Pernyataan kurang menyenangkan, anggapan buruk dan perlakuanyang berbeda dari masyarakat umumnyayang seringkali diberikan pada penderitamental disorderakan semakin membuat merekamakin menderita.Hal ini diakibatkan olehkultur masyarakat yang kurang edukasi sehingga orang-orang yang harusnya memerlukan perhatian khusus ini malah makin dijauhi.
Jadi, ada baiknya kita belajar sedikit soal mental disorder. Artikel ini bukan dimaksudkan buat kamu yang suka ngeklaim diri secara sembarangan tanpa tes terverifikasi atau dari ahlinya terlebih dahulu. Artikel ini juga bukan dasar yang bisa kamu pakai untuk menyatakan orang lain memiliki mental disorder. Sekali lagi, kamu gak boleh sembarangan dalam menilai dirimu sendiri maupun orang lain. Lebih baik langsung datang ke psikiater, dan kamu gak perlu malu karena akan sama aja kayak check up biasa kok!
1. Skizofrenia.
Penderita skizofrenia di Indonesia banyak ditemukan dipasung atau dirantai. Pemahaman masyarakat kita yang kurang akan mental disorder ini membuat penderitanya sering disangka kesurupan atau gila. Mungkin kamu penasaran, apa sih rasanya menjadi penderita skizofrenia?
Singkatnya, para penderita mengalami delusi yang parah, dari berbagai aspek dan indra. Mulai dari delusi visual, audio, bahkan sampai ke penciuman dan perabaan. Kalau mau tahu lebih lanjut, ada kok simulasi penderita skizofrenia di Youtube. Kamu bayangkan setiap mau makan, yang terlihat di matamu adalah hal-hal menjijikan atau racun. Susah sekali bukan? Mengatasi skizofrenia memerlukan obat-obatan tertentu dan afeksi yang tulus dari orang-orang sekitarnya. Penderita tidak boleh dibiarkan sendiri terlalu lama dan perlu diajak bicara terus-menerus.
2. Depresi.
Depresi bukan stress biasa. Penderita depresi sulit menyampaikan apa yang menjadi kekhawatiran dan kebutuhannya, makanya seringkali dianggap egois dan moody. Padahal yang ada di dalam pikirannya mungkin cuma satu, yakni ingin segera mengakhiri hidupnya.
Depresi bukan timbul dari masalah, melainkan depresi itulah masalahnya. Ketika depresi, segala jalan keluar yang kita tahu tampak tak mungkin atau bahkan gak terpikirkan sama sekali. Mungkin kalau digambarkan, kamu ada dalam ruang gelap tanpa cahaya. Kamu tahu kamu harus dan bisa keluar dari sana. Kamu juga tahu ada pintu keluar di suatu tempat. Masalahnya adalah penglihatanmu yang begitu buruk, yang membuatmu gak bisa melihat cahaya samar-samar di balik pintu keluar itu. Sulit kan mau bicara kalau sudah begini.
Penderita depresi dapat ditolong dengan obat-obatan, maupun dukungan logis dan afeksi dari orang-orang di sekitarnya. Contohnya, kamu dapat membantu penderita untuk memisah-misahkan mana fakta dan mana perasaan, lalu bantu berikan solusi dan langkah-langkah konkret.
3. Bipolar.
Kalau ini, sesuai namanya. Kamu seperti punya dua sisi ekstrem yang saling bertentangan di dalam diri kamu. Penderita bipolar punya dua fase emosional, manik dan depresif. Manik adalah ketika penderita menjadi senang secara berlebihan, hiperbolis, pokoknya serasa di puncak dunia deh. Pada fase depresif, penderita bisa sedih banget, sampai-sampai ingin bunuh diri. Mood swings yang parah banget antara dua fase ini sering bikin orang sekitarnya dan diri si penderita bingung sendiri. Makanya orang-orang bipolar sering dikatakan sebagai orang aneh atau malah sering dibilang "autis" padahal bukan.
Untuk membantu penderita dapat diberi obat-obatan, dibantu menenangkan pikiran lewat meditasi atau hipnoterapi, atau bantu mereka memisahkan mana fakta dan mana perasaan atau emosi, lalu bantu mereka susun langkah-langkah konkret.
4. OCD (Obsessive Compulsive Disorder).
Kelainan ini ditandai dengan pikiran dan ketakutan tidak masuk akal (obsesi) yang dapat menyebabkan perilaku repetitif (kompulsi). Misalnya, orang yang merasa harus memeriksa pintu dan jendela lebih dari 3 kali sebelum keluar rumah. Penderita juga kerap dipandang sebagai penggila kebersihan atau penggila kerapihan. Tutur katanya tak jarang menyakitkan hati, terutama kalau ada yang kotor sedikit, atau berantakan sedikit.
Maka dari itu, diperlukan pengertian dari orang-orang di sekitarnya. Penderita dapat ditolong dengan obat-obatan dan terapi perilaku kognitif (CBT).
5. Psikopat.
Psikopat itu ga persis sama kayak yang kita lihat di film-film. Ga semua psikopat ngejar-ngejar orang dengan pisau teracung, lalu nusuk orang sembarangan. Singkatnya, penderita tidak memiliki empati sama sekali. Jadi, penderita kesulitan mengerti sudut pandang orang lain. Memang banyak psikopat yang menjadi pembunuh kejam karena ga ngerti rasa takutnya mau dibunuh, atau rasa sakitnya disiksa, ga mengerti apa namanya rasa bersalah, maupun rasa sedih karena kehilangan anggota keluarga. Makanya, para penderita dinilai sangat egois dan gak ragu-ragu menggunakan orang lain untuk tujuan apapun yang dimilikinya.
Penderita dapat ditolong dengan obat-obatan maupun terapi-terapi seperti psikoanalisis, psikodrama, terapi perilaku kognitif, dan sebagainya.
Ada alasan dan cerita tersendiri dibalik mental disorder. Ada baiknya jika kita menyikapi para penderita dengan ramah, bukan menghakimi apalagi mengucilkan. Yuk, peduli pada kesehatan mental diri sendiri dan orang yang kita sayangi!
Source
- blob:https://creator.brilio.net/89368783-e1bd-41e6-a1f5-c289eab11537
- https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQmJDGSQ9I5EgoApZ7ga5FjoADo8sxLfKmMENjOqmgvgK82gqiN
- blob:https://creator.brilio.net/cf4f06b3-2cdd-4c52-a275-ba9be7532b48
- https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSH-tXJrm668cvvU0qqDwp6ErJacJiRZG50601pT_-nTA4NB_ZOdA
- https://i2.wp.com/www.learning-mind.com/wp-content/uploads/2017/05/Hare-Psychopathy-Checklist.jpg?resize=800%2C533&ssl=1