Tahun 2018 sudah berlalu.Di industri perfilman, mungkin ada ratusan film yang diproduksi sepanjang tahun tersebut. Ada yang memang dibuat untuk konsumsi atau ditayangkan di gedung bioskop/ teater, dan ada pula yang diciptakan dengan tujuan akan diputar di berbagai saluran streaming internet yang populer saat ini; seperti Netflix ataupun Amazon Prime. Atau malah keduanya sekaligus.
Layanan streaming Netflix (Sumber gambar: Screenrant)
Beberapa dari mereka menjadi hits, menghasilkan pendapatan besar, dan disukai baik oleh penonton film maupun kritikus film.Beberapa mengalami kondisi sebaliknya.Alih-alih mendapatkan pujian dan rekomendasi, film-film tersebut malah menuai caci maki, sambutan dingin, ataupun review jelek karena berbagai faktor.
Walau mungkin dirasa pantas mereka dapatkan, namun beberapa film pada dasarnya hanyalah korban dari sebuah opini yang membentuk bad reputation. Yang arguably merupakan hal tidak adil untuk mereka.
Nah, berikut beberapa film yang tidak terlalu mendapatkan sambutan hangat (yang mungkin layak mereka dapatkan) dari penonton maupun kritikus film.
1. TAG.
(Sumber gambar: Tumblr)
Sutradara: Jeff Tomsic.
Dibintangi oleh: Jeremy Renner, Jon Hamm, Hannibal Buress.
Pernah membayangkan kalau kamu bermain petak umpet bersama teman-teman masa kecil sejak umur 9 tahun, sepanjang tahun hingga 30 tahun berlalu?
Premise TAG adalah tentang persahabatan yang tidak lekang dimakan waktu karena sebuah permainan yang mereka mainkan secara terus menerus sepanjang tahun. Film ini sendiri berdasarkan kisah nyata yang dimuat di surat kabar terkemuka The Wall Street Journal Januari 2013. Salah satu pemeran film ini adalah Jeremy Renner, yang tentu dikenal luas sebagai Hawkeye di film MCU Avengers.
Dengan modal US$ 28 juta, film TAG menghasilkan pendapatan US$ 77,9 juta. Tidak terlalu buruk, tapi seharusnya bisa lebih lagi. Di Metacritic, film ini hanya mendapatkan skor 56/100 alias biasa saja.
Trailer: https://www.youtube.com/watch?v=kjC1zmZo30U
2. Solo: A Star Wars Story.
(Sumber gambar: Medium)
Sutradara: Ron Howard.
Dibintangi oleh: Alden Ehrenreich, Donald Glover, Emilia Clarke.
Opini mayoritas di internet akan film ini adalah, "Solo adalah film yang tidak perlu ada!"
Oke, film ini memang tidak perlu dibuat. Saya sendiri setuju dengan pendapat tersebut. Kita (mungkin) tidak perlu film prequel untuk setiap karakter yang ada di Star Wars,kan? Tapi apakah Solo sebuah film yang jelek?
Tidak juga! Visualisasi film ini keren. Soal esensial seperti plot memang akan bikin fans hardcore Star Wars mengangkat alis mereka (Perkenalan Han dengan Chewbacca awalnya seperti itu?). Tapi sebagai sebuah film Opera Luar Angkasa, Solo cukup menghibur dengan aksi kebut-kebutan, tembak-tembakan, dan berbagai adegan penuh keseruan khas sebuah film Star Wars.
Tapi pendapatan yang hanya US$ 393 juta dari modal produksi sebesar US$ 300 juta menunjukkan banyak hal. Tak heran selepas Solo, Disney buru-buru menghentikan rencana pembuatan film-film spin-off Star Wars lain sehingga praktis baru ada dua film "A Star Wars Story" hingga hari ini, yaitu "Rogue One" & "Solo".
Trailer: https://www.youtube.com/watch?v=jPEYpryMp2s
3. Mowgli: Legend of the Jungle.
(Sumber gambar: NDTV Gadgets)
Sutradara: Andy Serkis.
Dibintangi oleh: Christian Bale, Cate Blanchett, Benedict Cumberbatch.
