Siapa belum pernah nonton trilogi film fiksi ilmiah The Matrix? Rasanya aneh banget kalau kamu penggemar genre ini tapi belum pernah melihat satu pun film The Matrix. Serius, film ini memiliki pengaruh yang besar banget di kultur perfilman fiksi ilmiah. Mungkin bukan film terbaik dari genre ini juga (karena ada banyak judul lain yang dapat diperdebatkan sebagai terbaik' di genre fiksi ilmiah) tapi tiga film The Matrix menciptakan suatu franchise penting di dunia hiburan.
Foto: Screen Rant
Dimulai tahun 1999, The Matrix masih menjadi nama penting hingga hari ini. Dari film merambah komik, animasi, dan tentu saja video game. IP ini merupakan karya The Wachowskis, dua bersaudari yang dulu dikenali sebagai Wachowski Brothers, yaitu Lana Wachowski (dulu Larry) dan Lilly Wachowski (dulu Andy).
Sangat terinspirasi manga dan anime fiksi ilmiah klasik Jepang Kokaku Kidotai / Ghost in the Shell tahun 1995 karya Masamune Shirow, The Matrix menceritakan tentang dunia yang dikuasai mesin dengan manusia sebagai sumber tenaga mereka. Sebuah konsep yang saat ini terlihat mulai nyata di dunia modern. Karena sekarang manusia memang memiliki ketergantungan pada perangkat mesin, mulai dari yang kecil seperti smartphone/telepon pintar hingga alat-alat berat seperti mesin industri. Di The Matrix, tema ceritanya tentang perlawanan manusia yang saat itu terjajah oleh mesin.
Dan The Wachowskis meramu cerita ini dengan sinematografi revolusioner untuk ukuran masa itu atau awal-awal milenium. Yang sudah pernah nonton tentu masih ingat adegan-adegan memorable dari tiga film The Matrix. Seperti misalnya adegan Neo menghindari peluru secara gerakan slow motion.
Adegan ini sudah jadi klasik sinema dunia dan sering direka ulang, kebanyakan dalam format parodi tentunya. Trilogi The Matrix memiliki tampilan suram dan gelap tapi masih dapat terasa nyaman. Sesuatu yang sayangnya tidak dimiliki film-film komik DCEU, by the way.
Yang pasti, trilogi The Matrix sukses besar sebagai franchise fiksi ilmiah yang mampu melewati usia dua dekade dan sejajar dengan nama-nama lain yang tenar lebih dulu seperti Star Wars-nya George Lucas ataupun The Terminatorkarya James Cameron.
Secara penceritaan, The Matrix berakhir di film ketiga The Matrix Revolution. Dan idealnya The Matrix berhenti di sana. Tapi ya itu tidak terjadi. Karena begitu satu IP menyandang status franchise maka persiapkan saja diri untuk melihat produk-produk turunan yang akan datang silih berganti. Star Wars dan The Terminator sudah menunjukkan itu, di mana Terminator 2: Judgment Daydianggap sebagai titik akhir kisah Terminator yang sempurna sebelum sederet film merusaknya (seperti yang terkini Terminator: Dark Fate). The Matrix terlihat menuju ke arah sama. Karena saat ini produksi/syuting film The Matrix 4(judul sementara) sedang berlangsung dan bikin cemas para fans triloginya.
Kecemasan itu bukan tanpa alasan. Karena akan sulit menciptakan cerita bagus setelah event The Matrix Revolution. Salah sedikit saja maka film The Matrix 4 akan mencoreng warisan keren yang sudah dibangun trilogi The Matrix. Makanya di internet terdengar opini yang menanyakan apakah kita memang perlu The Matrix 4. Tentu dengan argumen untuk menguatkan pendapat kalau The Matrix 4 adalah ide buruk yang potensial merusak franchise The Matrix. Tapi Warner Bros Studios sepertinya tetap yakin dengan potensi positif film The Matrix 4.
Suasana syuting film The Matrix 4 / Foto: IMDB
Walau sempat di-stop gara-gara virus Corona, tapi belakangan produksi film itu kembali dilanjutkan (direncanakan mulai awal bulan Juli 2020). Syuting The Matrix 4 sendiri sudah dimulai sejak Februari hingga pertengahan Maret 2020, sebelum kemudian ditunda gara-gara wabah Covid-19 di seluruh dunia mulai merebak.
Jadi, apakah kita memang perlu film The Matrix 4?
Buat saya, sebenarnya film itu nggak masalah mau dibuat atau tidak, selama pemerannya bukan lagi aktor dan aktris dari trilogi sebelumnya. Tapi sialnya, tanpa Keanu Reeves dan Carrie-Anne Moss, film The Matrix tidak akan terasa sebagai film The Matrix.
Keanu Reeves dan Carrie-Anne Moss / Foto: Letter F
Apalagi Laurence Fishburne (aktor pemeran Morpheus) dipastikan hilang dari jajaran pemeran di film ini, diganti aktor seperti Neil Patrick Harris, Yahya Abdul-Mateen II, dan Jonathan Groff. Serba salah memang. Tapi Warner Bros masih pede untuk merilis film ini di tahun 2021. Apakah perjudian mereka akan berbuah kemenangan? Dengan adanya Keanu Reeves, sepertinya hal itu sangat mungkin terjadi. Everybody loves Keanu Reeves! Kamu juga, kan? Tapi dengan wabah Covid-19 seperti sekarang, apa pun jadi sebuah ketidakpastian yang nyata.