Brilio.net - Tahu nggak sih kalian kalau di sebagian besar desa di India, tradisi telah mengungkung perempuan menjadi makhluk yang tersubordinasi budaya patriarki. Kasihan ya. Apalagi jika dikaitkan dengan kelahiran anak perempuan, secara historis hal itu dianggap sebagai beban bagi keluarga.
Bukan cuma itu, untuk urusan pernikahan misalnya, tradisi mengharuskan perempuan berkontribusi pada mas kawin, sehingga pernikahan menjadi suatu yang berat bagi perempuan. Akibatnya, seorang perempuan dianggap lebih rendah dibanding laki-laki di India.
Tapi ada satu tradisi unik di India untuk menghormati kaum perempuan. Jika umumnya untuk menyambut kelahiran seorang bayi keluarga sibuk dengan urusan selamatan atau memberikan hadiah, berbeda dengan tradisi di desa Piplantri di Rajasthan, India.
Di desa tersebut, untuk menyambut kelahiran bayi, khususnya bayi perempuan, maka keluarga diwajibkan menanam 111 pohon. Ini sebagai bentuk penghargaan kepada kaum perempuan.
BACA JUGA: 11 Ilustrasi 'andai pohon bisa ngomong', curahan hatinya bikin sedih!
Munculnya tradisi menanam 111 pohon setiap kelahiran anak perempuan nampaknya ingin mendobrak beban tradisi dan sejarah bagi perempuan di India. Hal ini juga memunculkan harapan baru terhadap nasib perempuan di India yang bisa berubah.
Seperti dilansir brilio.net dari onegreenplanet.com, Rabu (15/6), tradisi menakjubkan ini dimulai saat kepala desa yang bernama Shyam Sundar Paliwal kehilangan anak perempuannya yang meninggal dalam usia muda. Untuk menghormatinya, sang kepala desa menanam 111 pohon. Seiring waktu berjalan, tradisi menanam pohon terus lestari, namun dilakukan saat kelahiran anak perempuan.
Uniknya, meski Paliwal tidak lagi menjabat sebagai kepala desa, tradisi ini terus terpelihara. Bahkan tak hanya menanam pohon, warga desa juga bersatu memberikan sumbangan berupa uang kepada anak perempuan yang baru saja lahir. Uang tersebut untuk memastikan bahwa sang anak tidak pernah dianggap lagi sebagai beban keuangan kedua orangtuanya.
BACA JUGA :
7 Tradisi unik jelang ujian di berbagai sekolah, ada mengaum bersama!
Sebagai timbal baliknya, kedua orangtua harus menandatangani surat pernyataan hukum yang menyatakan sang anak perempuan tidak akan dinikahkan sebelum berusia 18 tahun. Orangtua juga perlu memastikan sang anak perempuan mendapat pendidikan yang layak.
Gehrilal Balai, seorang ayah yang baru saja dikaruniai anak perempuan mengatakan kebahagiaan merawat anak sama halnya dengan merawat pohon.
Pohon-pohon menjadi simbol untuk bayi perempuan di desa ini, dan kami bekerja keras melindunginya, sama halnya dengan yang kami lakukan untuk melindungi anak-anak perempuan kami dari kesulitan hidup, ujarnya.
Selama enam tahun terakhir, seperempat juta pohon telah ditanam di Piplantri. Hal ini membuktikan, tradisi yang indah menumbuhkan apresiasi yang mendalam, tak hanya untuk keberlangsungan hidup perempuan tapi juga menanamkan rasa yang luar biasa kepada masyarakat tentang pentingnya kepedulian terhadap lingkungan. Hebat deh.