Brilio.net - Saat kita tinggal di suatu daerah, tentu menginginkan hidup berbahagia di tengah keluarga dan tetangga yang harmonis dengan dilengkapi sepasang suami istri dan juga anak. Namun gimana jadinya yah kalau sebuah daerah hanya dihuni oleh kaum hawa?
Di Eropa Barat yaitu Estonia ada terdapat sebuah pulau yang berlokasi di Laut Baltik, yang hanya dihuni oleh kaum hawa. Bahkan sebanyak 400 jiwa penduduk saja dan jadi salah satu negara matriarkal di dunia. Pasalnya, penduduk pulau ini mayoritas perempuan dan dipimpin oleh seorang perempuan.
BACA JUGA :
Tak disangka, permen Kopiko jadi bekal astronot NASA ke luar angkasa
Dilansir brilio.net dari Oddity Central, Selasa (5/12) penduduk Pulau Kihnu memiliki pemimpin perempuan dan bukanlah karena mereka ingin menjadi sensasi di tengah publik dunia, melainkan mereka tidak punya pilihan lagi. Penyebabnya karena sebagian besar kaum Adam di pulau tersebut pergi selama berbulan-bulan untuk mencari nafkah.
Hal inilah yang membuat para wanita mau tidak mau menjadi mandiri, dan bertanggung jawab atas kehidupan mereka, keluarga, dan negara.
BACA JUGA :
10 Testimoni pembeli zaman now ini bikin gagal paham, ngaco banget dah
Pemimpin Pulau Kihnu, Mare Matas juga menjabat sebagai presiden Yayasan Ruang Budaya Kihnu. Ia pun memaparkan, sebuah rahasia tentang jumlah penduduk wanita sangat banyak di pulau ini.
"Pria selalu lama dan berada jauh dari pulau ini, dan itulah alasan historis mengapa perempuan sangat kuat, dan sangat mandiri di sini," paparnya.
Meski kaum hawa mendominasi, kebudayaan dan tradisi amat dijaga kelestariannya. Salah satunya mereka masih mengenakan pakaian tradisional dalam aktivitas sehari-hari.
"Budaya Kihnu memang menarik, kita masih mengenakan pakaian tradisional dalam aktivitas sehari-hari, kita juga memiliki lagu rakyat kuno yang masih dimainkan, dan kita juga menari bersama," ucapnya.
Namun, di balik kekuatan, kemandirian, dan kelestarian budaya yang ada di Pulau Kihnu, Mare dan penduduk lainnya memiliki satu tantangan, yaitu membuat para generasi mudanya untuk tetap berada di Pulau Kihnu. Pasalnya, mereka yang pergi merantau seringkali tidak pernah kembali lagi ke Pulau Kihnu.
"Saya khawatir setiap hari budaya kita bisa hilang, karena budaya kita sangat berharga, masih terjaga, dan menjadi sebuah keajaiban," ungkapnya.