Semangat berbagi kepada sesama ada di setiap ajaran agama maupun kultur budaya manusia di seluruh dunia ini. Bentuk dan pelaksanaannya mungkin berbeda-beda tapi pada dasarnya memiliki persamaan, yaitu aksi saling membantu antar sesama manusia dari golongan mampu ke mereka yang membutuhkan. Hal baik ini merupakan salah satu nilai lebih manusia beradab dan harus terus dijaga kelestariannya.
Saat bulan Ramadan di Dubai, saat itu ada 50 lemari es berisi makanan dan minuman hasil sumbangan atau sedekah orang yang mampu secara ekonomi buat siapa saja yang membutuhkan; baik untuk berbuka puasa maupun makan biasa. Lemari es ini bisa diisi siapa saja dan siapa pun boleh mengambil isinya. Semuanya dengan semangat saling berbagi.
Foto: HuffPost
Di Indonesia? Ada juga! Seperti yang ada di Bandung ini misalnya.
Foto: Indonesia Better
Atau di Jogjakarta. Bentuknya memang bukan lemari es seperti di Dubai, namun tetap dengan spirit berbagi ke sesama. Dengan tujuan saling membantu sesama manusia, terutama di tengah situasi sulit seperti pandemi, keberadaan sharing food seperti itu merupakan napas segar untuk kemanusiaan.
Foto: Tribun Jogja
Di Jepang juga sama. Tapi sedikit agak berbeda. Bukan dalam hal metode namun lebih ke arah filosofi. Karena selain berbagi, tujuan berbagi makanan ini adalah untuk mengurangi limbah makanan yang terbuang mubazir.
Sebagai negara maju dan makmur, masalah yang dialami Jepang dalam hal makanan bukanlah soal kekurangan pangan. Seperti yang disampaikan Kenichi Narita di situs Japan Times, orang Jepang membuang-buang makanan secara mubazir setiap tahun lebih dari 6 juta ton. Sebagai pemilik tempat makan di prefektur Okayama, Narita mulai mencari tahu bagaimana mengurangi kebiasaan buruk (mottanai atau sayang sekali) bangsa Jepang ini agar jadi hal positif dan bermanfaat. Penelusurannya membawa Narita menemukan Hubbub dan konsep "Lemari Es Umum" yang sudah berjalan di London, Inggris dan Dundee, Skotlandia.
Sama seperti yang ada di Dubai (ataupun Indonesia), konsep Lemari Es Umum tadi adalah "siapa saja boleh mengisinya dan siapa saja boleh mengambil isinya". Dengan begitu diharapkan orang akan memilih meletakkan makanan masih layak konsumsi di sana ketimbang membuangnya begitu saja. Di Inggris sendiri Hubbub mengoperasikan hampir 100 Lemari Es Umum dengan konsep berbagi makanan seperti ini. Sementara di Jepang, baru Kenichi Narita yang mendirikan Lemari Es Umum di negara itu pada tanggal 20 November 2020 kemarin.
Foto: Japan Times
Saat ini isinya masih tahu/tofu, mie instan, beberapa makanan beku, jus buah dan makanan ringan saja. Hari ini kami mendapatkan kiriman Selada juga, ujar Narita saat diwawancarai. Platform ini juga mulai meluas seperti dari komunitas Facebook di mana Narita berkeliling Okayama mengirimkan parsel dan paket makanan ke kantin sekolah anak-anak dan lokasi-lokasi lain yang membutuhkan. Dengan cara ini distribusi makanan yang disumbangkan lewat Lemari Es Umum dapat lebih cepat mencapai tujuannya.
Foto: Japan Times
Konsep seperti ini memang bukan hal baru di berbagai negara dan mungkin baru di Jepang Lemari Es Umum terlihat seperti barang aneh. Mengingat pendapatan per kapita Jepang relatif lebih besar ketimbang negara-negara lain (terutama negara Asia Tenggara), wajar juga kalau mereka mengalami masalah mubazir makanan. Tapi walaupun negara maju, Jepang tetap punya kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan tujuan Lemari Es Umum seperti digagas Kenichi Narita & Food Sharing Japan adalah kelompok demikian.
Sementara di Indonesia memang tidak menggunakan Lemari Es namun konsep berbagi seperti ini sudah ada dan mungkin akan terus berjalan selama masih ada kelompok masyarakat berpenghasilan lebih mau menyisihkan sedikit rejeki mereka dengan berbagi makanan melalui "Lemari Makan Umum".
Masalahnya sekarang, kadang ada kelompok kecil yang terlalu serakah dan tidak memikirkan sesama saat mengambil makanan yang untuk dibagikan bersama itu. Hal ini memalukan kita sebagai bangsa besar. Perlu edukasi moral sejak usia dini agar kebiasaan seperti itu tidak lagi terjadi di masa depan oleh generasi penerus bangsa Indonesia. Semoga saja, ya?