Indonesia terkenal sebagai negara yang mempunyai hutan tropis sangat luas dengan berbagai spesies tanamannya yang memiliki keunikan masing-masing. Dari banyak jenis pohon di Indonesia, Gaharu dibilang yang paling punya pamor. Seperti yang dilansir dari laman foresteract.com (19/08), Pohon Gaharu merupakan pohon termahal di dunia. Bahkan, harga pohon gaharu dapat melebihi harga pohon jati ataupun pohon ulin (Kayu Besi) sekalipun, apalagi bila dibandingkan dengan pohon sengon.
Harga terendah dari 1 kg kayu Gaharu adalah 300 ribu rupiah, sedangkan harga tertinggi kayu Gaharu dapat mencapai lebih dari 100 juta rupiah per kilogramnya. Di pasaran sendiri kayu ini rata-rata dijual dengan harga 10 sampai dengan 35 juta per kilogram.
Pasar dari kayu Gaharu pun tidak main-main. Kayu Gaharu ini sangat diminati oleh negara-negara timur tengah seperti Arab Saudi, Qatar, Yaman, Oman, Palestina, Suriah, Turki, Persia, Iran, Kuwait, dan Irak. Selain itu, Tiongkok, Korea, Jepang, Amerika Serikat, dan Singapura pun menjadi negara importir kayu Gaharu yang cukup potensial dewasa ini.
Harga kayu Gaharu bisa mahal karena berdasarkan ilmu ekonomi, suatu produk mempunyai harga yang tinggi akibat adanya permintaan yang tinggi, sedangkan produk yang ada terbatas. Sama halnya dengan kayu Gaharu ini, kayu Gaharu sangat jarang ditemukan dan memiliki nilai jual yang tinggi akibat manfaatnya yang luar biasa.
Gaharu sendiri sebenarnya adalah sejenis kayu berwarna kehitaman yang mengandung sejenis resin khas. Resin tersebut ternyata dihasilkan dari mikroba berjenis fusarium sp. yang membuatnya bernilai jual tinggi. Pohon Gaharu mampu tumbuh sampai puluhan meter dan berdiameter rata-rata 40 hingga 60 cm. Kayu yang sudah tualah yang nantinya dapat menghasilkan resin atau gubal dan biasanya mulai terbentuk ketika pohon sudah berusia 25 tahun. Namun saat ini para pemilik sudah menemukan cara agar resin cepat tumbuh dengan menyuntikkan mikroba tersebut dalam batang pohon yang berusia minimal 5 tahun. Dan resin itu atau bagian yang berwarna hitam biasanya terdapat di bagian tengah pohon, seperti dikutip dari laman boombastis.com (09/04).
Banyak negara yang menginginkan kayu ini karena memiliki aroma khas yang dihasilkan dari resin atau gabulnya. Itulah sebabnya banyak produsen sampo, kosmetik, dan parfum yang menggunakan gaharu sebagai bahan dasarnya. Bahkan tidak sediki merek parfum ternama memakai gaharu dalam salah satu komposisinya.
Selain memiliki zat yang bisa digunakan untuk bahan wewangian, kayu Gaharu juga banyak dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan lainnya. Seperti sebagai bahan obat-obatan, aksesoris, bahan bangunan, bahkan juga digunakan untuk ritual kebudayaan dan adat istiadat.
Seperti yang dilansir dari laman foresteract.com (19/08), akibat dari maraknya pemanfaatan kayu Gaharu, pada tahun 1994 dalam konvensi CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) di Amerika Serikat menetapkan perdagangan kayu Gaharu (terutama dari spesies Aquilaria malaccensis yang termasuk dalam Appendix II) dibatasi karena berkurangnya populasi spesies ini dengan cukup cepat.
Berkurangnya populasi A. malaccensis dengan cepat ini pula diakibatkan oleh ketidakmampuan petani Gaharu untuk mengenali apakah pohon Gaharu mengandung minyak Gaharu atau tidak, sehingga petani Gaharu ini menebang semua pohon Gaharu (termasuk pohon Gaharu yang tidak memiliki minyak Gaharu).