Indonesia terkenal dengan beragam suku, agama, ras dan adat istiadat yeng berbeda-beda terbentang dari sabang sampai merauke. Perbedaan-perbedaan inilah yang menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia sendiri yang disatukan dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Hel Keta, salah satu tahap bagi calon pengantin baru.
Indonesia timur salah satunya, terkenal dengan adat istiadatnya yang masih kental dipegang oleh masyarakat setempat secara turun-temurun dari para nenek moyang hingga kini. Upacara-upacara atau ritual keagamaan dan adat istiadat masih dipegang teguh dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Salah satu tradisi yang masih dilakukan bagi masyarakat di Nusa Tenggara Timur, khususnya Kota Kupang dan sekitarnya adalah acara "Hel Keta" bagi para calon pengantin baru yang akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Setiap orang yang ikut dalam acara ini wajib memakai pakaian adat seperti kain beti bagi kaum laki-laki, dan kain tais bagi perempuan.
Acara "Hel Keta" merupakan salah satu tahap yang harus dilalui sebelum acara malam adat untuk penyerahan mahar atau dalam istilah di Timor disebut Belis. Setelah itu dilakukan pemberkatan sah di gereja karena mayoritas penduduk asli adalah pemeluk agama Katholik dan Kristen Protestan. Acara ini biasa dilakukan sebagai simbol pertemuan antara mempelai pria dan wanita yang sudah dipertemukan oleh Tuhan yang mana tak bisa dipisahkan lagi oleh siapapun, kecuali maut. Acara ini juga disebut-sebut sebagai tahap pengenalan di mana mempelai pria memperkenalkan calon istrinya kepada keluarganya, begitupun sebaliknya. Setelah acara Hel Keta dilakukan, maka calon pengantin pria diperbolehkan untuk membawa calon istrinya itu ke rumah mertuanya.
Tempat dilangsungkannya acara Hel Keta.
Tempat yang biasa dipilih untuk melakukan acara Hel Keta adalah di pertengahan jalan antara rumah kedua mempelai di mana terdapat pertemuan antara kedua kali yang besar. Hal ini dipercayai oleh para leluhur bahwa acara Hel Keta menandakan jika kedua mempelai sudah siap untuk hidup bersama dan siap membangun rumah tangga mereka yang harmonis seperti air yang selalu jernih dan mengalir secara terus menerus tanpa berhenti. Acara ini biasa ditandai dengan membunuh ayam atau babi yang dibawa oleh mempelai pria.
Acara Hel Keta hanya berlaku bagi calon mempelai yang salah satunya berasal dari suku atau marga daerah lain. Jadi ini tidak berlaku bagi para calon pengantin yang memiliki suku atau marga yang sama, apalagi tingal satu kampung.