Berdasarkan (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri, rencana pembukaan kembali sekolah dan universitas pada tahun 2021 telah mendapat lampu hijau. Dalam surat tersebut, pemerintah memberikan kewenangan penuh kepada pemerintah daerah, untuk menentukan sekolah maupun universitas yang layak untuk menyelenggarakan pembelajaran tatap muka di 2021.
Meski sudah mendapat lampu hijau, rencana tersebut masih dinilai maju-mundur dalam penerapannya, melihat perkembangan kasus Covid-19 yang masih tinggi di sejumlah wilayah Indonesia. Dilansir dari Tempo.co, Satgas Penanganan Covid-19 masih terus melaporkan penambahan kasus yang sudah mencapai lebih dari 6 ribu kasus per hari, dengan total lebih dari 600 ribu kasus positif dan positivity rate tertingginya 18,1%.
Walaupun kasus penyebaran Covid-19 masih tinggi, sejumlah daerah di zona hijau dan kuning telah melakukan uji coba pembelajaran tatap muka, seperti di Tanjungpinang dan Banyuwangi. Dilansir dari detik.com dan infokepri.com, uji coba pembelajaran tatap muka sudah dilakukan di 13 sekolah di Tanjungpinang pada Senin (12/10), dan di Banyuwangi, sudah dilakukan di 57 sekolah, namun harus dihentikan pada Rabu (16/12) karena adanya peningkatan kasus Covid-19.
Pada Minggu (06/12) lalu pemerintah mengabarkan bahwa vaksin Covid-19 (Sinovac) telah tiba di bandara Soekarno-Hatta sebanyak 1,2 juta dosis vaksin yang didatangkan langsung dari China. Dengan hadirnya vaksin ini tentu menjadi angin segar bagi masyarakat Indonesia, aktivitas seperti belajar dan bekerja dapat segera berjalan dengan normal kembali seperti sedia kala.
Meski demikian, terkait adanya rencana ini masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, khususnya di kalangan mahasiswa. Mahasiswa Vokasi UI, Ghazi Apta berpendapat bahwa rencana ini bagus karena pemerintah sudah ingin menerapkan pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat, ia juga mendukung kegiatan belajar tatap muka lantaran di jurusannya menerapkan kuliah praktik.
Namun, pendapat berbeda disampaikan Mahasiswa Psikologi UIN Jakarta Muhammad Alfatih, menurutnya penyebaran Covid-19 masih sangat tinggi dan terlalu berisiko jika diadakan pembelajaran tatap muka, ia juga berasal dari keluarga nakes yang turut berjuang dalam kondisi pandemi ini sehingga ia tahu betul bagaimana lelah & sibuknya para nakes menangani pasien Covid-19.
Melihat dari perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia, hasil evaluasi uji coba pembelajaran tatap muka dan kedua pandangan di atas, ini merupakan "PR" besar bagi pemerintah dalam menyikapi rencana pembukaan sekolah dan universitas di 2021 mendatang. Penanganan kasus Covid-19 harus benar-benar diprioritaskan dan awasi dengan tegas kesiapan tiap sekolah dan universitas dalam penerapan protokol kesehatan yang ketat, agar penyebarannya dapat ditekan semaksimal mungkin.