Tahun 2020 dunia digemparkan dengan pandemi virus Corona (Coronavirus disease/Covid) asal Wuhan. Virus ini menyebar dengan sangat cepat dan memiliki berbagai tipe, mulai dari yang memiliki infeksi cepat hingga yang mematikan. Dari korban pertama pada bulan November 2019, tercatat ada 783.360 kasus, 37.203 kematian, dan 205 negara atau wilayah terinfeksi. Data tersebut didapat dari situs WHO pada 1 April 2020 saat artikel ini ditulis. Karena penyebarannya yang sangat cepat, virus ini menjadi pandemi dunia yang mengakibatkan banyak dampak buruk bagi negara yang terjangkit.
Indonesia merupakan salah satu negara yang terjangkit virus ini. Sekitar awal bulan Maret 2020, dua orang warga Depok secara resmi diumumkan oleh Presiden Joko Widodo terjangkit virus Corona dengan tipe 19 atau Covid-19. Virus tipe ini memiliki gejala yang mirip dengan gejala sakit flu, namun memiliki gejala tambahan yaitu sesak napas dan demam tinggi berhari-hari.
Meskipun virus ini merupakan tipe yang tidak mematikan, covid-19 dapat memperburuk kondisi bagi yang memiliki riwayat penyakit paru-paru dan bahkan dapat memperparah hingga terjadi komplikasi. Dari data kematian akibat Covid-19, dapat dilihat bahwa banyak kasus kematian dari golongan tua atau terindikasi penyakit paru-paru seperti pneumia ataupun komplikasi penyakit lain. Namun, golongan muda pun tak luput dari infeksi Covid-19 ini, bahkan beberapa kasus infeksi penderita tidak mengalami gejala apa pun.
Oleh karena itu, pada pertengahan bulan Maret 2020, banyak institusi pendidikan menerapkan sistem belajar secara online kepada siswa ataupun mahasiswa. Keputusan ini diperbarui lagi karena mengacu dari keputusan Pemerintah sehingga kuliah ataupun belajar mengajar di semester ini dilakukan secara online. Bahkan UN pun ditiadakan pada tahun ini dan diganti dengan sistem penilaian baru yang ditetapkan. Banyak masalah dari sistem belajar online ini karena memang beberapa institusi pendidikan belum siap untuk mengadakan pembelajaran secara online.
Berikut ini adalah beberapa masalah yang timbul dari sistem pembelajaran online berdasarkan pendapat penulis.
1. Sistem penilaian.
Hal ini pasti menjadi masalah utama menurut saya karena dengan sistem online maka penilaian sistem tatap muka langsung akan jauh berbeda. Seperti UN yang ditiadakan, tentunya bagi angkatan pendidikan 2020 akan memiliki sistem penilaian yang berbeda dari angkatan sebelumnya, yang mana instusi pendidikan atapun perusahaan harus mengubah sistem penilaian untuk proses penerimaan angkatan didik tahun 2020.
Selain itu, tolok ukur nilai pasti akan berbeda. Salah satu universitas bahkan mengeluarkan keputusan bahwa nilai minimal B untuk tiap mata kuliah. Saya sangat setuju dengan hal ini, karena dengan sistem online para siswa atau mahasiswa terkadang tidak memahami apakah tugas yang dikumpulkan sudah benar atau masih salah karena beberapa hanya memberikan materi seadanya tanpa contoh-contoh soal yang membantu. Selain itu, sangat jarang hasil koreksi dari tugas dibagikan sehingga jika ada ujian secara online sudah pasti akan menyulitkan bagi siswa atau mahasiswa untuk mendapatkan nilai yang maksimal.
2. Biaya pendidikan.
Mungkin pembaca akan bertanya mengapa saya memasukkan biaya pendidikan sebagai salah satu masalah. Ini karena dengan kuliah online apa yang kita bayarkan di awal tidak sesuai apa yang kita dapatkan saat kita melakukan kuliah online. Pembayaran biaya pendidikan biasa dilakukan di awal semester. Seperti yang kita tahu bahwa pendidikan di semester ini sebelum ada kebijakan sistem online adalah sistem tatap muka atau onsite secara biasa dan jumlah pembayaran pun seperti biasa karena sebagai siswa atau mahasiswa dengan biayatersebut dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang disediakan institusi.
Dengan kebijakan sistem online, para siswa dan mahasiswa tidak lagi menggunakan fasilitas dari institusi yang berarti apa yang dibayarkan tidak sesuai dengan yang didapatkan. Namun hal ini dapat diatasi seperti dengan pengembalian uang, subsidi uang internet seperti yang beberapa kampus terapkan, atau mungkin potongan biaya pendidikan untuk semester selanjutnya. Hal ini tentunya bisa menjadi pertimbangan karena masalah ini bukan masalah yang sepele atau mudah.
