Kisah pria bertemu jodohnya lewat game online, nikah & jadi mualaf

Brilio.net - Bermain game rupanya tak hanya bermanfaat untuk melepas penat dari rutinitas pekerjaan. Melalui permainan mobile atau online game seseorang juga bisa bertemu dengan jodoh. Nggak percaya? Sudah banyak buktinya pasangan yang menemukan cintanya lewat game.

Sebut saja kisah seorang pria bernama Deny yang bertemu pujaan hatinya berkat game online DotA. Pada tahun 2011 silam, Deny mengikuti sebuah turnamen DotA dan bertemu dengan Septiva. Kebersamaan keduanya pun berlanjut selama lima tahun di dunia nyata hingga akhirna Mei 2016, Deny dan Septiva melangsungkan pernikahan.

Selain Deny dan Septiva masih banyak sejoli yang bertemu lewat game online hingga akhirnya berakhir di pelaminan. Seperti kisah yang baru-baru ini viral di media sosial. Seorang wanita muda asal Filipina yang bekerja di Arab Saudi menarik perhatian netizen usai kisah cintanya dengan sang suami viral. Menurut Filipino Times yang dikutip brilio.net dari mstar, Rabu (16/1), wanita itu bernama Samra (23). Di Arab Saudi, Samra bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga dan saat ada waku luang, ia hanya bermain permainan video RPG (role-playing game).

Lewat permainan video tersebut, Samra bertemu dengan Triston Wallin, seorang lelaki berusia 21 tahun yang tinggal di Las Vegas, Amerika Serikat pada Juni 2017. Sejak itu, mereka mulai mengobrol dan saling melakukan video call. Diketahui bahwa Triston juga merupakan seorang gamer profesional yang sering memberi Samra 'uang' dan 'hadiah langka' dalam permainan.

Perlahan tapi pasti, hubungan mereka semakin dekat hingga suatu waktu Triston melamar Samra. Namun Samra tidak segera menerima lamaran Triston karena merasa belum siap. Sampai akhirnya di hari ulang tahun Triston, Samra memberikan hadiah paling manis dengan menerima lamaran Triston dan bersedia menjadi istrinya.

Pada bulan September 2018, Triston dan Samra merencanakan pernikahan mereka melalui video call. Keduanya memutuskan untuk secara resmi mengucap janji suci Desember lalu di Filipina dalam upacara pernikahan yang sederhana namun hangat. Triston terbang dari Amerika Serikat sementara Samra terbang dari Arab Saudi untuk bertemu satu sama lain untuk pertama kalinya di Filipina, sebelum upacara pernikahan mereka. Setelah tiba di Filipina, Triston sekali lagi melamar Samra dan dia juga mengatakan bahwa dia akan masuk Islam hanya untuknya.

Triston dan Samra memutuskan untuk mengadakan dua upacara pernikahan. Pertama dengan menggunakan pernikahan tradisional secara Islam sedangkan acara yang kedua dilakukan dengan gaya Barat. Selain itu, Triston juga menyebutkan bahwa ia berencana membawa Samra ke Amerika Serikat untuk membantu sang istri mendapatkan kewarganegaraan Amerika sehingga mereka dapat tinggal di sana bersama.