Apa yang terbayang saat mendengar atau membaca kata Ninja? Mungkin dua hal: ninja dalam pengertian klasik dan ninja dalam kultur pop modern masa kini. Di era modern seperti sekarang, Ninja adalah sosok jagoan. Ini ditunjukkan misalnya di manga anime Narutoatau video game seperti Ninja Gaiden. Kedua judul ini menggambarkan Ninja dalam glorifikasi tampilan keren, jagoan, hampir tanpa kelemahan. Kemampuan olah tubuh, inflitrasi atau penyusupan, kegiatan mata-mata, hingga kelihaian mengeliminasi target secara cepat dan menghilang tanpa jejak adalah tipikal penggambaran Ninja dalam kultur pop modern. Seperti halnya agen rahasia Inggris James Bond, Ninja adalah agen rahasia negara Jepang yang berbeda era serta metode operasi dengan prinsipalitas sama, yaitu alat spionase serta pembunuhan.
Penggambaran Ninja modern. Foto: PlayStation Lifestyle
Namun pada awal kelahiran dan beroperasinya, Ninja (atau juga disebut Shinobi untuk laki-laki dan Kunoichi buat perempuan) jauh dari unsur glorifikasi dan keren. Mulai dikenal dan aktif sejak abad ke-14 di Jepang atau era Nanbokucho, Ninja adalah profesi hitam yang berbanding terbalik dari Samurai. Keduanya alat perang DaimyoatauLandlord (atau "Tuan Tanah" sebelum era unifikasi restorasi Meiji abad ke-18) yang berfungsi menjaga, melayani serta melakukan apa saja demi kejayaan tuan mereka.
Samurai memiliki level kasta pejabat dan terhormat, sementara Ninja lebih sering digunakan untuk dirty works alias pekerjaan-pekerjaan kotor bawah tanah. Fakta ini serta banyak hal soal Ninja lainnya merupakan tema kuliah pascasarjana Universitas Mie di Kota Iga Prefektur Mie, Jepang. Berikut empat fakta menarik soal ini:
1. Program Pascasarjana Ninja ini hanya ada di Universitas Mie, Jepang.
Universitas Mie, Jepang. Foto: Mie-U.ac.jp
Kedengarannya mungkin lucu dan tidak serius, namun program ini benar-benar ada dan nyata. Kota Iga yang dikelilingi pegunungan itu terletak sekitar 350 kilometer dari Tokyo dan secara tradisional dianggap sebagai lokasi cikal bakal lahirnya profesi Ninja.
Program pascasarjana ini akan memberikan gelar Master (seperti program pascasarjana bidang lain) dengan pendidikan selama dua tahun dan mulai diperkenalkan sejak 2018. Menurut dosen ilmu sejarah Jepang Universitas Mie Professor Yuji Yamada, program pascasarjana Ninja ini merupakan satu-satunya di Jepang dan pastinya di dunia.
2. Program Pascasarjana Ninja ini ditujukan untuk mempelajari sejarah Ninja dan bukan untuk jadi Ninja.
Suasana kuliah. Foto: Bangkok Post
Kami menerima banyak permintaan belajar dari luar negeri yang memicu kesalahpahaman. Perlu kami tekankan kalau program ini bukan menjadikan Anda Ninja, namun menjadikan Anda seseorang yang mengerti seluk beluk Ninja, ujar Professor Yamada saat menerangkan program pascasarjana Ninja di Universitas Mie.
Dengan mempelajari berbagai hal soal Ninja secara mendalam, peserta program akan mendapatkan keilmuan Ninja yang tidak tersedia di luar program ini. Termasuk tentang bagaimana ilmu bela diri Ninja, mekanisme operasional Ninja, hingga kemampuan bertahan hidup atausurvival skill seorang Ninja yang terkenal sejak di masa lalu hingga era modern. Karena jika diumpakan dengan profesi modern maka Ninja bisa disamakan dengan pasukan khusus militer seperti Navy SEALs Amerika atau Denjaka Indonesia. Satu orang setara puluhan orang dalam hal kekuatan fisik, kemampuan, serta kecerdikan akal.
3. Sudah ada yang lulus dari program pascasarjana Ninja Universitas Mie ini.
Genichi Mitsuhashi. Foto: Ruptly.tv
Namanya Genichi Mitsuhashi, berusia 45 tahun dan lulus bulan Maret lalu. Memiliki latar belakang pedalaman, Mitsuhashi bercocok tanam seperti beras dan sayuran sampai setelah lulus pendidikan. Ini sejalan dengan fakta sejarah, yaitu seorang Ninja juga merupakan petani yang bebas dari ketergantungan suplai bahan makanan karena mereka membuatnya sendiri. Dua tahun tinggal dan belajar di pegunungan Iga memberikan saya banyak ilmu tentang Ninja yang akan saya teruskan ke generasi berikutnya dengan cara saya sendiri, kata Mitsuhashi saat menerangkan seperti apa rasanya belajar keilmuan Ninja selama dua tahun terakhir.
Saat ini selain mencoba mengejar gelar Doktor (Ph.D), Genichi Mitsuhashi juga membuka penginapan dan dojo untuk mengajarkan ilmu Ninja, termasuk mengajarkan ilmu bela diri klasik Jepang Shorinji Kempo yang digunakan Ninjapada masa lalu. Karena kemampuan bertahan hidup semakin dibutuhkan di era modern Jepang seperti sekarang, klaim Mitsuhashi.
4. Pusat studi Ninja satu-satunya di dunia berada di Universitas Mie, Jepang.
Foto: Koreaboo
Didirikan sejak 2017, pusat studi ini merupakan sarana untuk lebih mengetahui seluk beluk Ninja di masa lalu. Mengingat Iga Ninja adalah profesi Ninja terkenal tentu tidak mengherankan kalau pusat studi Ninja berdiri di tanah di mana profesi itu lahir dan meraih pamor. Mie Universitys International Ninja Research Centrejuga secara langsung membantu Kota Iga dan Prefektur Mie dalam pariwisata karena orang-orang yang ingin melihat hal-hal berbau Ninja bisa mendapatkannya dengan mengunjungi pusat studi Ninja ini.
Foto: GlobalTimes
Secara sekilas memang terlihat aneh dan bahkan sedikit komedi/komikal melihat program pascasarjana dengan latar belakang keilmuan tidak biasa seperti itu. Namun perlu diingat kalau profesi Ninja turut membentuk apa yang disebut sebagai "negara Jepang" saat ini. Peran mereka yang vital (walau tidak membanggakan) ikut menentukan jalan sejarah negara itu, mulai dari yang terpecah-pecah dalam sistem Tuan Tanah dan Jenderal Perang / Daimyo dan Shogun) menjadi negara utuh dengan sistem monarki parlementer. Cukup menarik, bukan? Kalau kamu berminat mengikuti program pascasarjana ilmu Ninja ini, silakan lihat di sini.