3. Konektivitas.
Mungkin mayoritas tidak mengalami masalah ini, namun tetap ini adalah masalah serius dalam kuliah online. Masih banyak siswa ataupun mahasiswa bahkan pengajar tidak memilki konektivitas yang bagus, terutama yang bertempat tinggal di daerah desa atau belum memiliki akses internet kabel. Hal ini tentu menjadi masalah besar karena baik tugas, pembelajaran, hingga ujian akan diadakan secara online.Tanpa konektivitas bagus tentu akan menghambat proses belajar.
Hal ini tentu menjadi catatan bagi tiap institusi untuk menetapkan bagaimana cara atau sistem pembelajaran online yang tepat sehingga bagi mereka yang berada di daerah dengan konektivitas buruk tetap bisa belajar dengan maksimal. Ini karena mereka juga membayar dan punya hak yang sama untuk belajar dan mendapatkan pengajaran yang terbaik.
4. Sistem pengajaran.
Sistem pengajaran bagi saya juga merupakan masalah. Ini karena masih banyak pengajar belum siap dengan sistem online. Masih ada pengajar yang bingung dengan cara mengajar secara online dengan baik maupun bagaimana memberikan penilaian yang sesuai.
Masalah ini sudah pasti berdampak buruk bagi pemahaman siswa dan mahasiswa. Banyak yang menjadi tidak paham akan materi yang diberikan karena memang disampaikan dengan cara yang kurang tepat.
Oleh karena itu, pengajar perlu disiapkan akan sistem online ini sehingga dapat mengajar dengan tepat dan bisa dipahami oleh siswa dan mahasiswa. Seperti dengan video penjelasan beserta contoh kasus atau soal, cara-cara menyelesaikan dengan suatu teori, dan sebagainya dibuat secara kreatif dan unik sehingga dapat diterima dan dipahami dengan maksimal.
5. Sarana dan prasarana pembelajaran online.
Mungkin masalah ini sudah tercakup dari masalah-masalah yang saya sebutkan di atas. Masalah ini mencakup pemilihan media pembelajaran yang mudah digunakan seperti Edmodo, Schoology ataupun Google Classroom, media tatap muka yang tepat seperti Skype atau Zoom, dan bentuk materi seperti slide, dokumen, video, ataupun gambar-gambar yang mudah dipahami.
Dengan memilih media pembelajaran yang kurang tepat akan berdampak buruk bagi kualitas pembelajaran. Di antaranya seperti ketidakpahaman siswa atau mahasiswa akan materi, kesusahan mengakses media tatap muka online karena masalah konektivitas, dan berbagai masalah lain.
Untuk mengatasi hal ini tentu diperlukan pemahaman akan sarana dan prasarana pembelajaran online dari sisi pengajar maupun yang diajar. Sehingga pembelajaran online dapat berjalan baik dengan kualitas yang baik pula.
Setelah membahas masalah yang muncul akibat pembelajaran online, mari kita lihat sisi positif dari pembelajaran online ini.
1. Revolusi pembelajaran.
Istilah ini adalah istilah yang sering saya ucapkan karena memang di Indonesia tiap beberapa tahun memperbarui kurikulumnya tapi tidak dengan cara belajar secara online.Dengan adanya pembelajaran online seperti ini akan memaksa institusi pendidikan untuk segera menyiapkan pembelajaran online yang baik. Sehingga ke depannya sistem online di setiap institusi pendidikan sudah siap sehingga pembelajaran akan lebih maksimal dari sisi onsite juga dari sisi online.
Selain itu, pembelajaran online akan meningkatkan kualitas pengajar karena para pengajar akan dituntut untuk kreatif dalam membuat materi atau bahan ajar dan lebih kenal dengan sistem online yang notabene cukup jarang dipakai di Indonesia. Tentunya sistem ini akan lebih baik ke depannya karena senada dengan revolusi industri 4.0 yang terus digaungkan dan perkembangan konektivitas yang sudah masuk ke wilayah-wilayah terpencil. Sehingga, setelah berbagai masalah dapat teratasi, sistem baru ini dapat meningkatkan sistem pembelajaran kita ke tingkat yang lebih baik lagi.
2. Kelas onlinepekerja.
Ini adalah hal yang ditunggu tentunya. Mungkin bekerja sambil kuliah di kampus impian merupakan keinginan bagi beberapa orang. Namun banyak kampus yang tidak mendukung sistem kuliah pekerja ataupun sistem onlinesehingga memang memupuskan mimpi dari beberapa orang. Namun, jika sistem online yang dijalankan saat ini terus dikembangkan, tentu akan membuka peluang kuliah online bagi para pekerja.
Pada akhirnya pembelajaran online ini akan menjadi solusi bagi sistem pembelajaran di Indonesia meskipun masih banyak hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan. Karena sistem ini bertujuan menjadi solusi untuk dunia pendidikan di tengah pandemi Covid-19, tentunya ini bukan hanya sekadar jalan pintas untuk tetap melakukan kegiatan pembelajaran.