Brilio.net - Di tengah pemukiman padat penduduk di Gang Dharma Kelapa Dua, Depok, terdapat sudut tersembunyi bernama Taman Baca Melego. Meski tak terlalu jauh dari jalan raya dan diapit oleh rumah warga yang jaraknya berdekatan, tempat tersebut jauh dari kesan pengap dan kumuh.
Tempat yang difungsikan sebagai sarana belajar untuk anak-anak dan remaja di sekitar Gang Dharma tersebut justru tampak asri dengan beberapa pepohonan dan taman. Siapa yang menyangka kalau tempat bermain sekaligus belajar itu dulunya adalah tempat pembuangan sampah liar bagi warga setempat?
BACA JUGA :
9 Contoh manfaat gotong royong di masyarakat, lengkap dengan tujuannya
Bahkan menurut para pengurus taman baca, banyak warga yang bukan berdomisili di sekitar Taman Baca Melego ikut membuang sampah di tempat tersebut. Ajo dan beberapa temannya yang sering berkumpul di toko penyewaan alat outdoor yang berada persis di depan tempat pembuangan sampah pun cukup terganggu dengan bau dari tumpukan sampah.
foto: Instagram/@tamanbacamelego
BACA JUGA :
3 Aksi sederhana selamatkan bumi, bisa dimulai dari diri sendiri
Nggak cuma aroma menyengat dari sampah, ia dan warga sekitar juga akrab dengan asap dari pembakaran sampah di lahan tersebut. Melihat kondisi yang memprihatinkan, Ajo dan beberapa temannya berinisiatif untuk membersihkan sampah di lahan tersebut.
"Di depan taman ini kan ada tempat penyewaan alat outdoor. Temen-temen sering nongkrong di situ setiap pulang ngampus atau pulang kerja. Udah notice kalau di depan toko ada tempat pembuangan sampah warga yang udah puluhan tahun. Nggak nyaman juga kan lama-lama sama aromanya. Akhirnya saya sama temen-temen berniat mau bersihin lahan itu," tutur Ajo.
foto: Instagram/@tamanbacamelego
Ajo dan teman-temannya berniat menyulap lahan tersebut untuk dijadikan sebagai rumah singgah bagi para backpacker mengingat background ia dan teman-temannya yang hobi traveling.
Namun usai diskusi dan melihat kondisi di sekitar, akhirnya Ajo dan kawan-kawan memutuskan untuk mengaktivasi lahan mati itu menjadi sebuah taman baca. Harapannya, anak-anak di sekitar Gang Dharma bisa punya tempat yang lebih aman dan nyaman untuk bermain sekaligus bisa jadi tempat belajar.
"Niatnya mau bersihin dan bikin saung. Awalnya pengin dijadiin rumah singgah buat para backpacker atau orang yang suka jalan. Tapi akhirnya saya sama temen-temen kepikiran untuk bikin taman baca buat anak-anak sekitar sini supaya mereka nggak main di jalan raya," sambungnya.
Untuk kepemilikan lahan sendiri, menurut Ajo, lahan tersebut merupakan tanah milik pribadi. Namun, ia dan teman-temannya telah mendapatkan izin pemiliknya untuk mengaktifkan lahan tersebut menjadi taman baca.
foto: Instagram/@tamanbacamelego
Ia juga bekerja sama dengan RT setempat untuk mensosialisasikan kepada warga agar tak lagi membuang sampah di lahan tersebut. Proses pembersihan lahan sendiri dimulai pada 2019 dan memakan waktu cukup lama, yaitu sekitar tujuh bulan.
Bersih-bersih tempat pembuangan sampah lebih sering dilakukan oleh Ajo dan teman-temannya saat malam hari sepulang bekerja. Selama membersihkan tempat tersebut, ia dan teman-temannya juga menemukan tantangan tersendiri, salah satunya adalah mengubah kebiasaan warga agar tak lagi membuang sampah di lahan tersebut.
"Selama kita bersihin (lahan), masih ada aja warga yang buang sampah di sini. Ketika kita bersihin tuh ada aja yang melempar sampah ke dalam. Pelan-pelan kita kasih tahu ke warga buat nggak buang sampah di sini lagi," ungkap Ajo.
Selama tujuh bulan, Ajo dan teman-temannya berhasil mengumpulkan sekitar 700 karung sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
"Sebenarnya tempat pembuangan sampah di RT ini ada. TPA nya ada. Jadi RT ini lokasinya dipisahkan jalan raya Kelapa Dua. Nah, di dekat rumah Pak RT itu ada tempat pembuangan untuk warga RT 02. Mungkin warga malas nyebrang jalan ke sana, akhirnya lahan kosong ini dipakai jadi tempat buang sampah," ucapnya.