Mungkin sial-nya film ini adalah dibanding-bandingkan dengan The Jungle Book (2016) karya Jon Favreau.Kedua film sama-sama merupakan adaptasi dari novel populer All the Mowgli Stories dari Rudyard Kipling. Kedua film menggunakan teknologi 'motion capture'; terlebih lagi Andy Serkis dikenal luas sebagai aktor motion capture brilian dengan peran-peran seperti Gollum (Lord of the Rings) dan Caesar (Planet of the Apes). Tapi entah kenapa sepertinya publik kurang puas dengan film ini sehingga perbandingan dengan versi Jon Favreau menjadi tidak terhindarkan.
Itu bisa terlihat dari angka-angka yang dihasilkan kedua film. Karena diputar di Neflix maka pendapatan total "Mowgli: Legend of the Jungle" masih sulit untuk dihitung. Namun sebagai informasi perbandingan: "The Jungle Book" besutan Jon Favreau menghasilkan US$ 966 juta dari modal produksi sebesar US$ 175 juta saja. The Jungle Book bahkan mendapatkan Piala Oscar di kategori Best Visual Effects! Sebuah prestasi yang membanggakan pastinya.
Tapi apa memang "Mowgli: Legend of the Jungle" kalah keren dibandingkan "The Jungle Book" ? Silakan tonton keduanya dan nilai sendiri saja.
Trailer: https://www.youtube.com/watch?v=OVBjPpUlQrE
4. Mile 22.
(Sumber gambar: Vimeo)
Sutradara: Peter Berg.
Dibintangi oleh: Mark Wahlberg, John Malkovich, Iko Uwais, Ronda Rousey.
Untuk kita orang Indonesia film ini menarik (pasti) karena adanya Iko Uwais di sana.Wajar sih, Iko Uwais sejak debut di film Merantau (2009) dan dwilogi The Raid (2011) telah menjelma menjadi aktor aksi bertaraf internasional kebanggaan Indonesia. Di film Mile 22 ini Iko berperan sebagai Li Noor, mantan polisi yang punya informasi berbahaya. Adegan aksi khas film action seperti tembakan dan ledakan tersaji di sini; tapi jangan lupa kalau adegan baku gebuk yang dilakukan Iko Uwais menjadi bumbu penting dalam film.
Sayang sambutan untuk film ini akhirnya tidak terlalu memuaskan; terlihat dari pendapatan yang hanya berkisar US$ 66 juta dari modal US$ 60 juta. Jelas mengecewakan para produser tentunya. Padahal sebenarnya plot yang diusung cukup lumayan sebagai film pop-corn,namun hasil akhirnya cenderung tidak memuaskan penggemar film aksi (ataupun fans Iko Uwais).
Trailer: https://www.youtube.com/watch?v=3CVV8X01824
5. Annihilation.
(Sumber gambar: Wordpress)
Sutradara: Alex Garland.
Dibintangi oleh: Natalie Portman, Tessa Thompson, Oscar Isaac.
Terus terang film ini tadinya sangat saya tunggu dan antisipasi.Diadaptasi dari novel fiksi ilmiah karya Jeff Vandermeer, penantian saya akan Annihilation berakhir sedikit mengecewakan. Premise sebagai sebuah film fiksi ilmiah (genre favorit saya) yang memancing pemikiran, nalar serta keingin-tahuan tidak terpenuhi sempurna di film ini.
Akting pemainnya sih oke. Natalie Portman bersama co-star film ini memberikan performance yang apik. Namun di akhir film, Annihilation menyisakan lebih banyak pertanyaan yang tidak terjawab ketimbang kepuasan akan jawaban. Sehingga film ini berakhir dengan feeling antiklimaks. Dan itu menjengkelkan.
Tapi sepertinya perasaan itu tidak dirasakan penonton lain. Hal ini dapat terlihat dari nilai Metacritic yang didapat film Annihilation: 79/100. Sebuah angka yang positif.
Film ini selain diputar di bioskop (modal US$ 55 Juta dengan pendapatan hanya US$ 43,1 juta alias rugi) juga ada di saluran streaming film Netflix. Mungkin untuk menutup kerugian yang diderita dari pemutaran di bioskop.
Dari judul-judul di atas, yang mana yang belum pernah kamu tonton? Atau kamu punya daftar sendiri? Suarakan pendapatmu!