Brilio.net - Perselingkuhan merupakan fenomena yang sering muncul dalam hubungan interpersonal, dan analisis psikologis mengungkapkan berbagai alasan di balik perilaku ini. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Personal Relationships oleh Vangelisti 2016, menunjukkan bahwa salah satu motivasi utama di balik perselingkuhan adalah kebutuhan akan validasi emosional dan pengakuan yang tidak terpenuhi dalam hubungan utama. Studi ini menyoroti, individu yang merasa kurang dihargai atau tidak mendapatkan perhatian memadai dari pasangan cenderung mencari pengakuan dan dukungan emosional di luar hubungan tersebut.
Di tingkat internasional, Journal of Marriage and Family oleh Whisman 2016, menerbitkan penelitian yang mengidentifikasi bahwa kurangnya kepuasan dalam hubungan dapat memicu perilaku perselingkuhan sebagai bentuk pencarian pemenuhan emosional yang hilang. Penelitian ini menekankan bahwa ketidakpuasan dalam hubungan utama seringkali menjadi faktor pendorong bagi individu untuk terlibat dalam perselingkuhan sebagai upaya untuk mendapatkan rasa puas dan perhatian yang tidak mereka terima dalam hubungan mereka.
Di Indonesia, studi oleh Jurnal Psikologi Sosial ditulis oleh Sari 2020, juga mengungkapkan bahwa faktor-faktor psikologis seperti kebutuhan akan validasi eksternal dan stres emosional berperan penting dalam keputusan untuk selingkuh. Penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan pengakuan dan dukungan emosional, serta stres yang tinggi, seringkali menjadi faktor signifikan yang memengaruhi perilaku perselingkuhan di kalangan individu. Memahami faktor-faktor psikologis penting untuk mengembangkan strategi yang efektif dalam mencegah dan menangani masalah perselingkuhan dalam hubungan interpersonal.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pasangan yang berselingkuh memiliki alasan tertentu. Berikut brilio.net berikan informasi secara mendalam 10 alasan pasangan memilih selingkuh menurut psikologis yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, Rabu (21/8). Yuk, simak pembahasannya.
10 Alasan pasangan memilih selingkuh menurut psikologis.
Perselingkuhan dalam hubungan sering kali menimbulkan pertanyaan mendalam tentang motivasi dan faktor psikologis yang mendasarinya. Mengapa seseorang merasa terdorong untuk melanggar komitmen mereka? Untuk itu, kamu bisa mengetahuinya dengan penjelasan berikut ini:
1. Kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi.
foto: freepik.com
Salah satu alasan utama yang sering diidentifikasi adalah kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi dalam hubungan utama. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Marriage and Family oleh Miller 2016, menyatakan bahwa individu yang merasa kurang mendapatkan dukungan emosional atau kepuasan dalam hubungan mereka cenderung mencari pemenuhan tersebut di luar hubungan mereka. Ketidakpuasan emosional ini bisa meliputi rasa kesepian, kurangnya perhatian, atau komunikasi yang buruk. Ketika pasangan merasa tidak diperhatikan atau tidak dihargai, mereka mungkin mencari hubungan yang dapat memenuhi kebutuhan emosional yang tidak didapatkan dari pasangan utama mereka.
2. Ketidakstabilan dan stres psikologis.
foto: freepik.com
Ketidakstabilan dalam hubungan, termasuk konflik yang berkepanjangan dan ketegangan emosional, juga merupakan faktor yang berkontribusi terhadap perilaku selingkuh. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Personal Relationships ditulis oleh Davis dan Shaver 2018, menunjukkan bahwa stres psikologis dan ketidakstabilan hubungan dapat mendorong individu untuk mencari pelarian melalui hubungan baru. Selingkuh sering kali dianggap sebagai cara untuk melarikan diri dari ketidakbahagiaan atau stres yang dirasakan dalam hubungan utama mereka. Dalam kasus seperti ini, hubungan di luar pasangan utama sering kali dilihat sebagai sumber pelarian yang memberikan perasaan baru yang hilang dalam hubungan utama.
3. Citra diri dan kebutuhan validasi.
foto: freepik.com
Citra diri dan kebutuhan untuk validasi juga memainkan peran penting dalam keputusan untuk selingkuh. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Social and Personal Relationships oleh Vangelisti 2015, mengungkapkan bahwa individu yang memiliki kebutuhan tinggi akan validasi dan penghargaan diri seringkali mencari hubungan luar sebagai cara untuk meningkatkan rasa harga diri mereka. Dalam banyak kasus, selingkuh dapat memberikan rasa penerimaan atau pujian yang mungkin tidak mereka dapatkan dalam hubungan utama mereka. Ketika seseorang merasa tidak dihargai atau tidak diakui dalam hubungan, mereka mungkin mencari validasi di luar hubungan tersebut.
