Sering kali kita menyimak berita tentang korban yang kena gigitan ular dan akhirnya meninggal akibat bisa mematikan menyebar ke tubuhnya. Atau, korban mungkin tidak tahu bahwa yang menggigitnya adalah jenis ular berbisa dan tak sadar akan bahaya yang mengancam jika luka tidak segera ditangani.
Jadi, gimana sebaiknya? Jika terkena gigitan ular apapun jenisnya, jangan disepelekan. Segeralah pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis. Tapi, jangan juga mengambil langkah sembarangan sebelum sampai ke rumah sakit.
Dilansir dari kompas.com, pakar toksikologi dan bisa ular, DR. dr. Tri Maharani, M.Si SP.EM, mengatakan bahwa untuk menangani gigitan ular berbisa yang tepat adalah dengan imobilisasi atau tidak menggerakkan bagian tubuh yang terkena gigitan ular, himpitkan dengan kayu, kardus atau bambu seperti pada orang patah tulang. Tujuannya adalah agar bisa ular tersebut tidak menyebar ke bagian tubuh lain sehingga ada cukup waktu untuk korban dilarikan ke rumah sakit.
Selama ini orang salah menangani korban gigitan ular berbisa, biasanya mereka akan mengikat atau bahkan membuat sayatan di sekitar bagian tubuh yang terkena dengan maksud agar bisa tidak menyebar, padahal menurut sang pakar itu adalah salah besar, bisa berakibat pembekuan darah bahkan amputasi. Kalau pihak klinik tidak tahu jenis bisa ular untuk menangani pasien dengan tepat, bisa menghubungi DR. dr. Tri Maharani, M.Si SP.EM pada Remote Envenomation Consultan Service (RECS) melalui blog recsindonesia.blogspot.com atau lewat pesan WhatsApp di 085334030409.
Tindakan yang sama juga direkomendasikan di World Health Organization (WHO) yang dilansir dari mongabay.co.id, yaitu dengan menerapkan STOP (silent, thinking, observation, dan prepare). Artinya, jika berhadapan dengan ular, hal yang paling tepat kamu lakukan adalah berdiam mematung, perhatikan jenis ular apakah berbisa atau tidak, lihat ke sekeliling untuk mencari kayu atau apa saja yang bisa digunakan untuk alat mengusir ular, dan memikirkan tindakan selanjutnya. Jangan malah panik atau membuat gerakan yang memancing ular untuk bereaksi.
Tapi, kalau orang itu terkena gigitan ular berbisa, segera pindahkan korban ke tempat aman dan tindakan imobilisasi atau tidak menggerakkan bagian tubuhnya yang terkena seperti yang telah diterangkan di atas. Lepaskan perhiasan di sekitar gigitan seperti cincin, gelang, jam tangan dan kalung supaya bengkaknya tidak bertambah parah.
Hasil riset panjang dari WHO menemukan bahwa venom bukan lewat pembuluh darah, tapi lewat kelenjar getah bening. Jadi mengikat sekitar bagian tubuh yang terkena gigitan atau menyayatnya dengan maksud menghentikan penyebaran bisa ular adalah percuma. Jangan mengobati dengan cara tradisional seperti jamu ataupun cara klenik, karena tidak akan mempan.
Di dunia, kasus gigitan ular itu cukup tinggi, menurut WHO, sekitar 5 juta pertahun, 2.7 juta kasus digigit ular berbisa di mana 400 ribu kasus menyebabkan kecacatan, dan 81 ribu138 ribu kasus berakibat kematian.
Di Indonesia, kasus gigitan ular ini terjadi sebanyak 135 ribu pada tahun 20122018, perbandingannya dengan kasus HIV/AIDs sebanyak 199 ribu kasus, dan kanker 133 ribu kasus di rentang tahun yang sama. Ternyata masuk urutan kedua di antara kasus HIV/AIDs dan kanker. Termasuk tinggi, kan?
Antivenom untuk mengobati bisa ular tidak sama di setiap wilayah. Misal membeli antivenom di negara Thailand belum tentu dapat digunakan di Indonesia karena letak geografi masing-masing wilayah itu menentukan jenis venom ular.
Nah, untuk pengetahuan tentang ular berbisa, di bawah ini ada 5 jenis yang banyak terdapat di sekitar kita. Jenis ular berbisa ini sering dijumpai di Indonesia.
