Namanya gunung berapi, sudah pasti ada kemungkinan meletus. Meski begitu, ketika ada tanda-tanda tersebut, rasa kaget dan heran akan menyelimuti benak manusia. Apalagi kalau gunung tersebut sudah lama nggak bergejolak seperti yang terjadi pada Gunung Agung.
Gunung Agung ada di Bali. Dari gunung tersebut, turunlah berbagai mitos, dongeng dan cerita rakyat. Yuk, kenali Gunung Agung dengan lebih dekat.
1. Sempat dianggap 'mati'
Sebelum meletus di tahun 1963, Gunung Agung sempat dianggap mati setelah tertidur selama 120 tahun. Sebuah anggapan yang salah karena ternyata gunung ini masih aktif dan menyemburkan magma bumi, sekaligus menjadi salah satu letusan terdahsyat di abad ke-20.
2. Selamat di letusan sebelumnya, akankah kali ini Pura Besakih bertahan?
Saat meletus tahun 1963 silam, keajaiban terjadi, yaitu Pura Besakih nggak mengalami gangguan berarti. Semoga saja, bila Gunung Agung jadi meletus, Pura Besakih masih tetap bertahan dengan dampak yang minimal.
3. Bagian dari Semeru
Boleh percaya, boleh tidak. Gunung Agung adalah bagian dari Gunung Semeru, dibelah oleh Dewa Pasupati untuk kemudian ditempatkan di Bali. Inilah mitos yang dipercaya oleh sebagian masyarakat di Pulau Dewata.
4.Rumah para dewa
Sama seperti saudaranya, Gunung Semeru, Gunung Agung pun juga dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa. Salah satunya yang bersemayam di sana adalah Batara Mahadewa. Karena itulah Gunung Agung dianggap sebagai gunung yang sakral dan disucikan oleh masyarakat Bali.
5. Larangan-larangan di Gunung Agung
Sama seperti tempat-tempat sakral lainnya, ada peraturan dan larangan bagi mereka yang ingin mendekat ke Gunung Agung. Beberapa di antaranya adalah dilarang membawa makanan berjumlah ganjil, jangan memakai pakaian warna merah atau hijau, atau membawa daging sapi.
6. Pengharapan agar Gunung Agung kembali tenang
Masyarakat Bali percaya bahwa masih ada ruang untuk meminta belas kasih kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa agar menenangkan Gunung Agung. Di tahun 1963, puluhan ribu orang berbondong-bondong menggelar upacara Eka Dasa Rudra di tengah ancaman letusan gunung dengan harapan supaya sang gunung kembali tenang.
Di tahun ini, tepatnya tanggal 20 September lalu, umat Hindu Bali memanjatkan pengharapannya lewat ibadah khusus Pengelempana, atau Peneduh Jagat di Pura Besakih. Mereka berdoa agar keseimbangan alam terjaga dan Gunung Agung kembali tenang. Ritual ini juga dilakukan sebagai permohonan ampun atas keserakahan manusia terhadap alam.
Source
- merdeka,com