Dalam beberapa tahun terakhir kegiatan mendaki gunung nampaknya mulai banyak disukai oleh berbagai kalangan. Tidak seperti zaman dulu di mana kegiatan mendaki gunung terbilang cukup sulit dan ribet. Salah satunya akses masuk ke kawasan gunung yang belum begitu mumpuni serta jalur yang tingkat kesulitannya masih tinggi membuat kegiatan ini hanya dilakoni oleh segelintir orang.
Berbeda dengan zaman sekarang, perkembangan teknologi yang semakin maju seakan-akan membuka awal baru dalam dunia pendakian. Munculnya potret-potret keindahan puncak gunung di media sosial nampaknya menjadi salah satu faktor yang membuat olahraga ekstrem ini kian populer meski risiko kematiannya besar bagi mereka yang benar-benar tidak siap mental dan fisik. Dari situlah perkembangan dunia pendakian itu melaju. Akses masuk kawasan pun menjadi mudah, penjualan alat-alat gunung meningkat, dan semakin terlihatnya keindahan alam di gunung yang dulu hanya dijamah oleh segelintir orang.
Tapi di sisi lain hal ini juga membuka cakrawala baru di mata masyarakat terhadap pesona-pesona gunung di Indonesia yang gak kalah keren dari gunung di luar sana. Beberapa dari gunung tersebut bahkan sudah punya ciri khas yang unik di kalangan pendaki selain karena keindahannya. Ciri khas itulah yang kadang bikin pendaki cepat rindu.
Nah, buat kamu yang penasaran sama dunia hiking dan ingin menjadikan kegiatan ini sebagai liburan atau kegemaranmu, wajib tahu ciri khas beberapa gunung di Indonesia supaya bisa kenalan terlebih dahulu. Seperti beberapa yang disebutkan di bawah ini.
1. Gunung Prau, Jawa Tengah. Adanya kucing Flau, Bunga Daisy, dan 'ranjau'.
Siapa sih, yang tidak tahu Gunung Prau? Gunung ini bisa dibilang sebagai salah satu gunung primadona di Pulau Jawa. Ya, gunung ini hampir tidak pernah sepi didatangi pendaki. Jalur pendakiannya bahkan cukup banyak. Ada sekitar enam jalur pendakian di gunung ini, namun jalur via Patak Banteng dan via Dieng lebih sering dilalui.
Treknya yang cukup ramah serta indahnya pemandangan alam yang ditawarkan Prau sudah menjadi daya tarik tersendiri, apalagi buat para penikmat Golden Sunrise yang ciamik. Dari puncak gunung ini pula gagahnya Sang triple "S" (Gunung Sindoro, Sumbing, dan Slamet) bisa dilihat secara bersamaan. Menakjubkan, bukan?
Gak cuma itu, lho! Para pendaki juga bisa sepuasnya memandang bunga-bunga Daisy yang berhamparan begitu luas karena populasi Daisy di Prau terbilang cukup banyak ketimbang di gunung-gunung lain.
Dan gak cuma soal Daisy, kalau ada pendaki yang beruntung, mereka juga bisa bertemu dengan kucing unik yang bernama Flau. Nah, Flau ini sudah lama dijuluki sebagai kucing artis Gunung Prau karena sering jadi objek foto para pendaki.
Berbeda dari kucing lainnya, Flau justru tidak pernah memangsa tikus yang lewat di dekatnya. Sekalipun ditangkap, hanya sekadar untuk digendong. Menurut kabar dari para pendaki yang pernah ke Prau, Flau ini kerap menemani para pendaki saat trekking. Dan lucunya, di tengah perjalanan Flau kerap kali menghilang tapi tiba-tiba sudah ada di puncak duluan di dekat tenda para pendaki.
Namun sayangnya selain dikenal akan Flau dan Daisynya, Prau juga terkenal akan 'ranjaunya'. Ranjau yang dimaksud di sini adalah kotoran manusia yang hampir bertebaran di sepanjang jalur pendakiannya. Hal ini bisa jadi disebabkan karena minimnya fasilitas tolilet di Prau padahal intensitas pendakiannya selalu tinggi. Ditambah lagi dengan banyaknya sikap pendaki yang tidak mengindahkan kebersihan lingkungan dan peraturan yang ada karena kotoran yang telah dikeluarkan tidak dikubur, malah kebanyakan hanya ditutup dedaunan atau ditinggalkan begitu saja. Jangan ditiru, ya!
2. Gunung Lawu, Jawa Tengah. Terdapat pecel Mbok Yem.
Kalau ada pertanyaan, warung pecel mana yang paling tinggi di Pulau Jawa? Jawabannya adalah warung pecel Mbok Yem di Hargo Dalem, Gunung Lawu. Gak heran memang karena warung ini berada di puncak gunung yang ketinggiannya mencapai 3265 mdpl. Satu-satunya di puncak Lawu, lho.
Bahkan warung pecel Mbok Yem bisa menjadi satu-satunya warung pecel yang gak akan ada di aplikasi ojol. Mbok Yem sendiri sudah bertahun-tahun lamanya mendirikan warung pecel di gunung yang terkenal angker dan purba ini. Warungnya pun selalu ramai disambangi para pendaki.
