Banyak dari kita bisa jadi mengenal Jepang sebagai negara maju yang memiliki penduduk dengan jenis ras sama seragam: Orang Jepang. Tidak seperti di Republik Indonesia (dimana ada banyak suku seperti Jawa, Melayu, Minang, Sunda, Batak, Tionghoa, Bugis serta masih banyak lagi suku dan ras Orang Indonesia), di Jepang seperti tidak terlihat adanya banyak jenis suku ras yang menjadi warga negara disana.
Namun sebenarnya tidak seperti itu. Karena yang disebut sebagai Orang Jepang juga terdiri dari beberapa suku atau kelompok masyarakat. Secara genetika ada Ryukyu, Nivkh, Yamato dan ada juga Ainu.
Jika dilihat dari besaran jumlah atau mayoritas, Orang Yamato dikategorikan sebagai golongan yang paling besar jumlahnya serta menyebar di seantero Jepang dan dunia dengan total populasi melebihi angka 120 juta jiwa. Sementara suku Ainu merupakan gambaran sebaliknya; dengan populasi terdata kurang dari 200 ribu jiwa di seluruh Jepang dengan sekitar 1000 jiwa ada di wilayah hukum Federasi Russia yang berbatasan dengan bagian terluar negara Jepang.
Tipikal gambaran orang Jepang aka. Yamato People (Sumber gambar: Wikipedia)
Sebelumnya sedikit disclaimer: saya menulis artikel ini berdasarkan informasi dan data yang banyak beredar di internet. Jika ada data atau keterangan yang tidak benar/keliru, saya mohon maaf dan di koreksi karena saya sama sekali tidak menguasai ilmu sejarah negara Jepang saat menulis artikel ini.
Suku Ainu merupakan suku asli dari negara Jepang. Disebut asli dikarenakan mereka sudah lama (kira-kira seperti "Native American" / "Indian" di Amerika Serikat) ada di wilayah yang kini disebut negara Jepang. Tepatnya di bagian paling utara atau wilayah Hokkaido yang juga mendekati teritorial negara Russia di Semenanjung Kamchatka.
Seorang tetua suku Ainu melepaskan 'marimo' ke dasar Danau Akan di Hokkaido tahun 2015 (Sumber gambar: Japan Times)
Suku Ainu secara kultural memiliki beberapa perbedaan cukup signifikan dari mayoritas orang Jepang (atau suku Yamato) seperti misalnya mereka masih mempertahankan dan mempraktekkan gaya hidup lebih tradisional dibandingkan orang Jepang modern. Pria dewasa Ainu biasanya tidak bercukur sehingga sebagian dari mereka memiliki kumis dan brewok tebal; yang jarang dimiliki pria Jepang lain. Pakaian tradisional mereka juga bukan "Kimono" ataupun "Yukata" seperti yang dikenal sebagai pakaian tadisional orang Jepang; tapi jubah panjang dengan ornamen khas yang disebut "Attush".
Wanita Ainu (Sumber gambar: Slowfood)
Pria Ainu (Sumber gambar: RadioNZ)
Sebuah pertunjukan seni budaya Ainu (Sumber gambar: Sapporo.Travel)
Dengan sumber penghidupan dari berburu serta bercocok tanam, hidangan tradisional suku Ainu biasa terdiri dari daging beruang, rubah, serigala, dan termasuk juga ikan laut dan sayur-sayuran. Semuanya dimasak dengan cara direbus atau dipanggang.
Restoran Ainu di Tokyo https://www.youtube.com/watch?v=Lot0h-ou6sE
Bahasa tradisional suku Ainu juga berbeda dari bahasa Jepang lama maupun modern. Begitu pula dengan kepercayaan/agama, dimana mereka menganut paham animisme jika dibandingkan dengan Budha serta Shintoisme yang berlaku mayoritas di kalangan orang Jepang.
