Dunia gaming dengan memanfaatkan telepon selular sudah lama dimulai pelaku industri. Tidak hanya di era telepon pintar dengan layar besar dan sistem operasi seperti hari ini kita rasakan, namun jauh sebelumnya lagi orang bisa merasakan bermain game di telepon yang mereka gunakan sehari-hari.
Pemilik telepon selular generasi awal seperti Nokia xxxx tentu masih ingat kalau Nokia dulu punya game klasik seru Snake. Ingat game ini? Memang sederhana saja, namun cukup menyenangkan buat mengisi waktu luang. Dan dengan semakin majunya teknologi telepon selular, ditandai dengan kehadiran sistem operasi Symbian dan layar berwarna, menjadikan game buat telepon selular semakin kompleks gameplay-nya dan semakin indah visualnya.
Walaupun tidak pernah berhasil menggeser popularitas mesin gaming portable beneran seperti buatan Nintendo (Game Boy dan turunannya) ataupun Sony (PSP dan PSVita), namun gaming phone tetap berusaha memberikan pengalaman bermain game ala konsol di telepon selular. Bahkan dengan desain yang dimirip-miripkan Game Boy sebelum belakangan ini desain telepon selular mengadopsi bentuk monoton selama bertahun-tahun, yaitu petak persegi panjang dengan layar ukuran besar. Desain modern telepon selular/pintar akhirnya sulit mengadopsi keberadaan tombol (yang bahkan ada di telepon gaming jadul) karena dimensi ukuran mereka.
Tapi menarik melihat evolusi telepon gaming yang mulai serius sejak kelahiran Nokia N-Gage. Selama sekitar dua dekade terakhir dunia melihat pabrikan telepon selular berusaha menciptakan "gaming phone sempurna" demi menggoda pengguna gaming handheld portable seperti milik Nintendo dan Sony walau semuanya bisa dibilang gagal. Seperti apa saja gaming phone tersebut?
1. Nokia N-Gage & Nokia N-Gage QD. Tahun rilis: 2003.
Nokia N-Gage & N-Gage QD. Foto: YouTube
Semuanya dimulai dari telepon selular ini. Menggunakan model dasar Nokia 3300 Nokia N-Gage tampil dengan layar lebih besar, tambahan tombol selain tombol standar telepon genggam, kemampuan gaming multiplayer lewat Bluetooth dan bahkan internet, serta slot untuk kaset/cartridge game seperti di portable handheld gaming Nintendo. Termasuk revolusioner pada masanya.
Tapi gara-gara sering diledek karena memaksa penggunanya menelpon dengan cara memiringkan N-Gage / Sidetalking, Nokia mengubah desain N-Gage ke N-Gage QD, namun memangkas fitur lama seperti speaker stereo, FM Radio, dan kemampuan memutar file MP3. QD juga dijual lebih murah daripada N-Gage klasik, namun itu tidak cukup membantu Nokia menjual lebih banyak N-Gage karena pada akhirnya hanya 3 juta unit terjual sampai tahun 2007.
Salah satu game keren di Nokia N-Gage adalah Asphalt. Sayang dukungan developer/publisher game untuk N-Gage tidak sebesar harapan sehingga Nokia berhenti melanjutkan pengembangan N-Gage.
2. Sony Ericsson Xperia Play alias PlayStation Phone. Tahun rilis: 2011.
Foto: Sony Reconsidered
Saat itu sistem operasi Android mulai naik daun dan bisnis telepon pintar yang bisa segalanya booming di kalangan industri manufaktur. Sony Ericsson menciptakan Xperia Play; telepon pintar dengan OS Android, desain ala PlayStation Portable / PSP go (portable gaming Sony yang sukses saat itu) dan jargon PlayStation Phone.
Dengan menyebut diri PlayStation Phone, Xperia Play pede bisa menggaet pemain konsol PS untuk membeli dan menggunakan telepon pintar dengan konsep gaming itu. Tapi kurang sesuai ekspektasi karena Xperia Play ternyata tidak dapat memainkan game PSP walau mampu memainkan game PS1. Itu pun hanya bisa dalam bentuk digital dengan membelinya di toko digital PS Store. Sehingga antusiasme pasar kurang bergairah walau secara teknologi Xperia Play tidak buruk-buruk amat.
Sony sendiri tidak lagi menciptakan penerus Xperia Play hingga hari ini. Mereka bahkan terlihat tidak lagi mau berurusan dengan portable gaming,terbukti dengan nasib yang dialami PlayStation Vita.
3. Motorola Moto Z Series dengan Moto Gamepad. Tahun rilis: 2017.
Foto: The Verge
Motorola juga pernah berusaha menciptakan platform mobile phone gaming dengan Moto Z Series. Mereka berusaha membuat diferensiasi produk dengan pesaing dengan lini aksesori agar Motorola Z Series seru buat bermain game. Moto Game Pad namanya.
Moto Game Pad mengemulasikan satu set joystick dengan dual analog, D-Pad, empat tombol aksi serta tombol bahu / L & R seperti joystick-joystick PS atau Xbox. Tidak hanya itu, Moto Game Pad bahkan dilengkapi baterai sendiri sehingga saat dipasang di Motorola Z Series akan berfungsi seperti power bank. Keren? Mungkin. Tapi ukurannya yang gede banget (nyaris 9 inchi) jelas tidak sinergi dengan portabilitas smartphone maupun portable gaming handheld seperti Nintendo Switch. Sehingga walaupun memiliki kemampuan gaming bagus (karena game Android semakin bagus jika dibandingkan era Symbian dulu) Motorola Z Series dengan Moto Game Pad tetap dirasa ribet sehingga tidak pernah mencapai level booming seperti harapan.
Apa semua gaming phone gagal di pasaran? Jika melihat kondisi saat ini sih bisa dibilang iya. Memang ada beberapa gaming phone yang belakangan jadi pilihan gamer karena kekuatan hardware mereka seperti Asus ROG Phone misalnya. Atau bahkan dari pemain baru seperti Xiaomi Blackshark.
Tapi kelemahan gaming phone seperti ini ada di banderol harga tinggi yang tentu saja tidak terjangkau mayoritas pengguna smartphone. Sehingga walaupun mungkin keren untuk gaming, smartphone gaming seperti ROG Phone kecil kemungkinan dan kesempatan jadi "HP sejuta umat gaming". Dengan harga dua hingga tiga kali lipat dari portable gaming handheld kece seperti Nintendo Switch, bisa ditebak orang akan memilih mana jika berniat beli gaming device portable.