Resistensi Antimikroba menjadi masalah kesehatan global. Angka kematian akibat Resistensi Antimikroba sampai tahun 2014 sebesar 700.000 per tahun. Dengan semakin cepatnya perkembangan dan penyebaran infeksi bakteri, diperkirakan pada tahun 2050 kematian akibat AMR lebih besar dibanding kematian yang diakibatkan oleh kanker, yakni mencapai 10 juta jiwa.
Dalam laporan itu juga menunjukkan bahwa Resistensi Antimikroba ada dimana-mana dan mempunyai potensi untuk menular ke semua orang, golongan usia, dan seluruh dunia. Salah satu faktor pemicu meningkatnya kejadian resistensi antimikroba dikarenakan penggunaan antimikroba yang tidak bijak di manusia dan hewan.
1. Apa itu Resistensi Antimikroba (AMR)
Resistensi antimikroba terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit mengalami perubahan sehingga obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang ditimbulkan mikroorganisme ini menjadi tidak efektif karena mikroorganisme semakin sukar untuk disembuhkan. Salah satu contoh dari resistensi antimikroba adalah dalam penggunan antibiotika.
2. Resistensi Antimikroba adalah permasalahan global
Sejak ditemukan antimikroba oleh Alexander Flemming pada tahun 1920-an, Antimikroba menjadi obat yang ajaib. Namun, penyalahgunaannya mengakibatkan terjadinya resistensi. Dengan adanya globalisasi, resistensi antimikroba akan cepat menyebar ke seluruh dunia.
3. Penyebab Resistensi Antimikroba
Resitensi Antimikroba merupakan fenomena evolusi alami. Ketika mikroorganisme terpapar Antimikroba, mikroorganisme yang rentan akan mati dan tinggallah yang kuat yang menjadi resisten.
4. Penggunaan Antimikroba yang tidak tepat bisa memperburuk resistensi
Tidak semua penyakit itu perlu antimikroba atau antibiotik untuk mengobatinya. Segera pergi ke dokter dan pelayanan kesehatan terdekat jika sakit.
5. Kurangnya obat-obatan berkualitas berkontribusi terhadap Resistensi Antimikroba.
Di beberapa negara, akses yang buruk terhadap antimikroba memaksa pasien untuk menjalani pengobatan yang tidak lengkap.
6. Peternakan merupakan sumber resistensi terhadap antibiotik.
Antibiotik sub-terapeutik digunakan dalam peternakan hewan untuk mempercepat pertumbuhan atau pencegahan penyakit. Hal ini bisa mengakibatkan mikroorganisme resisten, yang bisa menyebar ke manusia.
7. Pencegahan dan pengendalian infeksi yang buruk, memperkuat resistensi obat.
Pasien yang dirawat dirumah sakit akibat resistensi antimikroba dapat menularkan pada petugas kesehatan dan juga keluarganya jika pencegahan dan pengendalian infeksi yang buruk.
8. Sistem surveilans yang lemah berkontribusi terhadap penyebaran resistensi obat.
Beberapa negara kekurangan fasilitas laboratorium yang dapat secara akurat mengidentifikasi mikroorganisme resisten. Hal ini menghambat kemampuan untuk mendeteksi munculnya resistensi dan melakukan tindakan segera.
9. Kurangnya pengembangan antimikroba baru.
Antibiotik dan obat anti-parasit yang ada, dan pada tingkat yang lebih rendah, obat antivirus, kehilangan efeknya. Pada saat yang sama tidak cukup investasi untuk mengembangkan antimikroba baru. Demikian pula, penelitian baru yang tidak cukup memadai terhadap diagnosa baru untuk mendeteksi mikroorganisme resisten; dan vaksin baru untuk mencegah dan mengendalikan infeksi. Jika tren ini berlanjut, gudang alat untuk melawan mikroorganisme tahan akan segera habis.
10.WHO meminta para pemangku kepentingan untuk memerangi resistensi obat.
Hal ini sesuai dengan resolusi pada pertemuan World Health Asembly (WHA) ke-68 pada tahun 2015 yang mengeluarkan Global Action Plan on Antimicobial Resistance, sebagai salah satu resolusi dalam pengendalian resistensi antimikroba dan menjadi salah satu program prioritas di bidang kesehatan baik secara nasional maupun global. Diharapkan semua negara anggota WHO telah memiliki Multisectoral National Action Plan di tahun 2017 melalui pendekatan One Health.
Source
- WHO, http://www.who.int/features/factfiles/antimicrobial_resistance/en/
- Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, http://www.depkes.go.id/article/view/16060800002/mari-bersama-atasi-resistensi-antimikroba-amr-.html