Dengan berbagai perbedaan yang mereka miliki, secara turun temurun suku Ainu mengalami apa yang disebut sebagai diskriminasi sosial dari sesama orang Jepang yang menganggap mereka aneh saat dibandingkan dengan orang-orang Jepang modern. Akibatnya sangat jarang orang Ainu di situasi modern Jepang yang secara terbuka menyatakan dirinya orang Ainu karena diskriminasi yang diterima nenek moyang mereka Jepang sejak ratusan tahun lalu.
Meskipun ada semacam Paguyuban atau kelompok persatuan warga Ainu bernama Hokkaido Utari Association yang menaungi warga Ainu, namun rasa cemas akan mengalami perlakukan diskriminatif masih tetap kuat di kalangan minoritas Ainu. Mungkin karena masih segar dalam ingatan mereka saat dipaksa mendaftar sebagai warga Jepang dengan sebutan mantan Ainu pada Era Meiji (1868-1912) ? Memang hal tersebut (keharusan penulisan sebagai mantan Ainu) sudah dihapus dari Konstitusi Jepang pasca kekalahan mereka di Perang Dunia Kedua dan mulai berlaku tahun 1947; namun hal itu tidak menghilangkan stigma dan efek yang sudah terbentuk puluhan tahun.
Sebuah demonstrasi damai dari suku Ainu yang menuntut pengakuan dan persamaan hak dari pemerintah Jepang (Sumber gambar: Apjjf.Org)
Menurut Kenichi Ochiai, seorang asisten profesor hukum konstitusi Jepang Universitas Hokkaido, pasca Perang Dunia Kedua banyak keturunan suku Ainu yang memilih untuk menyembunyikan identitas Ainu mereka untuk menghindari diskriminasi dari mayoritas warga Jepang lain. Dan akibatnya cukup parah. Karena tidak lagi mempraktekkan hal-hal yang menjadi ciri khas Ainu, banyak keturunan mereka yang bahkan tidak menyadari kalau mereka memiliki darah keturunan suku Ainu.
Terkini dikabarkan kalau akan diajukan Rancangan Undang-Undang baru ke parlemen Jepang / Diet yang mengusulkan untuk memasukkan Ainu sebagai bagian suku asli Jepang agar dilindungi oleh hukum negara.
Berbeda dengan hukum Era Meiji, RUU ini akan lebih menegaskan posisi suku Ainu di kehidupan sosial Jepang tanpa memaksa mereka melupakan/mengabaikan fakta akan identitas ke-sukuan Ainu mereka. RUU ini dikatakan sejalan dengan Deklarasi PBB tahun 2007 yang menyerukan keberpihakan dan pelaksanaan hak penduduk/suku asli suatu wilayah. RUU tadi juga akan memastikan pembangunan sarana seperti museum dan taman nasional suku Ainu untuk menjaga dan melestarikan suku ini di tahun 2020.
Perjuangan suku Ainu utuk pengakuan dan persamaan hak melalui parlemen (Sumber gambar: Telegraph.Co.Uk)
Namun RUU ini dinilai masih kurang layak; karena tidak memberikan hak kepemilikan tanah/lahan/sumber daya alam yang merupakan hal pokok penting untuk sebuah pengakuan negara. Hal yang tidak menyenangkan namun setidaknya merupakan langkah maju untuk meletakkan suku Ainu sebagai warga asli Jepang di dalam hukum konstitusi Jepang itu sendiri, menurut Shiro Kayano saat diwawancarai surat kabar harian terkemuka Jepang Asahi Shimbun. Kayano adalah Kepala Museum Kayano Shigeru Nibutani Ainu Shiryokan" yang fokus pada pelestarian budaya Ainu di Jepang.
Karena kondisi-kondisi inilah maka sulit menemukan figur pop culture (penyanyi atau artis) yang berasal dari suku Ainu.
Yang bisa saya temukan adalah karakter video game Nakoruru dan adiknya, Rimururu. Kedua gadis ini merupakan pendeta muda kuil Ainu di game terkenal keluaran SNK Samurai Spirits/Shodown.
Karakter dari game "Samurai Spirits/Shodown" yang mewakili suku Ainu (Sumber gambar: Mini Tokyo)
Apakah kamu bisa menemukan figur lainnya?