Setiap tahun, mungkin banyak di antara para siswa lulusan SMA yang bingung ingin mengambil bidang ilmu apa saat kuliah nanti. Banyaknya pengangguran dari lulusan perguruan tinggi yang mungkin terus meningkat tiap tahunnya, pastinya membuat kamu mulai berpikir-pikir lagi. Tak dimungkiri, jika banyak anggapan sejak dulu, bahwa anak-anak yang berasal dari jurusan ilmu sosial atau bahasa adalah siswa siswi buangan.
Akhirnya, banyak calon mahasiswa yang cenderung lebih mengutamakan jurusan-jurusan favorit lantaran dianggap lebih menjanjikan di dunia kerja, seperti kedokteran, teknik, farmasi atau akuntansi. Ya, tentu tidak salah karena semua akan kembali pada tujuan masing-masing.
Lalu, bagaimana bagi kamu yang ingin mengambil jurusan sosial atau humaniora, seperti filsafat, sastra, sosiologi atau sejarah? Apakah kita harus menjadi orang yang bingung atau terpinggirkan mengenai apa yang bisa dikerjakan nanti?
Berikut 5 alasan kenapa kamu harus bangga kuliah di jurusan humaniora.
Kamu punya keterampilan menyusun konsep
Kamu belajar tentang seni sejarah atau antropologi budaya? Itu artinya kamu akan banyak menghabiskan waktu kuliah untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, menulis, dan pemahaman mendalam. Jurusan humaniora atau sosial sangat mengandalkan kemampuan berkomunikasi dan menulis untuk mengembangkan konsep. Tentu saja, keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam pekerjaan apa pun, entah pekerjaan itu berhubungan atau tidak dengan bidang studi tersebut.
Keterampilan kamu tidak mudah dididuplikasi
Ketika makin banyak perusahaan yang berupaya berhemat dengan mengalihkan pekerjaan kepada pihak outsourcing untuk bidang tertentu, keterampilan ilmu sosial tak mudah diduplikasi. Sekali lagi, kemampuan berpikir kritis dan menulis sangat esensial di sini. Kemampuan kamu dalam mengolah informasi dan mengembangkan solusi gagasan juga sesuatu yang tak mudah digantikan begitu saja.
Keterampilan sosial dinilai punya peran lebih penting
Banyak lapangan kerja di luar sana lebih memilih orang-orang yang tak hanya memiliki kecerdasan intelektual atau keterampilan praktis saja, tapi juga keterampilan sosial. Banyak pula perusahaan yang menginginkan kandidat pelamarnya punya kecerdasan emosional di mana hal ini tentunya dapat dikembangkan oleh bidang humaniora. Tunjukkan bahwa kamu adalah tipe orang yang selalu ingin tumbuh, menganalisa, dan punya empati.
Banyak tokoh besar lahir karena humaniora
Sebagai informasi, tokoh pendiri bangsa kita Soekarno adalah sosok yang justru banyak menerima penghargaan di bidang hukum dan sosial dibandingkan keahliannya sebagai insinyur. Tanpa ilmu humaniora, mungkin beliau hanya menjadi insinyur antek Belanda saja.
Berkat gagasan Abraham Maslow pun kita tahu bahwa manusia memiliki kebutuhan bertingkat di mana hasil penelitian ini banyak digunakan oleh kalangan pebisnis dan pemasar.
Berkat gagasan Anthony Giddens (The Third Way), mantan PM Inggris Tony Blair terinspirasi melakukan perubahan di Inggris.
Seorang Tan Malaka tanpa ilmu sosial dan humaniora tak akan pernah menjadi tokoh revolusioner, beliau mungkin hanya akan jadi guru di Kweekschool Hindia Belanda saja.
Mahatma Gandhi tanpa ilmu sosial dan humaniora tidak akan menjadi manusia penuh welas asih yang berhasil membebaskan India tanpa pertempuran. Beliau mungkin hanya akan menjadi pengacara yang menikmati penghasilan dari penjajah Inggris.
Nelson Mandela tanpa ilmu sosial dan humaniora tak akan menjadi pemaaf berjiwa besar hingga bisa memaafkan sipir yang pernah mengencinginya. Beliau mungkin hanya jadi pendendam seumur hidup setelah keluar dari penjara.
Jamaludin Al Afghani mungkin tidak memerdekakan satu bangsa pun, tapi ia menggerakkan bangsa-bangsa terjajah untuk memperjuangkan kemerdekaan mereka lewat paham Pan Islamisme-nya.
Jurusan kuliah tak selalu jadi jalan seumur hidup
Mungkin banyak di antara kita mengambil keputusan di usia muda antara 18-22 tahun. Faktanya, akan selalu ada perspektif, realita, atau keinginan yang berubah seiring berjalan waktu. Tak terkecuali, jika kamu mengambil jurusan praktis yang dianggap menjanjikan sekalipun belum tentu selamanya kamu akan terus di sana.
Ilmu humaniora sangat memungkinkan kamu untuk menjajal bidang lebih luas, tidak melulu harus menjadi dosen, peneliti, atau pegawai negeri. Tapi, kamu bisa mencoba masuk ke bidang seperti media, konsultan riset pemasaran, agensi periklanan dan branding, CSR, film, ritel, rumah produksi, bahkan kewirausahaan.
Jika kamu mengenal riteler fesyen Anthropologie dan streetwear Urban Outfitters, pendirinya adalah seorang sarjana antropologi dari Lehigh University, Richard Hayne. Di dalam negeri, produsen perlengkapan bayi premium Le Monde juga didirikan oleh lulusan Sosiologi UI, Zakiah Ambadar atau Bonnie Triyana, lulusan sejarah Undip yang merupakan pendiri Majalah Populer Historia.
Kamu bisa mengasah banyak kemampuan lain di luar jurusan humaniora yang cocok dengan tujuan karir kamu ke depan. Membangun keterampilan utuh akan memudahkan jalan karir, itulah kunci sukses jangka panjang. Jangan sekedar kuliah hanya karena iming-iming menjanjikan, tapi nikmati juga proses belajarnya. Jangan pula cuma puas menjadi pencari kerja, tapi berupayalah juga jadi pencipta lapangan kerja.
Source
- businessinsider.com/indoprogress.com