Brilio.net - Bulan Agustus selalu menjadi waktu yang penuh makna bagi bangsa Indonesia. Setiap tahunnya, seluruh rakyat Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan yang jatuh pada tanggal 17 Agustus. Mendekati HUT RI, Agustus dipenuhi dengan berbagai kegiatan untuk merayakan kemerdekaan seperti berbagai lomba.
Dirayakan dengan semangat nasionalisme menggelora, mengingatkan akan perjuangan panjang dan pengorbanan para pahlawan yang berhasil merebut kemerdekaan dari penjajahan. Pasalnya, Agustus adalah bulan di mana peristiwa monumental, yakni pembacaan teks proklamasi yang menandai lahirnya bangsa Indonesia merdeka.
BACA JUGA :
Wanita asal Solo ini pernah tolak lamaran Sri Sultan Hamengku IX, begini 11 potretnya yang memesona
Peristiwa proklamasi RI
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 merupakan titik balik yang sangat signifikan dalam sejarah bangsa. Setelah mengalami penjajahan Belanda selama berabad-abad dan pendudukan Jepang selama Perang Dunia II, Indonesia akhirnya memproklamasikan kemerdekaannya.
Proklamasi ini dibacakan oleh Soekarno di depan masyarakat di rumahnya yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Momen tersebut menandai berakhirnya era penjajahan dan lahirnya negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
BACA JUGA :
Pria WNI ini bagikan penampakan pulau Jawa yang ada di Belanda, 9 potretnya perlihatkan becak Jepara
foto: Arsip Nasional Republik Indonesia
Proklamasi kemerdekaan ini tidak lepas dari berbagai peristiwa penting yang mendahuluinya. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, Soekarno dan Hatta memilih untuk berunding dengan pihak Jepang terlebih dahulu. Menurut buku "Sejarah Indonesia Modern" oleh M.C. Ricklefs, keputusan ini memicu ketegangan antara golongan tua dan golongan muda.
Akhirnya, setelah melalui berbagai diskusi dan perdebatan, disepakati bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada malam sebelumnya, Soekarno, Hatta, dan beberapa tokoh lainnya menyusun teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda, seorang perwira Angkatan Laut Jepang. Suasana saat itu sangat tegang karena berbagai tekanan dan ancaman dari pihak Jepang.
Dua versi teks proklamasi
Teks proklamasi yang dibacakan pada 17 Agustus 1945 kini menjadi peninggalan bersejarah yang sangat penting bagi Indonesia. Namun, banyak yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya terdapat dua versi teks proklamasi. Versi pertama adalah teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno, dan versi kedua adalah teks yang telah diketik oleh Sayuti Melik. Menurut buku "Proklamasi: Sebuah Catatan Sejarah" oleh Anhar Gonggong, kedua versi ini memiliki perbedaan yang signifikan.
foto: Arsip Nasional Republik Indonesia
Versi tulisan tangan Soekarno disusun pada dini hari tanggal 17 Agustus 1945. Dalam suasana yang sangat mendesak, Soekarno menuliskan teks proklamasi dengan bantuan Hatta dan beberapa tokoh lainnya. Teks tersebut ditulis secara spontan dan sederhana, mencerminkan situasi darurat yang mereka hadapi saat itu. Meskipun demikian, esensi dari teks tersebut sangat jelas, yaitu menyatakan kemerdekaan Indonesia dari segala bentuk penjajahan.
Kemudian, Sayuti Melik diminta untuk mengetik teks proklamasi tersebut. Versi ketikan ini menjadi teks resmi yang dibacakan oleh Soekarno pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945. Dalam proses pengetikan, terdapat beberapa perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki tata bahasa dan memperjelas makna. Salah satu perubahan yang signifikan adalah penggantian kata "tempoh" menjadi "tempo," yang dianggap lebih baku.
Dalam buku "Hari-Hari Menjelang Proklamasi" oleh Ahmad Subardjo, dijelaskan kronologi pembuatan dua versi teks proklamasi ini mencerminkan kondisi yang sangat dinamis dan penuh ketegangan. Setelah teks ditulis tangan oleh Soekarno, Hatta menyarankan agar teks tersebut diketik untuk memperjelas dan menegaskan pernyataan kemerdekaan. Sayuti Melik kemudian mengambil peran penting dalam mengetik teks proklamasi tersebut di mesin tik yang dipinjam dari kantor berita Domei (sekarang Kantor Berita Antara).
Proses pengetikan ini dilakukan dengan sangat cepat dan hati-hati karena kekhawatiran akan gangguan dari pihak Jepang atau tentara Sekutu. Setelah teks ketikan selesai, dokumen tersebut langsung dibawa ke Pegangsaan Timur untuk dibacakan oleh Soekarno. Proses ini menunjukkan betapa pentingnya kerjasama dan koordinasi antara para tokoh bangsa dalam menghadapi situasi krisis.
Dua versi tapi satu simbol perjuangan
foto: Arsip Nasional Republik Indonesia
Meskipun kedua versi teks proklamasi tersebut memiliki perbedaan, keduanya sama-sama menjadi simbol perjuangan dan tekad bangsa Indonesia untuk merdeka. Teks tulisan tangan Soekarno menunjukkan keaslian dan spontanitas dari momen bersejarah tersebut, sementara teks ketikan Sayuti Melik menggambarkan upaya untuk menyampaikan pesan kemerdekaan dengan lebih tegas dan jelas.
Dilansir dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), dokumen asli dari kedua versi teks proklamasi ini disimpan dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan sejarah Indonesia. Masyarakat dapat mengakses dan mempelajari dokumen tersebut untuk memahami lebih dalam mengenai peristiwa proklamasi kemerdekaan dan konteks historisnya.
Pada akhirnya, keberadaan dua versi teks proklamasi ini menunjukkan bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah hasil dari satu individu atau kelompok semata, melainkan hasil dari kerjasama dan perjuangan seluruh elemen bangsa. Melalui teks proklamasi, bangsa Indonesia menyatakan dengan tegas haknya untuk merdeka dan berdaulat sebagai bangsa yang mandiri dan berkeadilan.