Brilio.net - Semua orang pasti menginginkan kisah cinta yang berujung bahagia. Mengawali dari pacaran lalu menikah berlanjut punya anak dan menjadi tua bersama. Tapi, Tuhan selalu punya rencana berbeda. Rencana yang terkadang berbeda jauh dari angan-angan kita dan tentu nggak bisa ditolak.

Hal ini dirasakan Andi (bukan nama sebenarnya). Lelaki berusia 29 tahun yang bekerja menjadi karyawan swasta di Jakarta tersebut harus mengikhlaskan istri yang baru seminggu dinikahinya.

Sebelum menikah, Andi menjalin hubungan dengan Mirna (bukan nama sebenarnya) selama 5 tahun. Selama ini Mirna terlihat sehat, bersemangat dan ceria. Tapi semua berubah setelah Idul Fitri tahun 2014, kesehatan kekasihnya ini terus menurun. Mirna sakit liver dan itu membuat tubuhnya sangat kurus.

"Dia sakit, setelah beberapa bulan dia kehilangan 17 kg berat tubuhnya. Dia itu kan tinggi 170 cm lah, beratnya 40 kg. Dia kurus sekali, tapi perutnya buncit karena ada cairan di sana," kata Andi kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa ke 0-800-1-555-999, Rabu (17/2).

Kesehatan Mirna yang terus memburuk membuat Andi khawatir. Mirna yang sedang menahan sakit juga terus merengek untuk segera dilangsungkan pernikahan. Sebab, Andi pernah berjanji menikahi Mirna pada tahun 2014.

"Dia terus meminta menikah, saya memang akan menikahi dia. Tapi kondisi dia kan memang buruk sekali. Terus orangtua saya bilang ke Mirna, pokoknya kalau Mirna merasa sehat, Mirna pilih sendiri tanggal pernikahannya kapan," terang dia.

Mirna kemudian menentukan pernikahan digelar tanggal 13 Desember 2014. Andi menyetujuinya dan mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan tersebut. Tapi, Mirna sering merasa takut hanya akan menjadi beban untuk Andi di kemudian hari.

"Dia sering bilang takut cuma merepotkan saya. Saya bilang ke dia kalau laki-laki itu yang dipegang bukan harta atau apapun lainnya tapi kata-katanya. Kan saya sudah pernah bilang ke dia saya mau nikahi dia, saya juga cinta sama dia, saya mau melihat dia bahagia di saat-saat sakit di hidupnya," jelas Andi.

Pernikahan itu berlangsung, Mirna sangat bahagia, begitu juga Andi. Sehari setelah pernikahan, Mirna masih ceria. Tapi Andi mengaku tak tega menyentuh istrinya yang terlihat sangat lemah tersebut.

"Dia memang terlihat ceria, tapi dia lemah sekali. Saya kan lelaki, wajar ya ingin malam pertama gitu, tapi saya nggak tega, sungguh. Badannya sangat lemah, saya sangat sedih melihat dia tersiksa," lanjut dia.

Dua hari setelah menikah Mirna mengeluh sakit kepala yang sangat hebat. Andi kemudian membawa Mira ke rumah sakit. Kesehatan Mirna terus memburuk, dia juga sering mengigau. Andi mengaku setia menunggui istrinya di rumah sakit.

"Sepulang kerja saya ke rumah sakit, nginep sana terus berangkat kerja juga dari rumah sakit. Kesehatannya terus memburuk, dia pernah ngigau katanya ada kakeknya datang. Dia cerita kalau kakeknya bilang dia disuruh sabar, nanti kalau di sana sudah nggak sakit lagi. Pikiran saya semakin kacau," kenang Andi.

Malam hari Rabu (23/12), Mirna mengeluh sakit. Andi mengaku mengolesi perut Mirna dengan minyak kayu putih. Lalu Mirna tidur lagi dan pukul 00.00 WIB, tiba-tiba mengeluh sakit lagi. Kemudian Andi mengajak Mirna mengaji bersama.

"Dia ngeluh sakit lagi, saya ajak ngaji dia mau. Kami baca Yassin sampai ayat 17 mungkin, dia nggak kuat. Itu subuh udah dia kehilangan kesadaran gitu," kenang Andi sambil terisak.

Sekitar pukul 10 WIB, Kamis (24/12), setelah dokter mengusahakan banyak hal, Mirna tidak tertolong. Dia menghembuskan nafas terakhirnya. Andi mengaku sangat terpukul tapi mencoba untuk ikhlas.

"Saya sangat terpukul, sedih, saya nggak ikut mandiin. Saya bilang ke orang-orang, alah nanti dia juga bangun minta makan. Tapi saya sadar dia nggak mungkin kembali lagi, saya mencoba untuk ikhlas," ungkap Andi.

Bagi Andi, hari di mana Mirna meninggalkan dunia ini memang menyedihkan. Tapi, jauh lebih menyakitkan menjalani hari-hari setelah kepergian Mirna. Bukan hal mudah untuk melanjutkan hidup seperti biasa lagi.

"Hari di mana dia pergi memang menyakitkan, tapi jauh lebih menyakitkan ketika menyadari hari-hari setelah hari kepergiannya saya akan sangat kesepian. Hidup saya kosong, sesekali saya masih melihat BBM pagi hari karena biasanya Mirna BBM saya. Tapi seenggaknya saya masih beruntung karena pernah menikahinya," pungkas Andi.

Tentu Andi sangat sedih, tapi hidup harus tetap berjalan. Dia harus menjalani hidup dengan ikhlas dan menemukan kehidupan baru lagi. Kalau pengalaman kalian bagaimana Guys?

Cerita ini disampaikan oleh Andi melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!