Menurut pendapat para pendaki yang sudah pernah singgah di warung Mbok Yem, rasa makanannya juga termasuk enak. Harga makanannya pun relatif standar, berkisar antara Rp15.000 sampai Rp20.000 dengan isian telur dadar, nasi pecel, dan es teh. Sangat cukup untuk mengisi perut pendaki yang sudah keroncongan di puncak. Tapi jangan sesekali pesen es teh atau mie doang, ya. Bisa kena omel Mbok Yem, lho! Meski terkadang banyak pula pendaki yang datang ke Mbok Yem hanya untuk sekadar bercengkrama melepas rindu atau berlomba-lomba mengambil foto selfie dengan Mbok Yem.
Tak heran memang, warungnya yang berada di lokasi antimainstream serta kontribusi Mbok Yum dalam mengatasi masalah kelaparan para pendaki menjadikannya bagian dari ciri khas Gunung Lawu.
3. Gunung Cikuray, Jawa Barat. Terkenal akan Bagas.
Dalam dunia pendakian, kata 'Bagas' itu merujuk pada salah satu sosok hewan di gunung yang sering menganggu pendaki, yaitu babi hutan. Kata 'Bagas' merupakan kependekan dari Babi Ganas. Terlebih Gunung Cikuraypunya populasi babi hutan yang terbilang cukup banyak. Mereka kerap kali menganggu para pendaki yang datang ke Cikuray. Entah itu menyeruduk tenda, mengejar-ngejar, mengambil makanan, atau gangguan-gangguan lainnya.
Meski dinamai babi ganas, namun faktanya Bagas sendiri sudah menjadi bagian dari hiburan para pendaki di Gunung Cikuray. Gimana enggak jadi hiburan? Tingkah lucu pendaki yang ketakutan dan kocar-kacir saat bertemu bagas kerap jadi bahan tertawaan pendaki lain. Bahkan katanya pendaki yang berhasil bertemu dengan Bagas dianggap pendaki yang beruntung, lho! Kehadirannya yang tak pernah absen menyapa pendaki di jalur telah membuat Bagas dianggap sebagai 'premannya' Gunung Cikuray. Bahkan ada saja pendaki yang sengaja memancing kedatangan Bagas dengan umpan makanan.
Kebiasaan seperti itulah yang sebenarnya membuat Bagas berani menghampiri para pendaki untuk mendapatkan makanan. Awalnya mereka mencari makan dengan insting sendiri, namun setelah banyak pendaki yang sengaja memberinya makan, mereka pun jadi ketergantungan. Ditambah lagi dengan banyaknya sampah yang ditinggalkan pendaki kerap menjadi sasaran empuk para Bagas di Cikuray. Di samping itu, konon katanya Bagas di sana sangat sensitif terhadap warna merah. Jadi, jangan sesekali ke Cikuray pakai benda warna merah, ya, kalau gak mau dikejar Bagas.
4. Gunung Salak, Jawa Barat. Terkenal angker dan trek super terjal.
Bicara soal gunung mistis dan angker di Indonesia, Gunung Salak tak pernah absen dalam daftar tersebut. Bahkan jika ada pertanyaan tentang gunung apa yang paling angker di Indonesia? Pasti yang pertama terbesit di pikiran orang banyak ialah Gunung Salak. Orang awam yang tak pernah mendaki Salak pun sudah tahu bagaimana mistisnya gunung ini.
Bukan tanpa sebab, banyaknya kejadian seperti pendaki yang hilang atau meninggal di Salak kerap menjadi bahan berita besar di media. Tak heran karena selain kejadian itu banyak pula tragedi besar yang terjadi di Salak. Seperti jatuhnya pesawat Sukhoi, tragedi Salak 1987 yang menggemparkan Indonesia. Bahkan konon katanya Prabu Siliwangi dari kerajaan Padjajaran pun dikabarkan hilang di Gunung Salak.
Tugu Tragedi Salak 1987
Dan gak hanya tentang angkernya, treknya yang terjal nan curam pun menjadikan Salak sangat berciri khas. Meski hanya 2.211 mdpl tapi perjuangan untuk mencapai puncaknya serasa mendaki gunung ketinggian 3000-an mdpl. Salah satu artis yang hobi naik gunung seperti Adinda Thomas pun pernah berkata pada media bahwa mendaki Salak lebih melelahkan ketimbang mendaki Kerinci.
Ya tetap aja, sih, walau dikenal angker dan mempunyai trek yang sangat curam, faktanya Gunung Salak tetap ramai dikunjungi pendaki meski termasuk sepi jika dibandingkan dengan gunung lain.Namun, itulah sisi menarik dari Salak yang kerap dirindukan para pendaki. Kebanyakan dari mereka selalu membawa cerita horor sepulang dari Salak. Salah satunya tenda yang sering digoyang-goyang pada malam hari. Percaya atau tidak, kejadian tenda digoyang ini hampir dirasakan oleh setiap pendaki yang pernah bermalam di Salak. Buktikan sendiri, ya!
Bahkan di dunia pendakian sendiri pun sudah muncul anggapan bahwa mendaki Salak ibarat seperti UAS (Ujian Akhir Semester). Siapapun yang berhasil mendaki Salak maka ia dianggap lulus sebagai Pendaki Indonesia. Esktrem banget ya berarti Gunung Salak ini.
Nah, dari keempat gunung ini, adakah yang masuk dalam daftar liburanmu selanjutnya?