Pernahkah kalian melihat kerumunan orang-orang yang sedang menonton orang yang kecelakaan, berkelahi atau sedang dibully? Dan kalian bertanya-tanya kenapa tidak ada yang melakukan sesuatu untuk menghentikan hal tersebut? Atau mungkin kalian justru pernah menjadi salah satu penonton dari kerumunan itu? Sikap diam tersebut memang memiliki kesan yang tidak baik karena tidak adanya tindakan yang dilakukan untuk menghentikan kejadian tersebut. Namun, sikap diam para penonton ini sering terjadi dan merupakan salah satu fenomena psikologi yang terjadi karena adanya berbagai faktor yang memengaruhi. Hal ini disebut dengan bystander effect! Yuk, kenalan dengan istilah satu ini supaya kamu lebih mengerti dan dapat menghindari hal tersebut.
Darley dan Lattane (dalam Baron dan Branscombe, 2012), menjelaskan bahwabystander effect merupakan suatu fenomena di mana seseorang enggan menolong orang di sekitarnya yang sedang mengalami musibah ketika berada di situasi yang ramai. Keengganan orang-orang tersebut untuk menolong karena kurangnya rasa tanggung jawab untuk menolong dan merasa bahwa sudah ada orang lain, tidak usah dibantu. Dan pada akhirnya, semua orang berpikiran sama dan tak ada satupun yang benar-benar membantu.
Fenomena bystander sangat lazim terjadi dalam kehidupan sehari-hari disadari ataupun tidak disadari, terutama pada masyarakat perkotaan. Karakteristik masyarakat perkotaan yang cenderung individualistik membuat fenomena ini semakin semarak terjadi di kota-kota besar, meskipun tidak dipungkiri bahwa peningkatan perilaku tidak menolong akibat bystander effect ini juga merupakan sumbangsih dari kejahatan berkedok meminta bantuan yang kerap terjadi di kota-kota besar sehingga masyarakat menjadi lebih was-was untuk memberikan bantuan.
Menurut studi yang dilakukan oleh Dartey dan Latane yang merupakan psikolog sosial, ketika orang-orang (bystander) berada di sebuah grup berisi lebih dari 6 orang, maka hanya 31% dari mereka yang akan menolong. Akan tetapi ketika para bystander ini sendirian, 75% dari mereka akan menolong. Hal ini menunjukkan adanya yang disebut dengan difusi tanggung jawab yaitu hilangnya rasa tanggung jawab untuk menolong akibat keberadaan orang lain yang berdampak pada munculnya sikap diam dari para bystander ini. Mereka akan merasa bahwa apa yang terjadi bukanlah tanggung jawab mereka dan masih banyak orang-orang selain mereka yang akan membantu nantinya.
Terdapat berbagai alasan mengapa orang memutuskan untuk menjadi seorang bystander. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, kamu bisa melihat contoh kecelakaan di jalan. Terkadang bukannya menolong, kamu malah menemukan orang-orang di sekitarnya hanya menonton orang tersebut dan mengabaikannya dengan harapan semoga dia tidak apa-apa dan ada yang menolongnya. Alasan lainnya kamu takut disangka sebagai pelaku penabrakan, diharuskan untuk bertanggung jawab dengan seluruh biaya pengobatan, dan ditanyai berbagai pertanyaan oleh polisi. Karena hal inilah yang membuat orang merasa tidak ada keharusan untuk melakukan tindakan penolongan.
Bagaimana cara menghindari bystander effect?
Beberapa psikolog menyatakan bahwa cara paling ampuh untuk mengatasibystander effectadalah dengan sesederhana menyadari adanya tendensi ini. Jika kamu berhadapan dengan sebuah keadaan yang mengharuskanmu memberi pertolongan, mengerti akan adanyabystander effectyang bisa menahanmu dan dengan secara sadar mengambil langkah untuk mengatasinya dapat sangat membantu.
Meski begitu, ingat ya, tetap jangan pernah menempatkan dirimu dalam keadaan yang berbahaya. Jika suatu keadaan terlalu berbahaya, kamu harus segera mencari pertolongan dengan menghubungi pihak berwajib.
Bagaimana jika saya yang membutuhkan pertolongan?
Disadari atau tidak, bahaya dari adanyabystander effecttidak hanya mengancam orang lain, namun juga dirimu sendiri. Bagaimana jika kondisinya adalah kamu yang membutuhkan pertolongan? Apa yang harus kamu lakukan supaya tidak diabaikan orang-orang di sekitarmu?
Hal yang paling mudah untuk kamu lakukan adalah dengan meminta bantuan secara spesifik kepada satu orang yang paling kamu percayai dapat menolong, walaupun orang asing sekalipun. Buatlah kontak mata dan mintalah pertolongannya. Dengan membuat permintaan tolongmu secara personal dengan orang lainbahkan orang asing sekalipunakan merasa sulit untuk menolaknya.
Perilaku menolong merupakan kelebihan manusia sebagai makhluk sosial, yaitu baik terhadap keluarga, kelompok, bahkan orang tidak dikenal dari etnis atau bangsa lain tanpa meminta imbalan. Indonesia terkenal dengan budaya yang suka bergotong-royong, tapi seiring berjalannya waktu, modernisasi membuat moral kita melemah sehingga muncullah bystander effect. Yuk, kembalikan kebiasan Indonesia untuk saling tolong menolong!