Pada awal tahun 2020, pandemi Covid-19yang melanda dunia menyebabkan dampak buruk terhadap perekonomian, termasuk Indonesia. Namun, berbeda dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Bina Apiari yang justru mengalami peningkatan penjualan hingga 100 persen.
"Awal pandemi naik 100 persen karena orangorang sedang panik. Jadi, banyak yang ingin meningkatkan imunitas tubuh. Selain itu, di media massa madu dan produk herbal lainnya juga gencar dipromosikan. Temanteman yang memiliki usaha madu mungkin juga kebanjiran pesanan. Jadi, kita juga ikut kecipratan pesanan madu," ujar Dianita sebagai pemilik UKM Bina Apiari, Kamis (7/10/2021).
Dianita mengatakan, kenaikan omzet di masa pandemi tidak hanya berdampak bagi UKM miliknya. Namun, reseller yang menjual produk Bina Apiri juga ikut kebanjiran pesanan.
"Awal pandemi memang penjualan naik tinggi. Setelah setahun berjalan, mulai turun pelan-pelan. Penurunan tersebut karena banyak orang yang kehilangan pekerjaan atau omzet bisnisnya mengalami penurunan sehingga berdampak pada penghasilan. Jadi, penjualan juga menurun karena kemampuan beli masyarakat menurun," lanjut Dianita, Kamis(7/10/2021).
Dianita menjelaskan bahwa penjualan madu Bina Apiari sekarang kembali berjalan normal. Namun, kenaikan omzet tetap ada jika dibandingan dengan sebelum pandemi. Ia juga merasa beruntung karena pandemi ini justru membawa dampak positif untuk penjualan produk Bina Apiari. Sejak pandemi melanda, kesadaran masyarakat untuk hidup sehat semakin meningkat. Mereka berupaya menjaga diri sebelum jatuh sakit, di antaranya dengan mengonsumsi makanan kesehatan seperti madu.
Mengenal UKM Bina Apiari.
Foto: Produk dari Bina Apiari
Bina Apiari didirikan pada tahun 1980 oleh Ir. H. Bambang Soekartiko, yang merupakan ayah dari Dianita. Sejak didirikan, Bina Apiari memiliki misi memelihara kelestarian hutan, sekaligus memberi penghasilan tambahan bagi masyarakat pedesaan dengan produk yang berguna untuk meningkatkan kualitas kesehatan.
"Tahun 1974 sampai 1979, almarhum bapak bekerja sebagai Kepala Administratur Perum Perhutani (BUMN bidang kehutanan) di Telawa dan Banyumas Barat, Jawa Tengah. Beliau bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian hutan pada area tugasnya. Ketika itu, hutan sering dirambah oleh masyarakat yang membutuhkan penghasilan, sehingga berpotensi menyebabkan kerusakan hutan," ujar Dianita yang kini melanjutkan usaha Bina Apiari.
Kegiatan budidaya lebah membutuhkan alam yang terpelihara dengan baik karena lebah menghasilkan madu dari tanaman yang ada di hutan. Almarhum Ir. H. Bambang Soekartiko giat mensosialisasikan manfaat budidaya lebah dan kelestarian hutan sejak beliau bertugas di Perhutani, hingga kemudian ia dipindahtugaskan ke Departemen Pertanian dan Kehutanan, pensiun dan lanjut usia.
"Nama Bina Apiari yang digunakan sebagai merek usaha kami bermakna 'pembina peternakan lebah'. Makna tersebut sesuai dengan peran Bapak Bambang sebagai pembina peternakan lebah di Indonesia, sampai dianugerahi penghargaan sebagai tokoh Perintis Perlebahan Indonesia pada tahun 2000 oleh Menteri Kehutanan RI," ungkap Dianita.
Sejak Covid-19 melanda Indonesia, madu kian diminati karena banyak yang telah merasakan manfaatnya untuk kesehatan. Namun, belakangan marak terjadi pemalsuan madu. Dianita sebagai pemilik UKM berbasis produk lebah berharap agar pengusaha madu tidak mengejar keuntungan materi semata.
Pengusaha dan peternak lebah perlu terlibat dalam kegiatan penghijauan hutan habitat lebah sebagai produsen madu alami. Lebah membutuhkan tanaman yang menghasilkan nektar (cairan manis) sebagai bahan baku madu dan pollen (serbuk sari bunga) untuk sumber protein bagi perkembangan koloni lebah. Bina Apiari juga ikut serta dalam kegiatan penanaman tanaman pekan lebah yang dilakukan secara rutin saat musim hujan bersama kawankawan yang tergabung dalam Persatuan Peternak Lebah Jawa Tengah (PPJT).
"Kita selain berbisnis, juga harus ikut melestarikan alam. Sekarang banyak yang menjual madu palsu karena permintaan meningkat, sementara madu asli makin sedikit karena lebahnya sulit dapat makanan. Jika madu di alam melimpah, maka madu palsu tidak perlu ada." Ujar Dianita yang saat ini menjadi salah satu pengurus dalam Asosiasi Perlebahan Indonesia.
Selain madu, Bina Apiari juga menjual produk dari lebah lainnya yaitu Bee Pollen, Bee Bread, Royal Jelly, dan Propolis. Bina Apiari sudah mulai memanfaatkan internet untuk memasarkan produknya sejak tahun 2000. Awalnya dengan website, lalu bertahap memiliki akun media sosial seperti Facebook, Instagram dan YouTube. Sekarang produkproduk Bina Apiari juga dijual di e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan Blibli. Pandemi Covid-19 menyebabkan orang harus membatasi aktivitas sosial dan fisiknya, maka pemasaran melalui media sosial dan e-commerce sangat membantu penjualan produk dari UKM seperti Bina Apiari.
Tips cara mengetahui madu asli.
Ilustrasi madu / Foto:Steve Buissinne dari Pixabay
Banyaknya produk madu di pasaran membuat kita harus mengetahui cara membedakan madu asli dan madu palsu. Dianita memberikan beberapa tips sederhana untuk membedakannya.
Pertama, tuangkan dua sendok makan madu ke piring yang berisi sedikit air dingin, kemudian goyangkan piring secara perlahan. Madu asli yang cukup kental akan membentuk guratan pola heksagonal di dasar piring, sedangkan madu palsu yang terbuat dari sirup gula akan langsung larut tanpa ada guratan di dasar piring.
Kedua, tuangkan madu ke sendok logam, kemudian panaskan sendok di atas api lilin sampai mendidih. Setelah itu diamkan sampai madu dingin. Jika sudah dingin, aduk dan tarik madu menggunakan lidi. Madu asli tidak mengeras dan akan membentuk benang lembut saat ditarik. Sebaliknya, madu palsu akan mengeras atau megerak di dasar sendok dan ketika ditarik menggunakan lidi akan membentuk benang kaku yang bisa dipatahkan.
Ketiga, simpan madu di freezer. Madu palsu yang dibuat dari air dan gula akan mengeras seperti es batu. Lain halnya dengan madu asli yang hanya akan mengental karena kadar airnya menyusut.
Dianita menjelaskan caracara tersebut bukan merupakan pengujian yang akurat. Komposisi madu sangat kompleks karena merupakan produk tumbuhan yang dikonversi oleh hewan (lebah). Jenisjenis madu juga bervariasi, sehingga pengujian sederhana tidak cukup untuk membuktikan keasliannya. Cara mengetahui keaslian madu yang akurat harus diuji di laboratorium yang terakreditasi. (Naomi Priskila /Nabilah Nafabrianti)