Siapa yang tidak mengenal sosok Ayu Utami, seorang aktivis, wartawan, sekaligus penulis Indonesia ini sudah meraih banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri atas karya-karyanya. Seperti halnya karya pertamanya Saman yang terbit tahun 1998, Ayu Utami berhasil meraih pemenang Roman Terbaik di Dewan Kesenian Jakarta pada tahun yang sama.
Dari novel pertamanya tersebut, muncul istilah Sastra Wangi yang digunakan untuk penulis perempuan dalam menyampaikan ideologinya tentang feminisme. Selain itu, yang membuat karya-karya Ayu Utami begitu banyak meraih penghargaan sekaligus banyak penggemar adalah kebanyakan karyanya mengambil latar sejarah bangsa Indonesia seperti pertistiwa G 30 S/PKI dan masa Reformasi 1998.
Berikut 5 novel karya Ayu Utami yang berlatar peristiwa sejarah bangsa Indonesia.
1. Saman (1998).
Pada bagian awal novel ini, menceritakan tentang kehidupan dan percintaan 4 orang perempuan yang menjalin persahabatan bernama Cok, Yasmin, Shakuntala, dan Laila. Lalu muncullah sosok Saman yang misterius di tengah-tengah kehidupan mereka.
Sebelum menjadi Saman, ia adalah Athonius Wisanggeni, kekasih masa lalu dari Laila. Ia sering melawan kekejaman dan kesewenag-wenangan rezim Orde Baru pada saat itu. Wisanggeni kemudian menjadi buronan dan melarikan diri ke New York dengan berganti nama menjadi Saman. Di tengah-tengah melarikan diri, Saman kemudian menjalin hubungan bersama Yasmin yang saat itu sudah memiliki suami.
2. Larung (2001).
Larungmerupakan novel lanjutan dari Saman yang kemudian menjadi Dwilogi Saman dan Larung.Berlatarkan penghujung masa Orde Baru, diceritakan seorang Larung Lanang yang memiliki masa lalu kelam, mencoba membantu aktivis mahasiswa kiri melarikan diri dari kekejaman rezim militer bersama Saman.
Sosok Larung yang misterius menyisakan tanda tanya besar bahkan sampai ke penghujung halaman terkahir dari novel ini. Apakah ia adalah seorang Intel yang menyamar atau aktivis sama seperti Saman?
3. Manjali dan Cakrabirawa (2010).
Manjali dan Cakrabirawaadalah novel yang termasuk ke dalam Seri Bilangan Fu. Menceritakan petualangan Parang Jati, Marja Manjali, dan Sandi Yuda dalam menyusuri candi makam yang baru ditemukan di Dukuh Girah, kaki timur Gunung Lawu.
Dalam penelusuran tersebut banyak sekali kebetulan-kebetulan yang menimpa mereka. Mulai dari kesamaan nama putri Calwanarang, Ratna Manjali dengan nama Marja Manjali sampai kebetulan ditemukannya makam salah satu anggota kelompok militer Cakrabirawa yang dibantai pada peristiwa G 30 S/PKI.
4. Lalita (2012).
Novel kedua dari Seri Bilangan Fu, masih dengan petualangan Sandi Yuda yang bertemu dengan Lalita. Lalita adalah seorang kurator seni ber-make up tebal serba ungu. Lalita sangat tertarik dengan Budha dan Candi Borobudur.
Jika novel lainnya berlatar Orde Baru, novel Lalita akan mengajak pembaca menelusuri sejarah Candi Borobudur sekaligus kemisteriusannya. Walaupun novel ini fiksi, namun Ayu Utami banyak sekali menyisipkan data fakta yang membuat novel ini semakin menarik.
5. Maya (2013).
Novel Mayaboleh dibilang sebagai jembatan antara Dwilogi Saman-Larung dan Seri Bilangan Fu. Bagaimana tidak? Tokoh-tokoh dari novel yang berbeda akhirnya bertemu! Walau tidak semuanya.
Diceritakan setelah Saman dinyatakan hilang dua tahun sejak pelariannya bersama Larung, Yasmin yang bersedih kemudian menerima empat pucuk surat dan sebuah batu akik dari Saman.
Dikarenakan Yasmin tidak mengetahui arti dari benda-benda yang diterimanya, pergilah ia ke guru kebatinan Suhubudi. Suhubudi merupakan ayah Parang Jati. Dikatakan oleh Suhubudi bahwa batu akik yang dikirimkan Saman merupakan batu Supersemar Hitam. Salah satu batu mustika yang dipercaya sebagai tanda restu Roh Nusantara terhadap kepemimpinan presiden. Kebetulan sekali pada saat itu merupakan ujung tanduk dari pemerintahan Orde Baru tahun 1998
Demikian rangkuman kelima novel Ayu Utami yang bernapaskan peristiwa sejarah bangsa Indonesia. Bagaimana? Cukup membuat penasaran kan? Ayo membaca!
Source
- https://twitter.com/BilanganFu?s=09