Perlu diketahui bahwa yang dibutuhkan dalam berorganisasi bukan hanya keikutsertaan diri dalam organisasi tersebut, tetapi juga harus berkomitmen dalam organisasi agar tidak terjadi ketidakpuasan kerja. Setiap individu yang sedang memulai berorganisasi pasti memiliki masalah mengenai komitmen.Mengapa komitmen menjadi salah satu hal yang penting dalam berorganisasi? Karena dengan adanya komitmen organisasi membuat individu tetap terlibat dengan organisasi tersebut sampai akhir masa jabatannya.
Komitmen organisasi sendiri memiliki arti sebagai keterlibatan karyawan dalam suatu organisasi tertentu (McShane & Glinow, 2010). Komitmen merupakan faktor penting yang harus ditumbuhkan pada seseorang karena dapat memengaruhi kinerjanya. Terdapat hubungan yang positif antara komitmen dengan kinerja karyawan karena semakin tinggi komitmen yang ada pada individu, maka semakin tinggi pula kinerja yang dihasilkan oleh individu tersebut (Mahendra, 2019).
Terdapat 2 bentuk komitmen organisasi menurut McShane & Glinow (2010), yaitu organizational affective commitment dan continuance commitment. Pada artikel ini akan dibahas mengenai organizational affective commitment. Organizational affective commitment mengacu pada hubungan emosional anggota terhadap organisasi (Riadi, 2017). Orang-orang ingin terus bekerja untuk organisasi tersebut karena mereka sependapat dengan tujuan dan nilai dalam organisasi tersebut. Orang-orang dengan tingkat komitmen afektif yang tinggi memiliki keinginan untuk tetap berada di organisasi karena mereka mendukung tujuan dari organisasi tersebut dan bersedia membantu untuk mencapai tujuan tersebut.
Mcshane & Glinow (2010) dalam bukunya yang berjudul Organizational Behavior mengatakan bahwa ada 5 cara organisasi untuk membangun komitmen organisasi pada karyawannya. 5 cara tersebut adalah:
1. Justice and support.
Komitmen afektif akan tinggi apabila organisasi memenuhi kewajibannya kepada karyawan dan mematuhi nilai-nilai kemanusiaan, seperti keadilan, kesopanan, pengampunan, dan integritas moral, karena organisasi yang mendukung kesejahteraan karyawan cenderung menumbuhkan loyalitas karyawan yang lebih tinggi sebagai imbalannya.
2. Shared values.
Organisasi harus memiliki values yang berhubungan dengan values karyawan dan karyawan tersebut percaya akan hal itu, karena itu akan membuat karyawan nyaman dan memotivasinya untuk tetap tinggal di organisasi tersebut.
3. Trust.
Organisasi harus memiliki kepercayaan kepada karyawannya, dalam artian harus yakin bahwa dengan bekerja sama akan membuahkan hasil yang baik pada saat situasi yang berisiko.
4. Organizational comprehension.
Dalam artian karyawan harus mengerti mengenai organisasi dan tetap up to date mengenai acara organisasi, strategi organisasi, berhubungan baik dengan rekan kerja, paham mengenai sejarah organisasi dan rencana masa depan.
5. Employee involvement.
Kepercayaan untuk membiarkan karyawan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan akan masa depan organisasi. Dengan hal tersebut membuat karyawan merasa menjadi bagian dalam organisasi.
Jadi, jika komitmen organisasi seorang karyawan tinggi maka kepuasan kerja karyawan tersebut akan tinggi juga. Jika seorang karyawan sudah berkomitmen dalam berorganisasi, maka karyawan tersebut sudah memiliki kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan yang kuat untuk bekerja demi organisasi, dan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.
Source
- Mahendra, M. (2019). Meningkatkan kinerja dengan membangun komitmen karyawan. Kompasiana.com. Diakses pada tanggal 23 Mei 2019 melalui https://www.kompasiana.com/mmahendra/5c86e9f6ab12ae4e8e12cbe2/meningkatkan-kinerja-dengan-membangun-komitmen-karyawan?page=all.
- McShane, S. L., & Glinow, M. A. V. (2010). Organizational Behavior (5th edition). Newyork: McGraw.
- Riadi, M. (2017). Dimensi, faktor dan membangun komitmen organisasi. Kajianpustaka.com. Diakses pada tanggal 23 Mei 2019 melalui https://www.kajianpustaka.com/2017/10/dimensi-faktor-dan-membangun-komitmen-organisasi.html