1. Home
  2. ยป
  3. Wow!
23 Desember 2023 17:50

Stream of Memory 'Papermoon Puppet Theater' pulang, kontemplasi memori kali tua yang terlupakan

Stream of Memory dari Papermoon Puppet Theater justru pertama kali dipentaskan di Esplanade, Singapura Khansa Nabilah
Gajang Wong sebagai personifikasi Kali

Lolongan marah dan sedih si anak gajah menjadi momen emosional bagi penonton. Meski sudah dibebaskan dari rantai, si anak gajah dengan lolongan sedihnya tampak mencari-cari sang induk di antara para penonton, memberikan interaksi teatrikal yang menyayat hati.

BACA JUGA :
Ratusan penari dan musisi Pagelaran Sabang Merauke mulai berlatih


foto: brilio.net/Khansa Nabilah

Kilas balik kisah anak gajah yang terpisah dari sang induk, divisualkan dengan dramatis pada layar panggung. Penggusuran habitat para gajah menyentil emosi dan kesadaran akan keterkaitan hidup manusia dan alam. Memberikan gambaran manusia yang terlepas dari alam. Rombongan gajah tampak diporak-porandakan. Mereka dijebak dan dipisahkan satu sama lain.

Lolongannya semakin mengecil, beriringan dengan menghilangnya anak gajah di balik kegelapan. Sang yang berhati lembut, terlihat menangis dan sedih, pulang bersama Kali. Babak akhir menampilkan Jun dan para penari mencari Sang yang menghilang. Kembalinya Sang disambut dengan pelukan hangat dari Jun serta roh-roh yang menari dengan pancaran cahaya yang hangat.

BACA JUGA :
Sambut hari wayang nasional, kisah Sang Sukrasana bakal dipentaskan

Pesan yang disampaikan dalam pertunjukan ini mengalir jernih dengan karakterisasi yang apik dan penuh makna. Pertunjukkan Stream of Memory yang digarap Papermoon Puppet Theatre ini mengisahkan hubungan manusia dengan alam yang disampaikan melalui kisah mengenai sungai.

Papermoon memberikan tampilan teatrikal interaktif dengan storytelling ringan tapi penuh makna, walhasil anak-anak pun terlihat menikmati pertunjukannya. Stream of Memory mengusung pesan soal hilangnya makna sungai akibat kehidupan modern yang membordir ekosistem sungai.

Maria Tri Sulistyani selaku pendiri Papermoon Puppet Theatre sekaligus sutradara, menjelaskan proses produksi Stream of Memory yang cukup panjang. Pementasan Papermoon Puppet Theate: Stream of Memory perdana ditayangkan di Esplanade Singapore, Singapura, pada 13 Desember 2022 tahun lalu. Namun, prosesnya sendiri sudah berjalan sejak tahun 2018.

Pihak Esplanade Singapore menawarkan Papermoon untuk tampil dengan tema sungai. Sayangnya, ketika harus pentas pada 2021, pandemi terjadi dan membuat mereka menunda riset hingga penampilan. Ria menjelaskan, seharusnya Papermoon melakukan riset ke Tarakan, Kalimantan Utara untuk bertemu orang utan.

"Ketika dikasih tema sungai kami muncul dengan ide yang macam-macam, ya. Ngomongin sungai di Indonesia itu banyak banget lapisannya. Sampai kemudian pandemi terjadi, jadi kami seharusnya ada perjalanan ke Tarakan, Kalimantan untuk ketemu orang utan, semua hilang. Nggak jadi itu," ungkap sutradara yang akrab disapa Ria pada Kamis (14/12).

foto: brilio.net/Khansa Nabilah

Ria pun harus memikirkan ide lainnya, sampai ia memutuskan untuk melakukan riset pada sungai yang ada di dekatnya. Lantaran tinggal di Jogja, ia pun memilih Sungai Gajah Wong. Di Sungai Gajah Wong, Ria menemukan cerita-cerita kecil masyarakat yang hidup di bantaran sungai tersebut. Dari situlah proses kreatif Stream of Memory mulai muncul.

"Jadi tahun 2021 kami mulai proses dan memilih teman-teman di Sungai Gajah Wong. Kami tahu ada sekolah untuk anak-anak gratis di bantaran sungai, yang ingin kami temukan adalah kisah-kisah kecil di dekat kita, " jelas Ria.

Ria menyebut ia membuat creative workshop di Sungai Gajah Wong. Papermoon Puppet Theatre membuat acara gambar bareng, pementasan kecil.

"Dan secara informal, beberapa anak laki-laki berjalan-jalan ke tempat mereka bermain-main. Itu sih proses kreatifnya dari situ. Jadi ada banyak lapisan proses kreatifnya. Salah satunya itu," tutur Ria.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags