Pemerintah baru-baru ini telah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bagi beberapa daerah di Indonesia akibat wabah COVID-19 termasuk tetap melanjutkan pemberlakuan Work From Home (Bekerja Dari Rumah), Study From Home (Belajar Dari Rumah), dan Pray From Home (Beribadah Dari Rumah) sesuai imbauan Presiden Jokowi yang sebelumnya sudah diterapkan.
Sejak diberlakukannya Study From Home, hampir sebagian besar orang tua mengeluh stres karena harus menjadi guru sementara bagi anak-anaknya di rumah. Tidak hanya orang tua yang merasakan stres, anak-anak pastinya merasakan juga stres akibat tugas yang menumpuk. Terlebih jika anakmu berada pada jenjang sekolah Pra Sekolah sampai Sekolah Dasar, mereka belum cukup dewasa jika harus belajar di rumah dalam jangka waktu yang lama dan menyesuaikan diri dengan cara pengajaran orang tua yang tidak sama seperti di sekolah.
Lalu, bagaimana cara menanganinya? Berikut adalah tips bagi para orang tua untuk menerapkan cara pengajaran dan bimbingan yang tepat bagi anak-anak di rumah. Langsung disimak, yuk.
1. Penggunaan gawai (Gadget).
Penggunaan gawai dengan tidak tepat akan menyebabkan kecanduan pada anak. Anak akan merasa stres karena pada masa karantina ini terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bermain gawai dan cenderung malas untuk mengerjakan tugas akibat terlalu asyik bermain games atau media sosial.
Hal pertama yang sebaiknya dilakukan orang tua yaitu membatasi penggunaan gawai. Eits, pembatasan penggunaan gawai tidak berlaku hanya pada anak, namun juga berlaku pada orang tua. Jadilah orang tua yang suportif dan fair. Kamu bisa memberi penekanan pada anak bahwa pembatasan penggunaan gawai diberlakukan untuk men-support anak agar fokus mengerjakan tugas sebagai tanggung jawabnya. Selalu pantau anak kamu saat belajar secara online agar tidak bermain games atau bermain media sosial saat pembelajaran sedang berlangsung.
2. Pengerjaan tugas.
Para orang tua sebaiknya tidak menumpuk tugas yang dikirim oleh guru sekolah. Pembelajaran kadang dilakukan secara online dan offline. Jika pembelajaran dilakukan secara offline, segera print tugas yang dikirim guru mata pelajaran, bimbing dan bantu anak kamu secara langsung saat mengerjakan tugas. Letakkan jauh-jauh gawai kamu dan anakmu.
Usahakan untuk tidak membentak anak jika anak kamu melakukan kesalahan atau jenuh dalam belajar. Beristirahatlah sejenak dengan tidak bermain gawai melainkan menggantinya dengan saling bercerita, seperti mendengarkan anak bercerita kemudian orang tua juga bercerita, memasak bersama, dan bermain bersama, seperti bermain monopoli, catur, kartu & permainan offline lainnya. Setelah itu, lanjutkan kembali mengerjakan tugas bersama anak kamu.
Berikan penekanan pada anak untuk segera mengerjakan tugasnya agar bisa kembali bermain gawai. Semakin anak kamu menunda mengerjakan tugasnya semakin lama pula anak bisa bermain games dan media sosial yang ada di dalam gawainya. Tetap berikan batasan waktu dalam bermain gawai.
3. Situasi sekolah.
Kejenuhan yang dirasakan anak tidak melulu soal tugas yang menumpuk. Anak pastinya sangat rindu dengan situasi di sekolahnya, rindu untuk bermain di sekolah dan pergi ke kantin bersama teman-temannya. Kamu bisa melakukan video call dengan teman sekelas atau sahabat dekatnya.
Tidak ada salahnya untuk juga mengirimkan video keluhan anak kamu kepada guru atau wali kelasnya agar ibu atau bapak guru bisa memberikan respon dan nasihat untuk membalas kerinduan anak kamu. Tetaplah beraktivitas seperti biasa anak kamu sekolah meski dalam masa karantina ini seperti tetap bangun pagi dan menyiapkan mata pelajaran. Menciptakan suasana yang menyenangkan menjadi penting dalam proses pembelajaran.
4. Oran tua dan anak.
Orang tua sering kali merasa stres saat anak tidak mau nurut dan membangkang jika diberitahu sehingga harus ditegur berkali-kali bahkan dibentak agar mau dididik.Tetapi, tahukah kamu saat mendidik anak dan memberi tahu anak tentang sesuatu yang benar memang harus dilakukan berulang-ulang dan berkali-kali, lho.
Mengapa demikian? Sebab terdapat hal krusial antara anak dan orang tua. Kita harus sadar bahwa orang tua pernah menjadi anak dan anak belum pernah menjadi orang tua. Orang tua mengerti betul bagaimana sifat seorang anak sebab orang tua pernah berada di fase menjadi seorang anak. Berbanding terbalik dengan anak, anak kamu tidak mengerti rasanya menjadi orang tua dan belum pernah berada di fase menjadi orang tua. Hal tersebut haruslah kita pahami dan ingat selalu. Selalu pertimbangkan hal krusial tersebut saat kamu mulai memiliki niat untuk memarahi anak kamu, ya. Dengan berlaku suportif dan fair, kemungkinan konflik antara anak dan orang tua pasti bisa diminimalisir, kok.
Demikianlah tips bagi orang tua dalam menerapkan cara pengajaran dan bimbingan yang lebih baik pada anak saat Study From Home. Selamat mencoba!
Terima kasih telah membaca artikel ini, salam hangat!
Source
- Pengalaman pribadi penulis