4. Masalah komitmen dan ketidaksetiaan.
foto: freepik.com
Masalah komitmen juga sering kali dikaitkan dengan perilaku selingkuh. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Marriage and Family oleh Mark dan Janssen 2016, mengungkapkan bahwa individu yang memiliki masalah dengan komitmen atau yang memiliki pandangan negatif tentang hubungan jangka panjang lebih mungkin untuk terlibat dalam perselingkuhan. Orang yang tidak memiliki pandangan positif tentang komitmen dalam hubungan cenderung memiliki kebiasaan atau kecenderungan untuk terlibat dalam hubungan luar yang dianggap sementara atau tidak mengikat.
5. Godaan dan kesempatan.
foto: freepik.com
Godaan dan kesempatan sering memainkan peran penting dalam perilaku selingkuh. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Social and Personal Relationships oleh Whisman 2016, menunjukkan bahwa individu yang menghadapi peluang untuk selingkuh dan terpapar pada godaan mungkin lebih cenderung terlibat dalam infidelity, terutama jika mereka sudah memiliki kecenderungan untuk perilaku tersebut. Ketersediaan kesempatan dan godaan bisa mengalahkan pertimbangan moral dan etika, sehingga mendorong seseorang untuk melakukan perselingkuhan.
6. Kepuasan dan pemenuhan hubungan.
foto: freepik.com
Kepuasan dalam hubungan adalah faktor utama yang mempengaruhi kemungkinan selingkuh. Penelitian yang dipublikasikan dalam Personal Relationships oleh Lammers 2017, menemukan bahwa individu yang mengalami kepuasan rendah dalam hubungan utama mereka cenderung mencari kepuasan di luar hubungan tersebut. Ketika pasangan merasa bahwa kebutuhan mereka tidak terpenuhi dalam hubungan utama, mereka mungkin mencari pemenuhan tersebut di luar hubungan.
7. Stres psikologis dan emosional.
foto: freepik.com
Stres psikologis dan emosional juga dapat mendorong individu untuk selingkuh. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Marriage and Family oleh Barton and Ruppel 2019, menunjukkan bahwa orang yang mengalami tingkat stres tinggi, seperti kecemasan, depresi, atau trauma yang belum terselesaikan, mungkin terlibat dalam perselingkuhan sebagai mekanisme coping atau pelarian. Tindakan selingkuh dapat memberikan bantuan sementara dari rasa sakit emosional, meskipun seringkali memperburuk stres dalam jangka panjang.
8. Gaya keterikatan dan dinamika hubungan.
foto: freepik.com
Gaya keterikatan yang berbeda dapat mempengaruhi kecenderungan untuk selingkuh. Penelitian dalam Attachment and Human Development Feeney 2018, menunjukkan bahwa individu dengan gaya keterikatan tidak aman, seperti keterikatan cemas atau menghindar, lebih cenderung terlibat dalam infidelity. Mereka dengan keterikatan cemas mungkin mencari pengakuan dan validasi di luar hubungan utama, sementara mereka dengan keterikatan menghindar mungkin kesulitan dengan kedekatan dan melakukan selingkuh sebagai cara untuk mempertahankan jarak.
9. Ciri kepribadian dan perbedaan individu.
foto: freepik.com
Ciri kepribadian dan perbedaan individu juga terkait dengan tingkat perselingkuhan. Studi yang dipublikasikan dalam Personality and Individual Differences oleh Derrick, 2015 menemukan bahwa ciri-ciri seperti narsisme tinggi, impulsivitas, dan pencarian sensasi sering dikaitkan dengan kemungkinan infidelity yang lebih tinggi. Individu dengan ciri-ciri ini mungkin lebih rentan terhadap perilaku berisiko dan mencari pengalaman baru di luar hubungan mereka yang sudah ada.
10. Pengaruh budaya dan sosial.
foto: freepik.com
Faktor budaya dan sosial juga dapat memengaruhi perilaku selingkuh. Penelitian dalam Culture and Psychology ditulis oleh Schmitt 2016, menunjukkan bahwa norma budaya dan sikap masyarakat terhadap infidelity dapat membentuk perilaku dan sikap individu. Dalam budaya di mana infidelity lebih diterima atau dinormalisasi, individu mungkin lebih cenderung terlibat dalam perilaku tersebut karena merasa ada izin atau kurangnya stigma.
Recommended By Editor
- Belum setahun menikah, curhatan wanita ditinggal suami selingkuh saat hamil 3 bulan ini bikin nyesek
- 9 Arti mimpi istri selingkuh yang harus diwaspadai menurut psikologi, isyarat introspeksi diri
- 65 Kata-kata bijak berkelas saat pacar selingkuh, bikin doi menyesal
- Kisah wanita pergoki suami selingkuh lewat driver ojek online, ternyata cinta lama belum usai
- 9 Arti mimpi suami selingkuh dengan teman kerja menurut primbon Jawa, isyarat keraguan pada pasangan