Usai rampung membersihkan lahan, Ajo dan teman-temannya dibantu warga sekitar membangun saung sederhana untuk meletakkan koleksi buku dengan dana swadaya. Buku-buku yang dipajang pun kebanyakan merupakan koleksi pribadinya dan teman-teman yang sudah rampung dibaca.
foto: Brilio.net/Dewi Suci
"Saung pertama yang dibantu sama warga juga. Ada beberapa warga yang ikut bikin saung. Kita ngumpulin koleksi buku temen-temen yang sudah selesai dibaca. Ternyata dari koleksi belum cukup banyak, jadi kita inisiatif untuk open donasi buku. Dan ketika poster disebar di Instagram, banyak yang nyumbang ke sini. Sampai ada yang bawa dari luar kota," terang Ajo.
Meski wujudnya sudah tak sekumuh dulu, namun banyak anak-anak sekitar yang belum diizinkan untuk main di taman baca karena masih terdapat sisa sampah beling dan kaca.
foto: Brilio.net/Dewi Suci
"Anak-anak nggak langsung dibolehin sama orang tuanya untuk main di sini karena ini kan dulunya tempat pembuangan sampah, beling dan kaca masih banyak. Terus juga bekas bakar sampah jadi bikin kaki kotor," tuturnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Ajo dan teman-teman terus merapikan kondisi taman dan anak-anak mulai berdatangan untuk sekadar bermain. Ajo dan pengurus taman baca lainnya pun mengajak anak-anak sekitar untuk membuat kegiatan menggambar bersama.
foto: Brilio.net/Dewi Suci
"Kalau kegiatan pertama kali, kita itu ngumpulin barang bekas, kita ajak anak-anak untuk gambar pakai cat. Kita menggambar bareng pakai tripleks bekas. Sambil kita bikin papan tulisan buat warga supaya nggak buang sampah di tempat ini lagi," tukas Ajo.
Nggak cuma itu, ia dan teman-temannya juga mengadakan kegiatan mengaji bareng tiap selepas magrib. Anak-anak sekitar juga kerap mengerjakan PR di taman baca.
"Kita bikin kegiatan ngaji bareng setiap habis magrib. Kita bantu ngerjain tugas atau PR anak-anak sekitar juga. Jadi kalau ada yang kesulitan ngerjain tugas, kita ajak buat ke taman baca biar bisa dikerjain bareng-bareng," tambahnya.
Ajo dan pengurus taman baca juga berkolaborasi dengan warga setempat untuk mengadakan agenda kerja bakti setiap satu bulan sekali.
"Kita bikin agenda kerja bakti bareng warga setiap sebulan sekali buat bersihin lingkungan sekitar sini," kata Ajo.
foto: Brilio.net/Dewi Suci
Bu Sum yang merupakan warga sekitar juga merasakan manfaat adanya taman baca. Menurutnya, kini lingkungan tempat tinggalnya semakin bersih dan sampah lebih terkelola dengan baik.
"Dulunya itu dipakai buat buang sampah jadi bau nggak sedap. Sekarang sudah ada yang ambil sampah setiap dua hari sekali jadi sampah nggak numpuk. Keluar rumah juga udah nggak bau sampah lagi. Lebih enak lah. Anak-anak juga bisa main di sana," tuturnya.
Memasuki tahun keempat, Taman Baca Melego nggak cuma jadi tempat bermain dan belajar, tapi juga menjadi wadah untuk menjalin kolaborasi antar komunitas dan tempat berjejaring. Sudut asri yang tersembunyi tersebut belakangan kerap dikunjungi oleh pegiat literasi dari berbagai daerah.
Ada yang berkolaborasi untuk mengadakan bedah buku, ada pula yang ingin membuat kelas mengajar untuk anak-anak. Nggak cuma itu, Ajo juga mengungkapkan kalau Taman Baca Melego juga aktif di bidang sosial dan kebencanaan.
foto: Brilio.net/Dewi Suci
"Kita aktif di kebencanaan juga. Ketika ada bencana di suatu daerah, temen-temen langsung bikin aksi cepat tanggap, bisa dengan open donasi atau langsung terjun ke lapangan sebagai relawan," sambungnya.
Belakangan teman-teman di Taman Baca Melego juga tengah aktif menjalankan program barunya yang bertajuk Ekspedisi 10.000 Buku untuk Indonesia Timur. Program yang telah digagas sejak pertengahan 2020 tersebut baru bisa terlaksana tahun ini karena beberapa faktor.
"Ekspedisi 10.000 Buku untuk Indonesia Timur kali ini kita bagi-bagi buku di wilayah Sumba. Sebenarnya gagasannya itu udah ada dari 2020. Tapi sempat terkendala pandemi ya. Jadi selama 2020 sampai 2023 itu kita open donasi buku dulu," tutur Ajo.
Selain mendistribusikan buku, tim Taman Baca Melego yang turun ke Sumba juga memberikan pelatihan untuk para pemuda di sana mulai dari pelatihan merajut, membuat motif tie dye, hingga belajar cara sablon manual.
Harapannya, pelatihan tersebut dapat menambah skill para pemuda di sana dan dapat menjadi peluang pekerjaan ke depannya.
"Selain distribusi buku, kita bermain dan belajar bareng anak-anak. Kita juga bikin pelatihan merajut, tie dye, dan ngajarin cara sablon manual juga. Jadi ada banyak kegiatan selain distribusi buku yang bisa nambah skill pemuda di sana," pungkas Ajo.