"Saung pertama yang dibantu sama warga juga. Ada beberapa warga yang ikut bikin saung. Kita ngumpulin koleksi buku temen-temen yang sudah selesai dibaca. Ternyata dari koleksi belum cukup banyak, jadi kita inisiatif untuk open donasi buku. Dan ketika poster disebar di Instagram, banyak yang nyumbang ke sini. Sampai ada yang bawa dari luar kota," terang Ajo.
BACA JUGA :
9 Contoh manfaat gotong royong di masyarakat, lengkap dengan tujuannya
Meski wujudnya sudah tak sekumuh dulu, namun banyak anak-anak sekitar yang belum diizinkan untuk main di taman baca karena masih terdapat sisa sampah beling dan kaca.
foto: Brilio.net/Dewi Suci
BACA JUGA :
3 Aksi sederhana selamatkan bumi, bisa dimulai dari diri sendiri
"Anak-anak nggak langsung dibolehin sama orang tuanya untuk main di sini karena ini kan dulunya tempat pembuangan sampah, beling dan kaca masih banyak. Terus juga bekas bakar sampah jadi bikin kaki kotor," tuturnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Ajo dan teman-teman terus merapikan kondisi taman dan anak-anak mulai berdatangan untuk sekadar bermain. Ajo dan pengurus taman baca lainnya pun mengajak anak-anak sekitar untuk membuat kegiatan menggambar bersama.
foto: Brilio.net/Dewi Suci
"Kalau kegiatan pertama kali, kita itu ngumpulin barang bekas, kita ajak anak-anak untuk gambar pakai cat. Kita menggambar bareng pakai tripleks bekas. Sambil kita bikin papan tulisan buat warga supaya nggak buang sampah di tempat ini lagi," tukas Ajo.
Nggak cuma itu, ia dan teman-temannya juga mengadakan kegiatan mengaji bareng tiap selepas magrib. Anak-anak sekitar juga kerap mengerjakan PR di taman baca.
"Kita bikin kegiatan ngaji bareng setiap habis magrib. Kita bantu ngerjain tugas atau PR anak-anak sekitar juga. Jadi kalau ada yang kesulitan ngerjain tugas, kita ajak buat ke taman baca biar bisa dikerjain bareng-bareng," tambahnya.
Ajo dan pengurus taman baca juga berkolaborasi dengan warga setempat untuk mengadakan agenda kerja bakti setiap satu bulan sekali.
"Kita bikin agenda kerja bakti bareng warga setiap sebulan sekali buat bersihin lingkungan sekitar sini," kata Ajo.
foto: Brilio.net/Dewi Suci
Bu Sum yang merupakan warga sekitar juga merasakan manfaat adanya taman baca. Menurutnya, kini lingkungan tempat tinggalnya semakin bersih dan sampah lebih terkelola dengan baik.
"Dulunya itu dipakai buat buang sampah jadi bau nggak sedap. Sekarang sudah ada yang ambil sampah setiap dua hari sekali jadi sampah nggak numpuk. Keluar rumah juga udah nggak bau sampah lagi. Lebih enak lah. Anak-anak juga bisa main di sana," tuturnya.
Memasuki tahun keempat, Taman Baca Melego nggak cuma jadi tempat bermain dan belajar, tapi juga menjadi wadah untuk menjalin kolaborasi antar komunitas dan tempat berjejaring. Sudut asri yang tersembunyi tersebut belakangan kerap dikunjungi oleh pegiat literasi dari berbagai daerah.
Ada yang berkolaborasi untuk mengadakan bedah buku, ada pula yang ingin membuat kelas mengajar untuk anak-anak. Nggak cuma itu, Ajo juga mengungkapkan kalau Taman Baca Melego juga aktif di bidang sosial dan kebencanaan.
foto: Brilio.net/Dewi Suci
"Kita aktif di kebencanaan juga. Ketika ada bencana di suatu daerah, temen-temen langsung bikin aksi cepat tanggap, bisa dengan open donasi atau langsung terjun ke lapangan sebagai relawan," sambungnya.
Belakangan teman-teman di Taman Baca Melego juga tengah aktif menjalankan program barunya yang bertajuk Ekspedisi 10.000 Buku untuk Indonesia Timur. Program yang telah digagas sejak pertengahan 2020 tersebut baru bisa terlaksana tahun ini karena beberapa faktor.
"Ekspedisi 10.000 Buku untuk Indonesia Timur kali ini kita bagi-bagi buku di wilayah Sumba. Sebenarnya gagasannya itu udah ada dari 2020. Tapi sempat terkendala pandemi ya. Jadi selama 2020 sampai 2023 itu kita open donasi buku dulu," tutur Ajo.
Selain mendistribusikan buku, tim Taman Baca Melego yang turun ke Sumba juga memberikan pelatihan untuk para pemuda di sana mulai dari pelatihan merajut, membuat motif tie dye, hingga belajar cara sablon manual.
Harapannya, pelatihan tersebut dapat menambah skill para pemuda di sana dan dapat menjadi peluang pekerjaan ke depannya.
"Selain distribusi buku, kita bermain dan belajar bareng anak-anak. Kita juga bikin pelatihan merajut, tie dye, dan ngajarin cara sablon manual juga. Jadi ada banyak kegiatan selain distribusi buku yang bisa nambah skill pemuda di sana," pungkas Ajo.