1. Home
  2. ยป
  3. Wow!
23 Januari 2023 11:40

Tak banyak diketahui, busana muslim khas Indonesia punya latar belakang erat dengan etnis Tionghoa

Busana muslim khas Indonesia atau yang dikenal dengan baju koko, nyatanya sudah ada sejak abad ke-17 silam, lho. Muhamad Ikhlas Alfaridzi

Brilio.net - Masyarakat Indonesia sudah sangat terkenal dengan keragamannya. Sejak dulu, masyarakat yang terkenal dengan keramahannya ini selalu terbuka dengan berbagai budaya dari berbagai belahan dunia.

Hal itu membuat pembauran kultur dan menghasilkan kultur khas orang Indonesia yang ada saat ini. Setiap suku yang punya adat dan kebiasaan berbeda-beda nyatanya mampu hidup berdampingan dengan harmonis.

BACA JUGA :
10 Momen lucu beli busana muslim di online shop, bikin ngakak


Misalnya, hubungan antara masyarakat muslim dan Tionghoa. Nyatanya sejak dulu dua kelompok masyarakat ini telah hidup berdampingan, saling membaur, dan lambat laun banyak menghasilkan kultur dan budaya hingga gaya busana yang khas.

foto: Twitter/@kangrekom

BACA JUGA :
Gaya pemotretan 9 keluarga seleb pakai busana muslim, kompak abis

Kamu tahu nggak sih baju koko yang sering dipakai kaum Muslim saat pergi beribadah, atau dikenakan di hari raya Idul Fitri? Ternyata punya latar belakang yang erat dengan etnis Tionghoa, lho. Lho kok bisa? daripada penasaran mending simak ulasan asa muasal baju koko berikut ini.

Pakaian khas etnis Tionghoa di Nusantara

foto:shopee.com

Baju koko yang identik dengan kaum muslim, nyatanya sudah ada sejak abad ke-17 silam, lho. Pada era itu, pakaian tersebut dibawa warga Tionghoa yang datang ke tanah Batavia menggunakan pakaian bernama Tui-Khim.

Baju tersebut kemudian jadi pakaian khas dari etnis Tionghoa hingga abad ke-20. Lebih rinci lagi, budayawan Indonesia, Remy Sylado menjelaskan secara detail tentang asal-usul baju koko dalam karya novelnya berjudul: Novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah (2008).

Baju logro bahan sutra putih yang biasanya disebut shi-jui. Karena yang memakainya dipanggil engkoh-engkoh, yakni sebutan umum bagi lelaki Cina yang lebih tua, maka baju ini pun disebut baju engkoh-engkoh. Dieja bahasa Indonesia sekarang menjadi baju koko, tulis Remy menjelaskan dalam novelnya, dikutip brilio.net pada Senin (23/1).

Dimodifikasi jadi busana muslim

Dilansir dari merdeka.com, sejarahwan Betawi, Yahya Andi Saputra mengatakan, meski dulunya pakaian khas Tionghoa, baju koko pada saat ini telah menjadi identitas masyarakat muslim.

Hal tersebut karena saat warga Tionghoa akhirnya merdeka, mereka mulai melepaskan baju tersebut dan menggantinya dengan busana yang sama dengan orang-orang Eropa agar dianggap setara.

foto: Twitter/@yennywahid

Namun begitu, baju koko masih digunakan sebagian warga kelas menengah ke bawah, terutama etnis Tionghoa yang beragama Islam. Baju koko kemudian bertransformasi menjadi baju ibadah dengan mengganti warnanya dengan warna dominan putih.

"Ketika orang Tionghoa sudah merdeka, mereka lebih memilih memakai pakaian seperti orang-orang Eropa seperti sepatu pantofel dan lain-lain. Tapi masih ada masyarakat kalangan kelas menengah kebawah yang memakai busana itu. Nah busana tersebut banyak dipilih warna putih untuk dijadikan baju muslim," tutur Yahya Andi Saputro dikutip dari merdeka.com.

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags