Pernahkah kamu mengalami rasa cemas? Pada dasarnya hampir semua orang pasti memiliki perasaan cemas, dan hal itu dikatakan wajar atau normal selama tidak sampai menimbulkan reaksi fisik maupun psikis yang berlebihan. Cemas merupakan respon emosional yang tidak menyenangkan terhadap berbagai macam stressor baik yang jelas maupun tidak teridentifikasikan yang ditandai dengan adanya perasaan khawatir, takut, serta adanya perasaan terancam (Mahfur, 2006). Ketika seseorang merasa cemas, maka akan muncul perasaan buruk yang akan terjadi dan individu tersebut lebih berfokus pada urusan pribadi dan menjadi sangat waspada terhadap kemungkinan atau ancaman (Nida, 2014).
Apa saja bentuk kecemasan?
Freud (dalam Alfinuha, 2015) membagi kecemasan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut:
1. Kecemasan realita (Realistic anxiety).
Adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar, dan derajat kecemasan semacam itu sesuai dengan tingkat ancaman yang nyata. Misalnya seorang pengendara motor akan cemas jika melintas sendirian di jalan yang sepi. Hal ini dikarenakan akhir-akhir ini marak dengan pemberitaan kasus pembegalan yang sadis. Kecemasan ini wajar terjadi pada kasus ini.
2. Kecemasan neurotik (Neurotic anxiety).
Ini adalah rasa takut kalau-kalau insting akan keluar jalur dan menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang akan menyebabkan ia dihukum. Misalnya ketika melihat polisi seseorang bisa saja merasa cemas padahal ia tidak melanggar hukum lalu lintas apapun, melainkan sejak kecil ia ditakut-takuti akan dilaporkan pada pak polisi jika nakal. Sehingga pada saat dewasa pun ia akan merasa bahwa polisi selalu menghukum.
3. Kecemasan moral (Moral anxiety).
Adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang dengan hati nuraninya yang cukup berkembang cenderung untuk merasa bersalah apabila mereka berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kode moral mereka atau dengan introyeksi ibu bapa mereka. Kecemasan ini muncul muncul dari individu yang merasakan bersalah, malu, takut akan karena gagal bertingkah laku yang sesuai dengan tuntutan moral, seperti gagal dalam pendidikan, gagal dalam perkawinan, gagal dalam mendidik anak, maupun gagal dalam pekerjaan.
Dzikir sebagai cara mengatasi kecemasan
Kecemasan yang tidak teratasi dapat menimbulkan beberapa dampak, di antaranya seseorang cenderung mempunyai penilaian negatif tentang makna hidup, penurunan kualitas hidup, perubahan emosional seperti depresi kronis, serta gangguan psikosa.
Al-Quran menawarkan solusi bagi jiwa yang sedang cemas untuk mendapatkan ketenangan, baik melalui bacaan maupun tulisan yang diambil dari teks al-Quran. Berbagai ayat Al-Quran juga banyak yang memuat tuntunan bagaimana menghadapi permasalahan hidup tanpa rasa cemas.
Teknik mengingat Allah atau berdzikir menjadi salah satu cara untuk mengatasi kecemasan. Dengan berdzikir maka hati akan terasa tentram. Ketenteraman bersemi di dada disebabkan karena dzikrullah, yakni mengingat Allah atau karena ayatayat Allah, yakni AlQuran.
Dikutip dari Almanhaj.co.id, Rasulullah pun bersabda yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas Radhiyallahu anhuma:
Barang siapa yang senantiasa ber-istighfaar, maka Allah Subhanahu wa Taala akan memberikan jalan keluar terhadap setiap kesulitan yang dihadapinya, ketenangan pada saat keresahan, serta Allah akan memberinya rizki dari jalan yang tidak diduga-duga olehnya.
Tidak hanya hati yang akan menjadi tenang melalui berdzikir, namun kita juga akan mendapatkan pahala serta digugurkan dosa-dosa kita. Diriwayatkan dalam ash-Shahiihain, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Barang siapa yang mengucapkan: Tidak ada yang berhak untuk diibadahi selain Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya, kepunyaan Allah segala kerajaan dan pujian, dan Dia Maha-kuasa atas segala sesuatu, 100 kali dalam sehari, maka baginya setara dengan membebaskan 10 budak, dan dicatat baginya 100 pahala, dan dihapuskan darinya 100 kesalahan. Dan ia memiliki perisai yang menjaganya dari syaitan pada hari itu hingga malam harinya, tidak ada yang dapat berbuat lebih baik dari dirinya, kecuali orang yang mengamalkan (amalan dzikir tersebut) lebih banyak lagi darinya.
Begini cara relaksasi dengan dzikir.
Nida (2014) telah merangkum pelaksanaan relaksasi dzikir yang dikutip dalam penelitian Yanti melalui tahapan sebagai berikut.
1. Berwudhu,
2. Mencari suasana yang tenang dan duduk dengan rileks,
3. Melakukan teknik nafas dalam,
4. Melakukan peregangan otot,
5. Setelah itu mengucapkan beberapa kalimat dzikir baik secara lisan maupun qolbu (dalam hati) serta diakhiri dengan bacaan Alhamdulilah.
Dalam melaksanakan relaksasi dzikir sebetulnya dapat dilaksanakan kapan pun dan tidak ada batasan waktu. Namun menurut Benson pelaksanaan relaksasi lebih baik dilakukan sebelum makan, hal ini dilakukan untuk menghindari agar proses pelaksanaan relaksasi tidak terganggu oleh sistem pencernaan. Adapun durasi waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan dzikir sebetulnya tidak ada batasan waktu, namun berdasarkan penelitian yang dilakukan Mardiyono, Songwathana & Petpichetchian, pelaksanaan dzikir untuk mengurangi kecemasan dilakukan selama 25 menit.
Dengan demikian, berdzikir menjadi cara untuk menghilangkan kecemasan yang dapat menguntungkan kita. Hal ini karena dengan berdzikir hati menjadi tenang dan kita pun dapat memperoleh pahala serta ampunan dari Allah SWT.
Source
- Alfinuha, S. (2015, Juni 17). Takut, Cemas, atau Fobia?. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/setyanialfinuha/5535b1e06ea8347223da42e1/takut-cemas-atau-fobia
- Mahfur, M., Si, M., Mulyadi, M. A., & Rifa Hidayah, M. S. (2006). Kecemasan dan Psikoterapi Islam (Model Psikoterapi Al-Qur'an dalam Menaggulangi Kecemasan Santri Lembaga Tinggi Pesantren Luhur dan Pondok Pesantren Baiturrahmah di Kota Malang). el-Qudwah. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/242249-kecemasan-dan-psikoterapi-islam-model-ps-0ecadccb.pdf
- Nashir. A. (2012, Agustus 1). Keberkahan Dzikir Dan Keutamaan-Keutamaannya. Almanhaj. Diakses dari https://almanhaj.or.id/3320-keberkahan-dzikir-dan-keutamaan-keutamaannya.html.
- Nida, F. L. K. (2014). Zikir sebagai PsikoteraPi dalam gangguan kecemasan bagi lansia. Konseling Religi, 5(1). Diakses dari http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/konseling/article/view/1064