Saat sedang menunggu antrian atau dalam perjalanan di dalam bus kita kerap tertidur dengan sendirinya.
Bahkan kadang mata ini terlelap padahal sebenarnya kita tidak ingin tidur.
Satu hal yang kita tahu adalah saat menunggu antrian atau sedang dalam perjalanan itu kita kerap merasa bosan.
Karena bosan dan tidak bisa berbuat banyak hal akhirnya orang tertidur.
Tapi penjelasannya tak semudah itu guys.
Ada jawaban yang lebih jelas mengapa seseorang bisa tertidur ketika sedang merasa bosan.
Melansir dari Metro (29/9/2017) Para ilmuwan akhirnya tahu mengapa manusia mengantuk saat kita benar-benar bosan.
Terjawab sudah mengapa ketika bosan mulai melanda diri kita menjadi ngantuk dan tertidur.
Peneliti telah menemukan bagian otak yang terkait dengan motivasi dan kesenangan.
Ini dikenal sebagai nucleus accumbens yang juga mempengaruhi kemampuan kita untuk tidur.
Bagian otak ini menjelaskan mengapa kita merasa lebih waspada saat kita terinspirasi, bersemangat atau tertarik pada sesuatu.
Selain itu bagian otak ini juga merasakan dorongan untuk mengangguk selama pelajaran, ceramah, atau pertemuan yang mematikan pikiran.
Michael Lazarus, seorang profesor di University of Tsukuba's International Institute for Integrative Sleep Medicine, membantu menemukan temuan tersebut.
Dia berkata: "Manusia sering menentang kantuk dan tetap terjaga saat perhatian diperlukan, tapi juga mengalami keinginan yang tak terhindarkan untuk tidur dalam situasi yang membosankan."
Dr Lazarus menjelaskan bahwa keinginan dan kebutuhan untuk tidur tidak hanya dipengaruhi oleh jam biologis.
Tidak hanya terpaku pada sudah berapa lama kamu bangun, dan jumlah tidur yang kalian alami baru-baru ini.
Serta menjadi fungsi neurologis, itu juga 'dipengaruhi oleh faktor kognitif dan emosional', termasuk kebosanan.
Temuan tersebut menyusul sebuah penelitian yang menemukan bahwa nucleus accumbens memiliki kemampuan kuat untuk menyebabkan tidur.
Para ilmuwan juga berharap bahwa penemuan mereka dapat menyebabkan pengobatan baru untuk insomnia.
Obat baru yang dirancang untuk mengaktifkan reseptor di nucleus accumbens dan karena itu membuat manusia merasa kurang fokus, bisa mengobati insomnia.
Penelitian yang melibatkan Departemen Farmakologi Universitas Fudan ini dipublikasikan di jurnal Nature Communications.
Source
- TribunStyle.com