Ramadan 1440 H telah tiba. Tak terasa kita telah menjumpai lagi bulan Ramadan yang mulia ini. Semoga Ramadan kali ini mendapatkan derajat ketakwaan dan diampuni segala dosa kita.
Berbicara ramadan memang seru dan serasa tidak pernah habis romantika ceritanya. Ramadan kala kecil di kampung selalu mengundang geli dan lucu untuk selalu dikenang. Banyak keseruan tatkala menghampiri ramadan tiba. Namanya juga anak-anak belum mampu memahami betul hikmah puasa. Yang ada di benak anak-anak waktu itu adalah bermain dan bermain. Apa saja kecerian Ramadan versi anak Generasi Y (1980-an)?
1. Bikin Petasan sendiri
Selalu ada alasan untuk menunggu datangnya bulan Ramadan. Keseruan dan sensasi saat bermain petasan adalah momen yang tak dapat dilupakan. Zaman dulu memang apa-apa harus kreatif sendiri. Tidak seperti sekarang semua sudah ada di toko-toko kecil. Bahkan petasan model apapun sangat mudah didapatkan dipinggir jalan. Seingat saya dulu anak-anak kampung saya hampir semua pandai merakit petasan sendiri. Bahan-bahannya sangat sederhana, seperti kertas, lem, cetakan, plastik, tanah, dan bubuk mesiu. Dari rakitan sederhana anak-anak kampung saya sudah kegirangan luar biasa. Suasana semacam ini hanya dapat ditemui saat bulan Ramadan. Entah mengapa.
Letusan eksplosif pada petasan dijamin dapat menimbulkan keceriaan pada anak-anak. Namun sisi lain memunculkan respon berbeda dari orang dewasa. Orang tua sangat khawatir bila bermain mercon bisa membahayakan bagi anak-anak.
2. Bikin Mercon Bumbung
Selain membuat mercon dari bubuk mesiu, anak-anak kampung kami lihai membuat mercon bumbung bak meriam belanda. Mercon jenis ini lebih murah meriah. Bahannya hanya bambu, sumbu, dan minyak tanah. Dan mercon ini bisa dinyalakan berulang kali. Akan tetapi daya eksplosifnya tidak sekuat dibanding dengan mercon berbahan bubuk mesiu.
Sumber: https://ngalam.co/2017/06/09/permainan-mercon-bumbung-jadi-tradisi-wajib-bulan-ramadan/
Apalagi di kampung kami masih banyak di temukan rumpun bambu yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar membuat mercon bumbung. Mengapa di sebut bumbung? Hal ini tidak lepas dari bahan mercon bumbung berasal dari bambu yang dilubangi pada ujungnya.
3. Klotekan Dan Tiduran Di Mushola
Membangunkan orang sahur di saat udara dingin tidak masalah bagi anak-anak kampung kami. Berbekal dirigen dan kentongan kami berkeliling kampung membangunkan warga untuk bangun sahur.
Sumber: http://www.kebumenekspres.com/2016/06/tradisi-klotekan-bangunkan-sahur.html
Pemuda-pemuda kampung antar mushola satu dengan mushola lain terkadang berpapasan untuk berlomba-lomba untuk membangunkan orang sahur. Bukannya saling tegur sapa, mereka malah saling mengeraskan klotekannnya. Kadang sampai menimbulkan keributan.
4. Menanti Bedug Maghrib
Menunggu adalah kegiatan paling membosankan. Namun menunggu berbuka puasa adalah kegiatan yang paling asyik jika puasa tiba. Anak-anak kampung dalam menunggu bunyi nging biasanya diisi dengan berbagai kegiatan yang beragam.
Mereka menghabiskan waktunya bersam teman-teman sebayanya dengan memancing, bersepeda, tadarus, jalan-jalan, dan lain-lain. keasyikan bermain terkadang tidak terasa bunyi nging sudah terdengar di radio-radio lokal. Sebelum bermunculan televisi berwarna, kampung kami hanya mengandalkan siaran radio untuk memastikan sudah memasuki beduk maghrib atau belum. Sebelum doa berbuka puasa dibacakan, biasanya diputarkan musik-musik Qosidah.
5. Makan kolak atau dawet
Berbukalah dengan yang manis. Pesan Rasulullah itu sepertinya dijalankan dengan baik oleh warga kami. Menu berbuka yang sepertinya kudu ada adalah kolak atau dawet. Makanan tradisional ini adalah menu yang mampu menghilangkan rasa haus setelah berpuasa penuh.
Sumber: https://resepkoki.id/resep-kolak-pisang/
Ditambah dengan rasanya yang manis, maka akan memberikan suntikan energi baru setelah kalori banyak hilang selama berpuasa seharian. Kolak ditempat kami biasanya dibuat dari bahan-bahan sederhana, seperti tape, pisang seboboreh, santan, air, dan gula. Akan terasa lebih nikmat, jika kolak ini ditambahi dengan es batu. Berbeda dengan kolak, dawet, biasanya dibuat dari bahan-bahan seperti santan, cendol, cincau, dan gula merah.
6. Beli baju baru
Hal yang paling disukai oleh anak-anak di kampung adalah dibelikan baju baru saat mendekati lebaran. Orang tua biasanya akan mengajak putra-putrinya ke pasar tradisional terdekat.
Sumber: https://www.mainmain.id/r/28/tips-beli-baju-lebaran-anti-rugi-bandar
Baju baru ini dapat dimaknai dengan banyak hal. Misal harapan baru, terlahir baru, atau hanya sekedar reward dari ayah ke anak yang sudah melewati bulan puasa dengan baik.
Source
- https://ngalam.co/2017/06/09/permainan-mercon-bumbung-jadi-tradisi-wajib-bulan-ramadan/
- https://www.kompasiana.com/casmudi/55a66e62a5afbdc609aa4d51/membuat-mercon-sendiri-untuk-menyambut-lebaran
- http://www.kebumenekspres.com/2016/06/tradisi-klotekan-bangunkan-sahur.html
- http://bogor.tribunnews.com/2017/11/15/grup-musik-qasidah-ini-lagi-viral-di-medsos-liriknya-ternyata-kekinian-banget
- https://www.mainmain.id/r/28/tips-beli-baju-lebaran-anti-rugi-bandar
- https://resepkoki.id/resep-kolak-pisang/