Film animasi Disney mempunyai reputasi sebagai film keluarga yang bagus. Grafis indah menawan, lagu-lagu pengiring memorable alias akan selalu dikenang, maupun kisah-kisah yang menginspirasi para penontonnya. Rasanya semua fans Disney akan menyetujui sentimen itu jika ditanya opininya tentang film animasi alias kartun dari Disney.
Lihat saja judul-judul sepertiLittle Mermaid, Aladdin, The Lion King, Pocahontashingga film animasi dengan latar belakang perang di Tiongkok masa lalu Mulan. Semua judul ini mendapat apresiasi bagus; baik dari penonton maupun kritikus film sebagai film-film animasi menawan dari Disney si raja hiburan keluarga.
The Lion King (1994). Sumber gambar: Into Film.Org
Tapi kemudian Disney mulai merambah lebih dari sebelumnya. Bak gurita raksasa, Disney saat ini menguasai begitu banyak segmen hiburan; dengan mengakuisisi banyak perusahaan lain untuk berada di bawah kekuasaan mereka. Orientasi bisnis Disney juga semakin membesar, dan salah satunya adalah strategi bisnis menciptakan film live action dari film animasi klasik mereka.
Dan sepertinya strategi itu tidak buruk, terutama jika dilihat dari sudut bisnis. Film live action dari film animasi Disney meraih atensi dan pendapatan tiket bagus. Mulai dari Beauty and the Beasthingga Aladdindan The Lion King.
"The Lion King" (2019). Sumber gambar: YouTube
Film-film tadi (live action dari animasi) mengusung spirit, tema dan nuansa mirip sumber asli atau kartun sebelumnya. Bahkan hingga lagu tema atau original soundtrack. Tapi memang nggak bulat-bulat sama persis; ada sedikit remix di sana. Seperti lagu A Whole New Worlddari film animasi Aladdin yang sedikit berbeda di film live action Aladdin.
Di versi live action, lagu tadi digarap lebih modern dibanding versi animasi. Tapi keduanya tetap keren sebagai lagu tema petualangan Aladdin bersama Jin Lampu itu.
Nah, situasi berbeda nanti akan terasa di film live actionMulanyang akan berbeda banget dari versi animasi tahun 1998.
Mulan (Sumber gambar: Blogspot)
Jika melihat beberapa wawancara dan bocoran serta trailer film live action Mulan, sepertinya kamu yang berharap versi ini akan mengikuti pakem normal (seperti Aladdin dan The Lion King) musti siap-siap kecewa. Karena film ini akan bernuansa serius. Tidak musikal dan tidak komikal seperti animasinya. Bahkan digadang-gadang sebagai 'film feminis' seperti yang coba dilakukan oleh filmHarley Quinn: Birds of Prey.
Berharap ada naga gokil Mushu di live action Mulan? Lupakan saja. Naga merah itu tidak akan hadir dalam bentuk apa pun. Dan tidak hanya makhluk mitologi seperti Mushu yang akan absen di film live action Mulan. Karakter manusia seperi Li Shang juga dipastikan tidak akan muncul juga. Untuk hal ini sutradara Niki Caro dan produser Jason Reed punya argumen (yang bernuansa feminisme).
Karakter Li Shang dari "Mulan" (Sumber gambar: Screen Crush)
Kami membagi dua karakter Li Shang. Satu dalam sosok Commander Tung (diperankan Donnie Yen) yang berperan sebagai ayah angkat serta guru/mentor dari Mulan. Sementara satunya lagi karakter Honghui (diperankan Yoson An) yang merupakan rival Mulan papar Jason Reed dalam sebuah wawancara.
Dia menambahkan Di era #MeToo seperti sekarang (dan dengan semangat feminisme), cerita dengan muatan kisah seorang komandan yang jadi love interest tokoh utama akan membuat situasi jadi tidak nyaman dan kami pikir itu tidak layak dilakukan.
Sehingga jelas kalau Disney secara terang-terangan ingin menciptakan film live action berbasis film animasi populer mereka namun dengan pesan berbeda seperti yang sebelumnya dibawa oleh film animasi. Yaitu semangat feminisme dan situasi serius. Yang jelas berbeda cukup jauh jika melihat film animasi Mulan sebelumnya.
Apakah ini menuju ke arah dan hal baik? Well, penjualan tiket akan jadi barometer bagus. Salah satu temen saya (yang fans berat animasi Mulan) sudah bilang bakal melewatkan nonton live action Mulan di bioskop karena merasa adaptasinya melenceng dari versi animasi. Buat dia, itu mengganggu. Tapi dia hanya satu dari banyak fans Mulan lain. Bisa jadi dia hanya sebagian kecil yang menganggap live action Mulannggak bakal sekeren seperti animasinya.
Kamu sendiri bagaimana? Saya menganggap kalau film-film yang mengusung forced feminism akan mengalami kesulitan di pasar. Charlie's Angels, Terminator: Dark Fatedan Harley Quinn: Birds of Preyadalah contoh mudah. Tapi itu hanya pendapat pribadi saya saja. Bukan merupakan fakta di lapangan.