1. King Cobra (Ophiopagus Hannah).
King Cobra salah satu jenis ular dengan bisa yang mematikan (foto: pixabay/antriksh)
Jenis ular ini sering terdapat di Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, pesisir Selatan Jawa seperti Sukabumi, Gunung Kidul, Pacitan, dan Malang. King Cobra menyukai daerah kering dan karst, padang rumput, hutan tropis, dan dataran rendah. Ular ini aktif pada siang hari dengan panjang tubuh 2 meter hingga 6 meter. Korban yang terkena racun ular ini akan mengalami sakit kepala, mual, pingsan, bahkan bisa meninggal.
2. Weling (Bungarus candidus).
Ular weling dengan warna hitam-putih biasanya mulai aktif saat kondisi gelap (foto: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Weling)
Bercirikan warna hitam putih bermotif cincin terputus ke bawah, bagian perut berwarna putih dengan ekor runcing dan panjang sekitar 1 meter saja. Ular jenis ini sering ditemukan di Jawa Barat, senang berada di hutan yang kering dan panas, pegunungan, semak-semak, sawah, area dekat air, dan pemukiman penduduk. Akibat gigitan ular berbisa ini dapat merusak saraf, kelumpuhan, hingga kematian.
3. Welang (Bungarus fasciatus).
Ular welang dengan corak warna kuning-hitam (foto: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Welang)
Ciri tubuhnya mirip ular Weling tapi bercorak cincin melingkar penuh, biasanya warna hitam-kuning dengan ekor buntet. Jenis ular ini terdapat di kawasan Asia termasuk Indonesia dan sering ditemui di pegunungan, kebun,rawa, hutan, sawah, sungai, sekitar rumah penduduk juga ada dan kalau siang suka bersembunyi di bebatuan. Harus lebih waspada karena ular Welang aktifnya pada malam hari (noktural) dengan panjang tubuh 1.5 meter hingga 2 meter, dan tentunya memiliki bisa yang mematikan.
4. Kobra Jawa (Naja Sutratrix).
Kobra Jawa cukup berbahaya jika terkena bisa gigitannya (foto: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ular-sendok_jawa)
Jenis ular ini memiliki panjang tubuh sekitar 1.3 hingga 1.85 meter dan terdapat di Pulau Jawa, Lombok, Bali, Sumbawa, Flores, Komodo, Alor, dan Lomblen. Hidup di hutan, daerah kering, dan sering juga ditemukan di lahan pertanian. Ular ini aktif di malam hari. Jika terkena gigitan ular Kobra Jawa, bagian tubuh yang terkena akan mengalami memar, bengkak, pembusukan luka yang mengharuskan amputasi, hingga kematian.
5. Picung (Rhabdophis subminiatus).
Ular picung melingkarkan diri di atas daun (foto: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ular_picung)
Sebutan lain dari ular ini adalah Pudak Bromo di Jawa, di Kalimantan disebut ular merah, dan di Jakarta sebutannya ular matahari. Warna kulit ular ini mirip buah picung, memerah di sekitar leher dan tubuh kecokelatan. Ular ini sering tampak di hutan, perkebunan, rawa-rawa, daerah dekat air atau sekitar sungai, dan rerumputan basah. Ular picung bisa menyelam dan berenang. Harus hati-hati karena ular ini selain berbisa juga beracun. Artinya, kalau bisa dari ular masuknya lewat inject, sedangkan racun cukup lewat sentuhan atau memegang kepalanya pun sudah berakibat keracunan.
Masih banyak jenis ular berbisa lain seperti ular cabe, ular tanah, ular laut yang semuanya tentu berbahaya jika sampai terkena gigitannya. Tinggal di daerah yang masih banyak hutan, kebun, ataupun persawahan, mau tidak mau mulai sekarang kita harus memiliki pengetahuan setidaknya tentang jenis dan ciri ular berbisa serta cara pertolongan pertama jika terkena gigitannya agar bisa menghindari bahaya yang ditimbulkan. Terutama buat kamu nih, yang hobi menjelajahi hutan dan pegunungan. Di mana pun berada, tetap waspada ya, guys!
Source
- https://sains.kompas.com/read/2017/09/10/204813923/bagaimana-caranya-agar-tidak-mati-setelah-digigit-ular-berbisa?page=1
- https://www.mongabay.co.id/2019/06/18/tergigit-ular-berbisa-berikut-ini-rekomendasi-who/
- https://bobo.grid.id/amp/08681780/hati-hati-4-ular-di-indonesia-ini-memiliki-bisa-yang-mematikan?page=all
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Weling
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ular_picung
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ular-sendok_jawa
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Welang