Sering dengar istilah introvert dan ekstrovert? Istilah introvert dan ekstrovert sering diasosiasikan sebagai kecenderungan seorang individu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Individu pendiam dan gemar menyendiri mayoritas dicap sebagai individu introvert, sebaliknya individu vokal dan gemar bersosialisasi dikenal sebagai individu ekstrovert.
Namun, introvert dan ekstrovert nyatanya tidak terbatas hanya soal interaksi antar manusia, perbedaan pengkategorian kepribadian tersebut juga dapat memengaruhi kondisi kesehatan mental, loh. Bagaimana pengkategorian kepribadian dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang? Yuk, simak fakta berikut.
Pertama kali dikemukakan oleh Carl Jung.
Istilah introvert dan ekstrovert pertama dicetuskan oleh Carl Jung dalam bukunya yang berjudul Psychologische Typen pada tahun 1912. Secara harfiah sederhana, Jung menjelaskan ekstrovert adalah individu yang memiliki orientasi/ketertarikan kuat pada dunia di luar dirinya. Sebaliknya, introvert adalah individu yang memiliki orientasi/ketertarikan kuat pada pemikiran serta perasaan yang ada di dalam dirinya sendiri.
Namun Jung menambahkan, kepribadian memiliki spektrum yang luas, sehingga sebenarnya setiap individu memiliki kedua karakteristik kepribadian ini namun akan ada salah satu karakteristik kepribadian yang lebih mendominasi. Kepribadian yang tidak mendominasi pun dapat mungkin dapat muncul dan terlihat pada keadaan-keadaan tertentu.
Selain dapat mengkaji langsung kecenderungan interaksi dengan lingkungan sosial, kita juga dapat mencoba beberapa instrumen yang dikembangkan untuk mengetahui tipe kepribadian di antaranya Myers Briggs Type Indicator yang dapat diakses di 16personalities.com.
Bagimana introvert dan ekstrovert dalam berinteraksi?
Salah satu perbedaan mendasar antara introvert dan ekstrovert dalam berinteraksi adalah introvert memiliki kecenderungan menjadi lelah ketika mereka berada di sekitar orang lain dan mampu mendapatkan kembali energi ketika mereka sendirian. Sebaliknya, ekstrovert memilki kecenderungan menjadi berenergi ketika mereka dikelilingi oleh orang lain dan akan menjadi lelah dan sedih ketika mereka sendirian.
Isolasi diri berlebihan pada introvert menjadi berbahaya.
Introvert seperti yang sudah disebutkan sebelumnya akan memerlukan waktu sendiri untuk memperoleh kembali energi guna kembali berinteraksi. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah apabila waktu sendiri yang diperlukan berlebihan malah akan menyebabkan mereka menarik dan mengisolasi diri dari lingkungan sosialnya. Menurut sejumlah studi, kondisi menarik dan mengisolasi diri berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan mental seperti depresi, kegelisahan, gangguan kepribadian, gangguan makan, hingga kecanduan.
Selain itu berdasarkan beberapa studi neurologis, aktivitas otak individu introvert jauh lebih aktif daripada individu ekstrovert. Kondisi ini di satu sisi tentu menjadi kekuatan karena membuat individu introvert cenderung menjadi individu yang kreatif. Namun terlalu memiliki banyak pemikiran, emosi, dan perasaan serta ditambah dengan menyimpan perasaan tersebut sendiri tentu akan menyebabkan introvert lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental.
Motif interaksi sosial kurang tepat pada ekstrovert.
Ekstrovert memiliki kebutuhan untuk selalu berada di sekeliling orang lain untuk memperoleh kembali energi mereka. Namun kondisi di mana ekstrovert mencari keberadaan orang lain untuk menghindari perasaan dan pikiran mereka sendiri tidak dibenarkan. Menghindari introspeksi diri akan menyebabkan individu mengalami kekosongan dalam diri mereka serta tidak akan menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi.
Ekstrovert juga perlu memahami lebih jauh apa motif keinginan mereka saat berusaha berada di sekitar orang lain karena beberapa motif yang kurang tepat mungkin akan memengaruhi kesehatan mental. Seperti misalnya gangguan kepribadian Histrionic Personality Disorder atau Narcissistic Personality Disorder yang menginginkan perhatian berlebih dari orang lain.
Introvert dan ekstrovert sama istimewa.
Tidak ada yang salah dengan menjadi introvert maupun ekstrovert. Tidak ada yang lebih buruk dan lebih baik dari introvert dan ekstrovert karena keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Mengalami masalah kesehatan mental juga bukanlah tanda kelemahan. Yang perlu menjadi perhatian kita adalah untuk lebih mengetahui bagaimana karakteristik pribadi kita serta mengetahui gejala masalah kesehatan mental.
Setelah membaca artikel ini, yuk lebih belajar mengenal dan mencintai diri kita. You are just amazing.
Source
- https://www.golife.id/penggolongan-introvert-dan-ekstrovert/
- https://www.familyaddictionspecialist.com/blog/how-mental-health-issues-may-differ-among-introverts-and-extroverts