhir semester.

Dalam satu semester sendiri seorang mahasiswa biasanya akan mendapat 6-8 mata kuliah. Bayangkan jika semua mata kuliah ini membebankan tugas pada si mahasiswa. Wajar jika mengerjakannya jadi hal memusingkan.

BACA JUGA :
15 Contoh teks anekdot tentang sekolah, lengkap dengan strukturnya


Butuh manajemen waktu yang teratur, agar semua tugas tuntas tepat waktu. Namun tidak jarang, ada juga mahasiswa yang nekat belajar mendekati hari pelaksanaan ujian atau biasa kita sebut sistem kebut semalam (SKS).

Cara belajar SKS ini kadang bikin stres mahasiswa. Meski begitu, ada beberapa tips yang bisa kamu dapatkan agar nugas dikerjakan nggak mepet-mepet deadline.

BACA JUGA :
Profil Leo Tolstoy, pengarang besar Rusia yang karyanya akan terus abadi

foto: freepik.com

Brilio.net mengajak berbincang para mahasiswa Gen Z untuk bercerita tentang keresahannya saat nugas dan mengatur waktu.

Gita seorang mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta semester 5 mengaku sudah mendapat tugas yang banyak dari jurusannya. Ia mengaku, awalnya dalam mengerjakan tugas dirinya cenderung tergantung pada mood.

"Biasanya kadang SKS, bisa dikerjain 3 hari sebelum deadline," ujar Gita pada brilio.net, Kamis (5/9).

Saat moodnya anjlok, ia pun mengaku mengerjakan tugas dengan sistem SKS. Ia sampai harus begadang sampai matahari terbit, dan baru tidur sepulang dari kampus setelah tugas dikumpulkan.

"Kalo mood jelek ya aku SKS. Aku nggak tidur sampai pagi, terus tidurnya setelah ngumpulin tugas," lanjut Gita.

foto: freepik.com

Gita pun mengakui kalau mengerjakan tugas dengan SKS membuat tugas yang ia garap terkesan sembarangan. SKS pun berpengaruh pada nilai tugasnya yang jadi buruk.

"Yang penting jadi, yang penting dapat nilai. Walaupun ya jelek sih karena kan nggak prepare," sesal Gita.

Gita pun kini punya tips agar tugas yang ia kerjakan tidak mepet deadline. Mulai dari penguatan literasi hingga proses diskusi.

"Diperhatikan, dicermati tugasnya apa, terus bikinnya jangan mepet-mepet. dan kesampingkan dulu mood, karena ini untuk masa depan," tandas Gita.

Keresahan tentang banyaknya tugas, juga mulai dikhawatirkan oleh seorang mahasiswa baru. Brilio.net bertemu dengan Philip Renanda, mahasiswa baru di tahun ajaran 2024-2025. Baru masuk kuliah satu pekan, ia pun sudah mendapat cerita dari kakak tingkatnya tentang tugas yang menanti di hari-hari ke depan.

"Katingku (kakak tingkat) udah banyak yang cerita kalau di semester 3 atau 5 gitu tugasnya mulai membabi buta hahaha," ujar Philip.

Menyadari hal itu, ia pun mengaku sudah mulai kepikiran untuk membuat metodenya sendiri agar tugas yang ia kerjakan bisa maksimal dan nggak mepet deadline. Ia mengaku akan membuat template tugas sehingga tinggal menyunting ulang sesuai dengan materi yang dipelajari.

"Aku jadi kepikiran untuk bikin template-template gitu kak. Kayak cetakan. Jadi nanti tugasnya apa, aku tinggal masukin ke template itu trus di edit deh," kata Philip yang baru sepekan masuk jurusan Ilmu komunikasi Universitas Atmajaya ini.

Sementara itu, Dhea, mahasiswa semester 5 di jurusan dan kampus yang sama dengan Philip, punya tips yang super simpel agar tugas tidak telat, atau dikerjakan asal-asalan.

"Tips biar nggak telat nugas, dan tugasnya bagus, ya jangan SKS ya kan?! Simpel aja," kata Dhea pada brilio.net, Kamis (5/9).

Selain tugas individu. Dhea mengaku banyak juga mendapat tugas kelompok. Nah, hal yang paling ia resahkan ketika nugas kelompok ini adalah mahasiswa yang tidak berkontribusi dalam tugas kelompok tersebut. Lewat wawancaranya dengan brilio.net, ia pun menyampaikan pesannya.

"Ada yang kerja, nitip nama doang. Kasihan lho yang udah kerja, lu cuma nyantai-nyantai doang. Nanti nilai lu bagus, nilai yang lainnya malah jelek gimana hayo?!" ujar Dhea.

Meski begitu, Dhea mengaku mengeluh pada dosen yang memberikannya nilai pas-pasan padahal dirinya merasa sudah maksimal.

"Tolonglah ini mahasiswanya sudah effort. Kita udah nulis 1500 kata tapi masih dikasih nilai pas-pasan," keluh Dhea.

foto: freepik.com

Terakhir ada Rafael Hira. Ia menyampaikan kalau mengerjakan tugas jauh-jauh hari sebelum deadline, akan memberikan waktu untuk bisa mengoreksi sendiri tugas yang dikerjakan, dan bisa merevisinya terlebih dahulu sebelum dikumpulkan.

"Kalau misalnya kita sistem kebut semalam, kita jadi nggak punya waktu untuk revisi. Nah, kalau ngerjainnya dari jauh-jauh hari, kita bisa ngecek lagi, apa yang salah, ada yang typo, akhirnya tugas kita jadi bagus," kata Rafael, Kamis (5/9).

Sementara untuk tips agar bisa mengerjakan tugas jauh-jauh hari, Rafael punya caranya sendiri. Mengatur waktu dan punya planning adalah kuncinya.

"Aku biasanya sudah di plan. Kan tugas yang kita dapetin nggak cuma satu, jadi kita nentuin plan lewat kalender. Mana tugas yang deadline nya paling cepet itu yang dikerjain duluan. Kalau tugas kelompok, setelah dikasih tugas keluar kelas aku langsung ketemuan sama teman sekelompok. Kalau tugas individu, aku biasanya udah ngebayangin dulu formatnya kayak apa, terus aku catat, tentuin tanggal, kerjain, selesai deh," kata Rafael menjelaskan, Kamis (5/9).

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags