Beragamjenis kain dibuat di Indonesia dengan berbagai metode tenun dan pewarnaan kain untuk membuat kain bermotif indah yang berbahan dasar katun atau sutra. Daerah tertentu mengkhususkan diri pada kain tertentu, seperti batik, ikat, songket, atau tritik. Biasanya kain tradisional di Indonesia memainkan bagian penting dari banyak ritual dan upacara, dari pesta pernikahan hingga penguburan. Kebanyakan orang hanya mengenal batik sebagai kain tradisional dari Indonesia. Padahal, ada banyak jenis kain tradisional yang dibuat khusus di provinsi tertentu di Indonesia. Berikut 9 di antaranya.
1. Batik.
Kata 'batik' berasal dari kata Jawa "amba" yang berarti menulis dan "titik" yang berarti titik. Awalnya, batik dibuat pada belacu, menggunakan lilin cair dalam canting (gayung kecil yang digunakan untuk menerapkan lilin dalam proses membatik). Tidak hanya terlihat cantik, setiap motif batik juga memiliki makna dan melambangkan sesuatu. Ada banyak batik di Indonesia, seperti batik Solo, batik Pekalongan, batik Cirebon, batik Banyumas, batik Bali, dan banyak lagi.
2. Ulos.
Ulos adalah kain tenun dari Sumatera Utara, Pulau Sumatra. Kain ini melambangkan ikatan cinta, seperti antara orang tua dengan anak-anak dan kekasih. Bahan dasar Ulos umumnya menggunakan jenis benang pintal dari kapas. Keunikannya terletak pada proses pembuatannya. Warna dasar menggunakan tanaman Indigo lalu letakkan di pot tanah liat berisi air. Kemudian rendam dan peras ampasnya sampai diangkat. Hasilnya adalah warna hitam. Jadi itu bisa dilakukan untuk menuju proses selanjutnya. Ulos adalah kain dengan warna merah, hitam, dan putih. Kadang-kadang, digabungkan dengan manik-manik patch berwarna-warni. Ini digunakan dalam semua upacara penting dalam masyarakat tradisional. Ulos telah muncul di Asian Model Festival Awards 2016. Di sisi lain, ulos adalah kain tertua di Asia yang diperkirakan berumur lebih dari 4000 tahun.
3. Lurik.
Kain lurik adalah kain tenun yang memiliki garis-garis searah. Nama Lurik diambil dari bahasa Jawa "lorek" yang berarti baris. Kain ini memiliki nilai sejarah tinggi, terutama di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Lurik diperkirakan ada sejak zaman kerajaan Mataram. Lurik terbuat dari serat kapas, serat kayu, serat sutera, dan ada juga yang menggunakan serat sintetis, artinya lurik mengandung berbagai jenis serat. Pembuatan kain menggunakan mesin. Sementara itu, produsen proses benang masih tradisional dengan memintal serat dengan tangan. Jadi butuh waktu lama untuk menghasilkan satu lembar lurik. Pola-pola kain lurik berdasarkan flora dan fauna.
4. Sarung Bugis.
Kain tenun Bugis adalah jenis kain tradisional Indonesia yang diklasifikasikan sebagai kain yang sangat istimewa. Kain ini berasal dari Wajo, Sulawesi Selatan. Wajo adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terkenal sebagai potensi sutra daerah. Banyak sutra baik diproduksi di wilayah ini. Ada sekitar 4.982 orang penenun dengan total produksi sekitar 99.664 produksi dalam setahun. Oleh karena itu, Sarung Bugis menjadi merek dagang orang Sulawesi khususnya di selatan. Ada dua macam pola, yaitu tradisional dan non-tradisional. Wajo menyediakan berbagai motif dan kain sutra berkualitas tinggi. Kemudian untuk mendapatkan kain sutra berkualitas tinggi, benang impor dan lokal digabungkan menjadi satu.
5. Tapis.
Kain tapis adalah produk tradisional dari Lampung, Pulau Sumatra. Kain ini berisi pola khusus emas atau perak. Bahan dasar kain ini adalah benang katun yang ditenun secara tradisional. Kemudian dekorasi dibuat dengan dua teknik, tradisional dan modern. Tapis biasanya digunakan oleh para wanita sebagai penutup tubuh bagian bawah, dari pinggang hingga pergelangan kaki. Pola yang diterapkan pada kain umumnya bertema alam, terutama flora dan fauna. Pola itu ditulis untuk sebagian besar jenis kain pola Tapis. Tapis melambangkan janji bagi kebanyakan orang Lampung.
6. Sasirangan.
Sasirangan adalah kain tradisional Banjar, Kalimantan Selatan. Kata 'sasirangan' berasal dari kata "sirang" yang berarti 'terikat' atau 'terbuang'. Pola khusus digambar di atas kain belacu atau katun sebelum diolesi sesuai pola. Keunikan sasirangan adalah pola yang hidup dan penuh warna, yang benar-benar mencerminkan Kalimantan. Saat ini, ada banyak bahan kain yang digunakan untuk sasirangan, seperti satin, polyester, rayon, dan sutra. Hingga saat ini, ada lebih dari 30 pola sasirangan yang dijual di Kampung Sasirangan, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
7. Songket.
Songket adalah kain yang dimiliki oleh keluarga brokat tekstil Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Biasanya tenunan tangan ini di sutra atau kapas, dan bermotif dengan benang emas atau perak. Songket memiliki berbagai pola tradisional yang mewakili karakteristik budaya asalnya. Di Indonesia, songket diproduksi di Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok, dan Sumbawa. Di Sumatera, pusat produksi songket yang terkenal adalah di daerah Minangkabau Pandai Sikek di Sumatera Barat.
8. Gringsing.
Gringsing adalah salah satu seni leluhur Desa Tenganan, pulau Bali. Kain ini menggunakan proses pembuatan ikatan ganda, mirip dengan Kimono dari Jepang. Ini lebih rumit daripada ikatan tunggal. Kemudian, dalam seni menenunnya, menggunakan dua benang yaitu Lusi vertikal dan horizontal. Namun, warna seutas benang berbeda, dan harus ditenun untuk membentuk pola yang direncanakan. Proses pembuatan Gringsing dilakukan secara tradisional dengan tangan tanpa mesin. Jadi, butuh waktu lama. Pertama, dimulai dengan produksi warna pada kain. Umumnya, warnanya hanya 3 hingga 4 warna. Ada yang kuning, biru, merah, dan hitam.
9. Besurek.
Besurek adalah kain dari provinsi Bengkulu, Pulau Sumatra. Kain ini memiliki karakteristik unik dalam pola. Besurek biasanya menggunakan pola dengan kaligrafi Arab dan bunga Rafflesia Arnoldi atau pola alami pantai. Sebagian besar dari mereka sudah akrab dengan masyarakat Bengkulu. Kemudian, nama Besurek berasal dari bahasa Melayu. Kain Besurek berasal dari abad ke-16 ketika Islam datang ke tanah Bengkulu.
Source
- https://factsofindonesia.com/most-beautiful-fabric-in-indonesia